Rabu, 02 November 2016

SUDAMALA (Kisah Ruwatan Oleh Sadewa)


Sadewa - image google

Berakhir sudah bulan Muharram 1438 H atau wulan Suro 1950 Jimawal dalam kalender Jawa. Bulan dimana masyarakat Jawa yang masih memegang teguh budaya moyangnya, menggelar acara Ruwatan.

Salah satu lakon yang dibawakan dalam sebuah pagelaran wayang kulit ruwatan, selain Murwakala ( baca cerita selengkapnya Disini )  adalah Sudamala.

Seperti apa jalannya kisah itu?

*****

Sang Hyang Manikmaya (Bathara Guru) sedang berkelana dengan istrinya, Dewi Uma. Mereka berdua menunggangi Lembu Andini mengelilingi jagad raya. Saat sebuah angin besar berhembus, tersingkap pakaian Dewi Uma hingga menyebabkan Bathara Guru timbul hasratnya untuk berpadu asmara.

Karena malu dilihat Lembu Andini, Dewi Uma menolak. Bathara Guru murka dan mengutuk istrinya menjadi seorang raseksi (raksasa perempuan) bernama Bathari Durga. Ia juga harus menjalani hukuman dibuang ke hutan Setra Gandamayit. Menjadi ratu penguasa makhluk dari bangsa jin dan raksasa.

“Kelak engkau akan kembali ke wujud aslimu jika bertemu dengan seorang kesatria wuragil (bungsu) dari Pandawa (putra Pandudewanata)!” sabda Sang Hyang Manikmaya.

Sementara itu, benih dari Bathara Guru menetes jatuh ke lautan. Menjadi bara api hingga membuat air di samudera Nusatembini mendidih. Seluruh penghuni lautan gempar dan lari tunggang langgang.

*****

Di tempat lain, melesat dua raksasa bernama Kalanjaya dan Kalantaka dari Kahyangan menuju Astina. Sejatinya mereka adalah perwujudan dari Citragada dan Citrasena, penghuni istana taman langit yang terkena kutukan karena pernah memergoki Bathara Guru dan Dewi Uma sedang mandi bersama di telaga.

Kalanjaya dan Kalantaka ingin menemui para Kurawa. Mereka hendak membantu menyingkirkan dan menumpas habis Pandawa.

“Siapa kalian makhluk jelek?” hadang Gatot Kaca ketika melihat gelagat tidak baik dari dua raksasa yang memasuki gerbang Astina.

“Aku Kalanjaya dan ini saudaraku Kalantaka!” jawab Kalanjaya.

“Untuk apa kalian datang ke Astina?”

“Kami ingin menawarkan bantuan kepada Kurawa untuk menumpas habis Pandawa!”

“Malang sekali nasib kalian! Bertemu dengan putra Bimasena!”

“Kembalilah ke asalmu!”

“Sejengkalpun kami tak akan mundur!”

Gatot Kaca langsung terbang menyambar kepala Kalanjaya dan Kalantaka. Terjungkal dua raksasa itu ketika rambut mereka dijambak oleh putra Bimasena. Belum sempat bangun, kesatria dari Pringgodani telah menyeret tubuh keduanya.

Kalanjaya dan Kalantaka benar-benar tidak siap menghadapi amukan Gatot Kaca. Mereka pun lari tunggang langgang menyelamatkan diri.

*****

“Serahkan putra bungsumu Sadewa kepadaku!” ucap Bathari Durga.

“Untuk apa?” tanya Dewi Kunti.

“Untuk tumbalku tentunya!” jelas Bathari Durga.

“Tidak akan pernah kubiarkan siapapun menyakitinya. Aku menyayangi melebihi putra kandungku sendiri.” Tegas Dewi Kunti.

Bathari Durga kecewa. Sudah dua kali ini ia menemui Dewi Kunti dan meminta baik-baik agar Sadewa diserahkan kepadanya. Tetapi hasilnya selalu nihil. Ia teringat pesan Bathara Guru dahulu bahwa putra bungsu Pandudewanata itulah yang bisa mengembalikannya ke wujud asli sebagai bidadari yang cantik jelita. Dewi Uma.

Sampai di hutan Setra Gandamayit sepulang dari Astina, Bathari Durga mulai menyusun rencana baru untuk mendapatkan Sadewa. Ia memanggil Kalika, seorang anak buahnya dari bangsa Jin.

