Selasa, 14 Maret 2017

MENGENAL NAMA HARI, BULAN DAN TAHUN JAWA SERTA PERHITUNGANNYA


foto dokumen pribadi


Masyarakat Jawa, sejak dahulu telah mengenal nama-nama hari, bulan dan tahun disamping nama yang telah lazim dipakai dalam kalender Masehi.

Jika sekarang masyarakat modern mengenal ada tujuh hari, maka nenek moyang orang-orang Jawa memiliki Wuku. Merupakan kumpulan siklus selama tujuh hari. Satu hari Wuku adalah tujuh hari masehi atau seminggu. Jadi, untuk menyelesaikan satu bulan Wuku, sama dengan dua ratus sepuluh hari masehi.

Sedangkan satu Wuku, terdiri dari tujuh hari Jawa sebagai berikut:

Minggu (Ngahad): Radithé.
Senin (Sênèn): Soma.
Selasa (Sêlasa): Anggara.
Rabu (Rêbo): Budha.
Kamis (Kêmis): Rêspati.
Jumat (Jêmuwah): Sukra.
Sabtu (Sêtu): Tumpak.

Selain nama-nama hari dalam satu Wuku, masyarakat Jawa juga mengenal lima wêton sebagai pengiringnya yang disebut pasaran (berasal dari kata sêpasar yang berarti lima), diantaranya:

Kliwon (Kasih).
Lêgi (Manis).
Pahing (Jênar).
Pon (Palguna).
Wagé (Cêmêngan).

Sedangkan nama-nama bulan yang dikenal oleh masyarakat Jawa adalah sebagai berikut:

1.Sura
2.Sapar
3.Mulud
4.Bakda Mulud
5.Jumadil Awal
6.Jumadil Akhir
7.Rêjêb
8.Ruwah
9.Pasa
10.Bada
11.Sêla
12.Bêsar

Nama-nama tahun dalam masyarakat Jawa adalah sebagai berikut:

1.Alip
2.Ehé
3.Jimawal
4.Jé
5.Dal
6.Bé
7.Wawu
8.Jimakir

NILAI HARI, WÊTON, BULAN DAN TAHUN JAWA.
Baik hari, wêton, bulan, maupun tahun, semuanya memiliki nilai yang biasa disebut Nêptu.

foto dokumen pribadi

Berikut adalah nilai dari hari, wêton, bulan dan tahun Jawa:

A.Dina (hari):
Minggu: Radithé, bernilai 5
Senin: Soma, bernilai 4
Selasa: Anggara, bernilai 3
Rabu: Budha, bernilai 7
Kamis: Rêspati, bernilai 8
Jumat: Sukra, bernilai 6
Sabtu: Tumpak, bernilai 9

B.Wêton/Pasaran:
Kliwon, nilainya 8
Lêgi, nilainya 5
Pahing, nilainya 9
Pon, nilainya 7
Wagé, nilainya 4

C. Wulan, Sasi (bulan):
Sura, bernilai 7
Sapar, bernilai 2
Mulud, bernilai 3
Bakda Mulud, bernilai 5
Jumadil Awal, bernilai 6
Jumadil Akhir, bernilai 1
Rêjêb, bernilai 2
Ruwah, bernilai 4
Pasa, bernilai 5
Bada, bernilai 7
Sêla, bernilai 1
Bêsar, bernilai 3

D.Warsa (Tahun):
Alip, nilainya 1
Ehé, nilainya 5
Jimawal, nilainya 3
Jé, nilainya 7
Dal, nilainya 4
Bé, nilainya 2
Wawu, nilainya 6
Jimakir, nilainya 3

-o0o-

Masyarakat Jawa yang masih memegang teguh tradisi moyangnya, hingga sekarang tetap menggunakan hitung-hitungan ini untuk menentukan baik buruknya sebuah hajatan tertentu. Misalnya memilih hari untuk mengkhitankan anak, melangsungkan pernikahan, membangun rumah, dan sebagainya.

Ada nilai tertentu dari penjumlahan hari, wepêton, bulan dan tahun yang menjadi pantangan bagi masyarakat Jawa. Konon, barang siapa nekad melanggar wêwalêr----larangan----tersebut, maka hidupnya akan senantiasa dirundung kesialan. Salah satu nêptu yang sangat dihindari adalah 25.

Kenapa bisa?

Masyarakat Jawa sangat menjunjung tinggi ucapan orang-orang tua, dengan cara hangugêmi----mematuhi, memegang teguh----segala nasehatnya. Jika kita menentang petuahnya, tentu bisa dikategorikan sebagai anak yang tidak patuh kepada beliau-beliau. Durhaka.

Jadi, kesialan yang menimpa pelanggar wêwalêr diatas lebih dikarenakan sebagai hukuman bagi manusia yang tidak patuh kepada orang tua. Bukan karena pelanggaran atas nilai-nilai hari, wêton, bulan dan tahun tersebut (nêptu).

Wallahu Alam Bishawab.

Betapa fakirnya ilmu dan pengetahuan kita.

TANCEP KAYON

Heru Sang Mahadewa
Member of #OneDayOnePost

7 komentar:

  1. Berarti yang namanya Radhitya itu lahir hari Minggu kali ya? Hoho

    BalasHapus
  2. Balasan
    1. Bukan pengetahuan baru..tetapi pengetahuan lama yang hampir dilupakan orang..

      Hapus
  3. Kalo untuk warsa gimana maksudnya mas. Disitu tidak ada angka 8,9 dan 0

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siklus warsa hanya sampai pada tahun kedelapan. Jika telah habis, kembali lagi ke tahun Alip.

      Hapus
  4. Kok bulan nya nggak sampai 12 ya

    BalasHapus

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *