This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 22 Agustus 2017

PENUTURAN ULANG SERAT CENTHINI JILID I (17)



ilustrasi gambar: Yayasan Wacana


PUPUH X

MEGATRUH 1
Seluruh pasukan menghaturkan sembah, perintah paduka Pekik, didukung sepenuhnya, (lalu) memohon agar dapat tunduk baik-baik, (semoga) jangan sampai (terjadi) perang.

MEGATRUH 2
Jika Sunan Giri Prapen tidak setuju, tunduk dengan cara baik-baik, tidak bisa diajak kerjasama yang cantik, tulus (bersedia) menghadap raja, maka dia kukuh ingin (mendapatkan) susah.

MEGATRUH 3
Para prajurit telah selesai mempersiapkan, menggempur keraton Giri, memboyong sang Sunan, jika tidak bisa menyelesaikannya, perang pupuh akan ditempuh.

MEGATRUH 4
Tetapi sebenarnya aku mendengar kabar, bahwa nantinya Kangjeng Sunan Giri Prapen, longgar pengawalannya, (hanya) seperempat kekuatannya dibandingkan, Kalifah Raja Mataram.

MEGATRUH 5
Dia memiliki murid dari negeri China, konon masih keturunan raja, makanya diambil sebagai anak angkat, sudah mendapatkan kasih sayang, sungguh dialah raja Endrasena.

MEGATRUH 6
Membara tekad para pemberani (untuk) melakukan perang pupuh, dua ratus pasukannya, yang memiliki kemampuan kuat dalam perang pupuh, itulah yang akan menindak tegas, jika (Giri) berkeinginan membangkang kepada raja.

MEGATRUH 7
Iya begitulah datang membujuk agar mau, istidraj iblis yang kafir, mengusik hati yang (sebenarnya) baik, agar percaya kepada iblis, setan senantiasa mengajak berperang.

MEGATRUH 8
Meski (Giri) mendatangkan lagi bantuan dari raja pelangi, para prajurit tidak gentar, Pangeran Pekik berkata pelan namun pasti, semua ucapanku, camkan baik-baik.

MEGATRUH 9
Jelasnya nanti setelah aku menemui, beliau dan putra Giri, batal atau jadinya perang pupuh, setelah aku mengetahui, apa sebenarnya yang ada di sana.

MEGATRUH 10
Kembalilah dan selalu siap untuk perang pupuh, para prajuritku, seandainya jadi perang pupuh, gusti kalian bersedia mengerahkan, prajurit dari orang-orang Surabaya.

..................

BERSAMBUNG

-o0o-

Bagian sebelumnya, baca [ DI SINI ]
Bagian selanjutnya, baca [ DI SINI ]

Judul asli:
Suluk Tambangraras

Pengarang:
KGPAA Amengkunegara III (Sunan Pakubuwana V)
Raden Ngabehi Yasadipura II (Ranggawarsita I)
Raden Ngabehi Sastradipura (Ahmad Ilham)
Raden Ngabehi Ranggasutrasna

Dituturkan ulang oleh:
Heru Sang Mahadewa
(Member Of One Day One Post)

Sabtu, 19 Agustus 2017

THE NEW OF OPERASI SEROJA




Selalu ada yang menarik ketika saya mendengar kata tentang Republik De Timor Leste. Ketika masih duduk di bangku SD, otak saya paling bebal kalau disuruh menghapal nama-nama provinsi di Indonesia. Tetapi, saya ingat betul hingga sekarang bahwa provinsi termuda kala itu adalah Timor Timur.

Berbicara mengenai Timor Timur, ada 1001 kisah tentang perjalanan bergabungnya provinsi ke -27 Indonesia di masa itu.

Banyak korban dari para pejuang Fretilin (Timor timur) maupun  dari pasukan TNI (ketika itu masih bernama Angkatan Bersenjata Republik Indonedia). Entah berapa ratus, atau bahkan berapa ribu keluarga yang ditinggal mati ayah, suami, kakak, adik dan sebagainya.

Kisah Operasi Seroja (Operasi Militer era Presiden Soeharto untuk menumpas Gerakan Pengacau Keamanan Fretilin) benar-benar menjadi kisah hidup yang pedih bagi orang orang yang terlibat langsung di dalamnya. Baik rakyat Timor Timur, maupun para mantan pejuang Seroja.

Betapa mahal harga sebuah perang. Hanya untuk menebus seorang anak agar mau kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi. Harga yang akhirnya sia sia. Toh si anak bungsu (provinsi Timor Timur) pun berkhianat.

Iya, Republik De Timor Leste (RDTL) memproklamirkan diri sebagai negara berdaulat dan kini menyejajarkan diri dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Benar benar seorang anak Durhaka!

Dalam beberapa kesempatan acara yang mengupas tentang kenangan Operasi Seroja, dua narasumber yaitu Letjen Purn. Susilo Bambang Yudhoyono (Presiden ke-6 RI, pernah menjadi Komandan Operasi Seroja Timor Timur) dan Mayjen Purn. Yunus Yosfiah (mantan Komandan Operasi Seroja Timor Timur juga) sampai meneteskan air mata. Keduanya mengungkapkan betapa perih pengorbanan anak bangsa di sana.

Tak terhitung berapa jumlah anak buah Pak Beye (sebutan presiden ke-6 RI) dan Pak Yunus yang gugur sebagai patriot merah putih. Meregang nyawa di bumi Loro Sae demi mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

-o0o-

Besok sore, minggu, 20 Agustus 2017, kita akan bersua lagi dengan si anak durhaka.

Selayang Municipal Council Stadium, Shah Alam, Malaysia akan menjadi titisan dari Kota Maliana, Bobonaro dan Benteng Batugade. Kota yang menjadi saksi pertumpahan darah antara pasukan Indonesia melawan Timor Timur.

Ribuan pasukan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia yang ketika itu menyusup ke kantong-kantong pertahanan Fretilin, menyamar sebagai relawan bercelana jeans (The Blue Jeans Soldier), esok hari akan be-reinkarnasi ke kostum Merah Putih-nya Timnas Garuda U-23.

Pertandingan sepakbola antara Indonesia U-23 vs Timor Timur U-23 di ajang Sea Games 2017 Malaysia besok sore sungguh membawa imajinasi saya ke masa itu.

Ada amarah dalam dada saya. Ada geram yang ingin terlampiaskan. Kita akan memborbardir pertahanan mereka, membobol gawang mereka sebanyak banyaknya, menghajar dan memporak-porandakan kesebelasan Timor Timur.

Persis ketika pasukan ABRI memborbardir kota Maliana, Bobonaro dan Baucau. Lalu menghancurkan benteng Batu Gede hingga mengepung serta membumihanguskan kota Los Palos selama berhari hari.

Fretilin pun mengakhiri perlawanan disana!

Surabaya, 19 Agustus 2017
(Heru Sang Mahadewa)
Member of One Day One Post

Jumat, 11 Agustus 2017

GUDANG MIE 1 FC Melawan Tovie Mie 2 FC di Final STT Super League 2017


dokumen pribadi


Partai puncak kompetisi sepak bola antar karyawan PT Siantar Top Tbk. Grup bertajuk STT Super League 2017 akan mempertemukan Gudang - Mie 1 FC dan Tovie - Mie 2 FC.

Kedua tim memastikan diri menapakkan kaki di grand final setelah mengalahkan lawan-lawannya pada pertandingan semi final. The War-rior-house noodle (julukan Gudang – Mie 1 FC) sukses menenggelamkan salah satu tim yang difavoritkan juara, Printing FC dengan skor telak 3 – 0. Sementara, pada partai sebelumnya, the old crack (julukan Tovie - Mie 2 FC) juga lebih dulu merebut satu tiket perebutan juara 1 setelah dalam pertandingan hidup mati, akhirnya menyingkirkan tim kuda hitam, the rising star (julukan Kopi FC) melalu adu tendangan penalti dengan skor 5 – 2.

Partai final yang akan berlangsung hari sabtu, 12 Agustus 2017 di stadion Gelora Janti itu diprediksikan akan berlangsung ketat dan seru. Kedua tim adalah sama-sama penghuni poll A di fase kualifikasi grup. Ketika itu, the war-rior-house noodle dipaksa mengakui keunggulan the old crack dengan skor 2 – 3. Meski begitu, permainan kedua tim boleh dikatakan cukup berimbang.

Menurut pengakuan head coach Gudang – Mie 1 FC, Nurwakid, timnya sudah memiliki persiapan matang untuk melakukan revans, sekaligus menyabet piala bergilir STT Super League yang digelar oleh Pengurus Unit Kerja Serikat Pekerja Rokok Tembakau Makanan dan Minuman – Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SP RTMM – SPSI).

“Kami telah melakukan evaluasi total terhadap kekalahan di babak kualifikasi. Para pemain juga telah melupakan kekalahan itu. Kini, motivasi mereka sedang berada di puncak untuk memenangi kompetisi.” Tutur pelatih yang pernah menjadi pemain inti timnas STT FC di era 90-an itu.

Masih menurut Nurwakid, dia telah menginstruksikan para pemainnya untuk mewaspadai tendangan bebas dan umpan lambung lawan. Para pemain Tovie – Mie 2 FC rata-rata memiliki tendangan bola mati yang sangat terukur.

“Sebisa mungkin, pelanggaran di dekat kotak enam belas harus dihindari. Mereka memiliki penendang-penendang jitu,” tutup Nurwakid, ketika diwawancarai.

Sementara, manager coach dari Tovie – Mie 2 FC, Slamet Maryono, ketika dikonfirmasi secara terpisah mengatakan bahwa tidak ada alasan bagi timnya untuk melepas peluang gelar juara kompetisi STT Super League tahun ini.

“Sejak babak penyisihan grup hingga semi final, grafik permainan anak-anak terus meningkat. Menghadapi final besok, mereka sudah siap seratus persen,” tutur manager pelatih yang juga legenda hidup timnas STT FC itu.

Partai grand final antara Gudang – Mie 1 FC sendiri akan digelar pada session kedua, setelah pertandingan perebutan juara ketiga yang mempertemukan antara the rising star Kopi FC melawan Printing FC.

Sejauh ini, baik Gudang – Mie 1 FC maupun Tovie – Mie 2 FC memiliki kans yang sama untuk menjuarai STT Super League 2017. Keduanya juga punya kelebihan dan kelemahan masing-masing. Gudang – Mie 1 FC unggul dalam usia pemain yang rata-rata masih muda, namun grafik permainannya terkadang labil. Sementara rival mereka, Tovie – Mie 2 FC unggul dalam pengalaman dan skill pemain, namun penghuni skuad tim yang belum pernah terkalahkan sepanjang kompetisi itu rata-rata telah melewati usia emas.

Semua pertandingan, perebutan juara ketiga dan grand final akan dilangsungkan di stadion Gelora Janti, Waru, kota Sidoarjo. Panpel pertandingan sudah melakukan persiapan khusus untuk mengantisipasi animo pendukung kedua tim yang diprediksi akan berduyun-duyun mendukung klub kesayangannya. Selain wasit yang didatangkan dari luar, sehingga keputusannya bisa diharapkan akan netral, panpel juga telah menyediakan hadiah berupa uang tunai, piala tetap dan bergilir bagi juara satu hingga juara tiga.

Selamat bertanding. Junjung tinggi sportivitas dan semangat fair play.

(Heru Sang Mahadewa)
Member of One Day One Post

NAWARUCI (BHIMA SUCI) – Pupuh II



Wrekudhara (Bhima) - Dewaruci: photo seni wayang


Bau wangi yang timbul dari kepulan asap kemenyan menusuk ke lubang hidung. Setiap hari, aroma asthanggi itu senantiasa memenuhi seluruh ruangan rumah yang terletak di seberang kedhaton Astina. Sebuah prapen yang ada di sudut halaman, tak pernah padam sebentar pun.

Seorang lelaki paruh baya duduk bersila di tengah wandapa rumah itu. Dia bertelanjang dada, hanya mengenakan selembar kain wastra berwarna kuning yang tersampir di pundak.  Rambutnya nampak rapi, digelung di atas ubun-ubun. Dari jumlah lingkaran gelungan rambut itu, terlihat bahwa dia sudah mencapai takaran ilmu tingkatan Begawan. Iya, semakin banyak jumlah gelungan, menandakan semakin tinggi tingkat lelaku batin seseorang. Lelaki itu diam sembari memejamkan mata. Seuntai tasbih dari biji kayu cendana berputar-putar di jemari tangan kanannya.

“Masuklah kemari. Duduk di dekatku, Wrekudhara.”

“Iya, begawan.”

Sungguh mencengangkan. Dengan mata terpejam pun, lelaki paruh baya yang tak lain adalah Begawan Drona itu dapat mengetahui kedatangan Wrekudhara, meski sang murid masih berada di depan gapura rumahnya. Pelan-pelan, dia membuka mata, lalu merapikan kain wastra yang sedikit bergeser dari pundaknya.

“Apakah kau sudah mendapatkan tirta perwita sari, Wrekudhara?”

“Maafkan muridmu, begawan. Aku belum menemukan air suci kehidupan itu di gunung Candramuka. Seisi belantara sudah kuobrak-abrik. Tetapi setetes pun ia tidak ada di sana.”

“Terlambat, Wrekudhara.”

“Maksud Begawan?”

“Saat engkau tiba di hutan Tikbrasara, sesungguhnya tirta perwita sari telah lenyap dari lereng gunung Candramuka itu.”

“Lalu, kemana lagi aku harus mengejarnya, Begawan?”

“Saat ini, tirta perwita sari telah berada di pusar samudera Minang Kalbu. Jika engkau mampu menembus gelombangnya, maka di sanalah air suci kehidupan itu akan kaudapatkan, Wrekudhara.”

“Mohon restumu, Begawan. Aku berangkat!”

Tanpa menunggu sepenggalan waktu, Wrekudhara langsung berdiri dari wandapa. Berpamitan. Dia melakukan sembah dada, lalu melesat meninggalkan kediaman Begawan Drona.

-o0o-

Samudera Minang Kalbu terhampar luas di belahan bumi selatan. Sejauh mata memandang, hanya gulungan ombak setinggi gunung Jamurdipa yang nampak. Ombak-ombak itu terus membabi buta menabrakkan diri ke kiri dan kanan, menghantam batu karang dan ombak yang lain. Akibatnya, benturan-benturan dahsyat gelombang samudera Minang Kalbu menimbulkan deburan yang bergemuruh. Suara yang ditimbulkannya pun bagai auman makhluk paling seram di jagad raya. Jalma moro jalma mati. Siapapun manusia yang berani datang ke sana, pasti kehilangan nyawa.

Wrekudhara menapakkan kaki di bibir pantai Minang Kalbu. Sejurus kemudian, dia berjalan mengampiri hempasan gelombang yang tiada henti menggampar pasir putih di tepi samudera.

Selangkah demi selangkah, Wrekudhara terus berjalan ke tengah samudera Minang Kalbu. Hantaman ombak yang datang silih berganti menerpa tubuhnya, sedikitpun tidak membuat kesatria Pandawa itu terhempas. Namun, dia nyaris terseret ketika tiba-tiba kakinya merasakan ada sesuatu yang membelit.

Wrekudhara menjejakkan kaki, lalu menendangkan ke deburan ombak sekuat tenaga. Seketika, gelombang samudera Mianang Kalbu terpecah. Di tengah hamparan lautan yang tersingkap itu, nampak seekor naga meliuk-liuk memamerkan tubuh besarnya. Mata sang naga berwarna merah menyala. Lidahnya menjulur-julur sepanjang sepuluh depa manusia. Sepasang taring yang tajam juga menyeringai di kedua sudut mulutnya.

“Siapa kau, manusia malang?”

“Aku tidak punya urusan denganmu, naga tua.”

“Besar juga nyalimu, berani menceburkan diri ke samudera Miang Kalbu. Rupanya engkau telah bosan hidup, manusia!”

“Siapa juga, kau, naga sombong. Jangan berpikir Wrekudhara takut dengan gertakanmu!”

“Aku Naga Percola, penguasa samudera raya!”

Naga Percola mendesis-desis sambil menjulurkan lidahnya. Air liur berkeliaran dari juluran lidah berwarna merah itu. Rupanya, ia sudah tak sabar memangsa sosok manusia yang ada di hadapannya. Tanpa menunggu berlama-lama, Naga Percola langsung menerkam Wrekudhara. Tubuhnya meliuk-liuk dengan garang, lalu membelit kaki dan tangan Wrekudhara.

Beberapa saat, Wrekudhara berusaha berontak dari kepungan tubuh Naga Percola. Tetapi semakin keras dia melawan, semakin kuat pula lilitan binatang buas penguasa samudera Minang Kalbu itu. Kini, mulut sang naga bahkan telah terbuka lebar-lebar di atas kepala Wrekudhara.

Wrekudhara adalah kesatria yang di dalam tubuhnya menyatu kekuatan Dasamuka. Berbagai lawan dari berbagai makhluk sudah pernah dia hadapi. Mengalami ancaman situasi seperti belitan Naga Percola, tentu membuat putra angkat Bathara Bayu yang sudah banyak memiliki pengalaman bertanding itu segera bertindak.

Sekedip mata sebelum mulut Naga Percola menyasar kepala Wrekudhara, Aji Blabag Panganthol-Anthol membuat lilitan tubuh binatang buas itu terlepas. Dengan kekuatan sebesar gunung Jamurdipa, Wrekudhara membanting tubuh lawannya.

Naga Percola mengaum kesakitan!

Tak pernah terbayangkan sebelumnya, musuh yang sudah tak berdaya dan tinggal ditelannya justru mampu membuat ia terhempas. Dengan menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya, Naga Percola kembali menerjang Wrekudhara. Tetapi kali ini sang kesatria Pandawa telah siap menangkis.

Hantaman Naga Percola bertabarkan dengan tubuh Wrekudhara yang telah dilambari Aji Blabag Panganthol-Anthol. Gemelegar suara terdengar dari benturan dua kekuatan yang dahsyat itu. Seketika, ombak di samudera Minang Kalbu terhenti.

Wrekudhara semakin terpancing amarahnya. Kuku Pancanaka pemberian Bathara Bayu, dia keluarkan dari kedua ibu jari. Ketika Naga Percola menyeringai memamerkan taring dengan membuka mulut lebar-lebar, saat itulah Wrekudhara menghunjamkan Kuku Pancanaka. Sang penguasa samudera Minang Kalbu menjerit, darah mengucur dari rongga mulut yang terluka. Dia mengerang kesakitan.

Tidak berhenti sampai di situ. Wrekudhara menarik ekor  Naga Percola yang menggelepar-gelepar kesakitan. Dengan Kuku Pancanaka pula, dia merobek mulut binatang buas yang tadi nyaris memangsanya.

Gerakan Wrekudhara yang mengakhiri hidup Naga Percola itu memantulkan bayangan hingga ke cakrawala. Kekuatan bayangan itu pula yang seketika membentur  matahari, bulan, dan jutaan bintang  di atas sana.

Tubuh Naga Percola tersobek menjadi dua bagian, mulai dari mulut hingga ujung ekornya. Begitu kuatnya Wrekudhara merobek mulut musuhnya, membuat tubuhnya ikut terpental pula. Dia terhempas tepat ke pusaran samudera Minang Kalbu.

Wrekudhara berusaha melawan tarikan pusaran samudera. Namun, kekuatannya seperti hilang ketika tubuhnya tenggelam semakin dalam ke dasar samudera Minang Kalbu. Hanya gelap yang dia lihat. Setelah itu, dia tak bisa lagi melihat apa-apa.

-o0o-

Ketika membuka mata, Wrekudhara melihat sesosok makhluk kerdil sedang berdiri di hadapannya. Ukuran tubuh makhluk itu tak lebih besar dari telapak tangan Wrekudhara. Anehnya, wajah, pakaian dan perhiasan yang dikenakannya semua sama dengan Wrekudhara.

“Siapa engkau?”

“Tidak perlu kautahu, siapa aku, kulup.”

“Kenapa engkau berada di sini?”

“Engkau yang membawaku, kulup.”

“Aku tidak mengerti dengan ucapanmu. Aku sedang mencari tirta perwita suci. Menurut Begawan Drona, guruku, ia ada di pusaran samudera Minang Kalbu ini. Apakah engkau juga penghuni tempat ini?”

“Tidak. Aku tinggal dan hidup ke mana pun engkau pergi.”

“Kenapa engkau mengenakan pakaian seperti aku? Kain Poleng Bang Bintulu, Sumping dan .... engkau juga memiliki Kuku Pancanaka?”

“Ketahuilah, kulup Wrekudhara. Aku adalah Hyang Acintyapranesa. Perwujudan suksma sejatimu dalam sosok Hyang Nawaruci. Apa yang sedang engkau cari, ada dalam dirimu sendiri.”

Wrekudhara mengangkat sembah, ketika sosok kerdil di hadapannya mengaku sebagai sebagai perwujudan seorang Dewata.

“Aku benar-benar tidak mengerti, pukulun.”

“Tirta perwita sari adalah air untuk membersihkan jiwa-raga manusia, menyingkapkan tirai besar yang menutupi suksma sejati. Saat ini, engkau masih hidup dengan suksma dan nafs semata. Belum menyatu dengan suksma sejati. Air suci itu sendiri, akan kaudapatkan jika telah kautemukan jejak angsa di dalam air, dan kaupetik kembang yang tumbuh mekar di cakrawala.”

“Kemana aku harus mencarinya, pukulun?”

“Masuklah ke tubuhku, kulup.”

“Bagaimana caranya? Tubuhmu hanya sebesar telapak tanganku.”

“Bumi pun sanggup aku tampung ke dalam tubuhku. Sekarang masuklah melalui telingaku.”

Tak kuasa menolak kehendak Sang Hyang Nawaruci, Wrekudhara melesat ke dalam telinga kiri Dewata yang ada di hadapannya. Sekejap kemudian, Wrekudhara menyatu dengan tubuh perwujudan Hyang Acintyapranesa dalam sosok Nawaruci. Dia kembali melihat samudera Minang Kalbu terhampas luas di hadapannya. Aneh. Tak ada segulung pun ombak yang menakutkan di sana. Rupanya inilah yang tadi diwejangkan kepadanya.

Kejadian itu menjadi penanda bersatunya Wrekudhara ke dalam jiwanya sendiri. Dia telah berhasil menemukan tirta perwita sari, berupa kecermelangan awal. Kecermelangan hati yang sebelumnya redup karena tertutup nafs saat Wrekudhara terlahir ke dunia. Ketika menyatu dengan Nawaruci itulah, maka nafs-nya telah melebur ke dalam suksma sejatinya.

(Heru Sang Mahadewa)
Member of One Day One Post.

Catatan:
Asthanggi = kemenyan dengan ramuan khusus sehingga berbau harum
Prapen = tempat membakar dupa
Wastra = kain selempang tubuh
Jalma moro jalma mati = manusia datang manusia mati, peribahasa Jawa
Kulup = nak, panggilan Dewata kepada manusia
Pukulun = panggilan kepada Dewata
Suksma = jiwa
Nafs = nafsu
Suksma sejati = ruh manusia

Kisah Nawaruci, dikenal juga sebagai Dewaruci, Bhimasuci, adalah momen penganugerahan gelar Wrekudhara sebagai Sang Angkusprana (sang pendorong napas kehidupan). Kisah klasik ini adalah lakon carangan----pegembangan cerita----dari epos Mahabharata oleh Mpu Syiwamurti di masa-masa akhir Majapahit. 

Dalam mitologi Jawa, gugusan galaksi Bimasakti terbentuk karena kekuatan bayangan pertarungan Wrekudhara (Bhima) dengan Naga Percola yang memantul ke cakrawala dan membentur benda-benda langit di atas sana.

Kisah ini juga dipercaya sebagai penuturan perjalanan spiritual Syech Malayakusuma ketika bertemu dengan Nabi Kidlir di tengah samudera, sehingga Syech Malayakusuma mendapatkan mukasyafah yang luar biasa. Berupa wejangan penyingkapan tabir jati diri manusia. 

Syech Malayakusuma tak lain adalah Susuhunan (manusia mulia, biasa dipendekkan menjadi Sunan) Kalijaga.


Contact Us

Nama

Email *

Pesan *