“Masuklah ke raga Kunti, lalu perintahkan Sadewa agar mau menemuiku di hutan Setra Gandamayit ini!” perintah Bathari Durga.

Budhal!” jawab Kalika, lalu melesat menuju Astina.

Dewi Kunti sedang tertidur lelap, ketika sesosok makhluk tak kasat mata mendarat di istana ratu sepuh Astina. Pelan-pelan, Kalika berjalan memasuki bilik. Tanpa kesulitan, jin suruhan Bathari Durga itu menyatu ke raga istri mendiang Prabu Pandu.

Dewi Kunti melonjak dan melompat dari peraduannya. Ia segera memerintahkan prajurit penjaga istana ratu sepuh agar memanggil Sadewa. Putra Dewi Madrim yang telah diasuhnya sejak lahir.

“Sembah dan bhaktiku untuk ibunda.” Ucap Sadewa sembari mencium tangan Dewi Kunti, ketika ia sampai di bilik ibunya.

“Sadewa, berangkatlah ke hutan Setra Gandamayit. Serahkan dirimu kepada seorang ratu makhluk halus bernama Bathari Durga disana!” perintah Dewi Kunti.

Sendika dhawuh, ibunda.” Jawab Sadewa tanpa ragu-ragu.

Ia memang dikenal sangat patuh kepada Dewi Kunti. Meski bukan ibu kandung, tetapi kasih sayang terhadap dirinya dan saudara kembarnya Nakula sungguh tak ternilai. Itu sebabnya apapun akan dilakukan untuk membalas jasa ibu tirinya.

Berangkatlah Sadewa menuju hutan Setra Gandamayit. Sebuah hutan rimba dengan penghuni ratusan raksasa dan makhluk halus. Segala jenis jin ada disana. Sungguh tak bisa dibayangkan bagaimana angkernya belantara itu.

*****

Kedatangan Sadewa disambut sukacita oleh Bathari Durga yang telah lama menunggunya,”Kesatria muda, ruwatlah aku agar terbebas dari kutukan ini.” pintanya.

“Apa maksudmu? Aku tidak bisa meruwatmu.” jawab Sadewa.

“Jangan bohong! Hanya engkaulah yang bisa mengembalikan aku ke wujud asli.” lanjut Bathari Durga.

“Aku benar-benar tidak bisa melakukan itu.” jelas Sadewa.

Bathari Durga kembali kecewa. Kali ini sakit hatinya berubah menjadi amarah. Ia ingin memangsa Sadewa dengan harapan setelah dimakannya, mungkin wujudnya dapat kembali lagi ke sosok asli.

Beruntung Bathara Narada sedang melewati hutan Setra Gandamayit. Dengan Aji Pameling, ia melakukan kontak batin batin dengan Bathara Guru. Menceritakan kejadian yang dilihatnya. Bathari Durga hendak memangsa Sadewa.

Dalam sekejap Sang Hyang Manikmaya (Bathara Guru) tiba disana. Ia langsung masuk ke raga Sadewa.

Tersentak Bathari Durga melihat sosok suaminya dalam tubuh kesatria yang hendak dimakannya.”Kakanda, kumohon bebaskanlah aku dari hukuman ini.” ratapnya.

“Masa hukumanmu memang telah berakhir istriku. Sekarang saatnya engkau kubawa pulang kembali ke Kahyangan.” Jelas Bathara Guru.

Bersama dengan Bathara Narada, ia lalu meruwat istrinya menggunakan Tirta Purwitasari (air suci dari Kahyangan). Bathari Durga pun kembali menjadi sosok bidadari yang cantik jelita. Dewi Uma.

Datang pula Kalanjaya dan Kalantaka. Sadewa yang yang telah dirasuki Bathara Guru akhirnya juga meruwat dua sosok raksasa itu. Mereka pun terbebas dari kutukan dan kembali ke wujud aslinya. Sebagai Citraganda dan Citrasena.

Sebelum kembali ke Kahyangan, Bathara Guru memberikan gelar kepada Sadewa dengan sebutan Sudamala, yang artinya ‘pembersih segala dosa dan kesalahan’.


Heru Sang Mahadewa
Member of #OneDayOnePost

Bathara Guru - foto dokumen pribadi
 
Bathari Durga - image google

7 komentar:

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *