Kamis, 24 Maret 2016

PRABU SRI BETHORO KRESNO (Part 1)




Asal-usul.
Tersebutlah sebuah negeri kecil nan makmur sentosa, bernama Mandura (Manduro) yang dipimpin seorang raja arif dan bijaksana, Prabu Basudewa.

Prabu Basudewa (Basudewo) menikah dengan tiga orang istri. Istri pertama Dewi Mahera (Dewi Maerah), kedua bernama Dewi Mahindra dan terakhir Dewi Badrahini.

Dari pernikahan dengan Dewi Mahindra ia dikarunia dua putra yaitu Kakrasana (Kokrosono) yang memiliki nama lain Baladewa (Bolodewo), dan Narayana (Noroyono) disebut juga Krisna (Kresno), titisan terakhir dari Sang Hyang Wisnu (Dewa Wisnu). Satu anak perempuan bernama Roro Ireng yang lebih dikenal dengan nama Dewi Sumbadra (Dewi Sembodro) didapat dari Dewi Badrahini.

Ketiga anak ini sejak kecil dititipkan di padepokan Widorokandang, diasuh oleh Ki Demang Antagopa, dan istrinya Nyi Ken Sagupi. Karena adanya kabar bahwa anak dari Dewi Maerah yang berwujud raksasa bernama Kangsadewa (Kongsodewo) sesumbar akan membunuh adik-adiknya bila mereka besar demi mendapat tahta Mandura. Sehingga demi keselamatan, mereka disembunyikan di padepokan terpencil itu. 

Kongsodewo sendiri sejatinya bukan putra dari Prabu Basudewo. Ketika raja Mandura itu pergi berkelana keluar istana, datangalah Prabu Gorawongso (raja raksasa dari kerajaan Goa Barong) yang sudah lama menaruh hati pada Dewi Maerah. Gorawongso lalu menjelma berubah wujud sebagai Basudewa dan memadu asmara dengan Dewi Maerah.

Skandal asmara ini akhirnya terkuak, demi menjaga martabat raja dan kerajaan Mandura, Dewi Maerah terpaksa dihukum mati.

Namun adik Prabu Basudewa, yakni Haryoprabu Rukmo yang ditugasi menjadi eksekutor untuk membunuh Dewi Maerah tidak sampai hati melaksanakan hukuman mati itu, setelah tahu bahwa Dewi Maerah sedang mengandung.

Akhirnya Dewi Maerah ia tinggalkan sendiri di tengah hutan. Wanita malang itu ditolong oleh seorang pertapa berwujud raksasa bernama Resi Anggawangsa. Saat melahirkan anaknya, Dewi Maerah meninggal dunia. Bayi haram itu, dirawat, dipelihara, dan dididik dengan penuh kasih sayang oleh sang Resi.

Seiring waktu, akhirnya Resi Anggawangsa mengetahui siapa sebenarnya orangtua dari Kongsodewo. Sebelum meninggal dunia, sang Resi menyerahkan Kongsodewo yang masih balita kepada pamannya Dityo Suratimontro (adik Prabu Gorawongso) di negeri Bombawirayang.

***********
Kongso Adu Jago.
Ketika Kongsodewo menginjak remaja, ia diantar Suratimontro ke Mandura menemui Prabu Basudewo, menuntut haknya agar diakui sebagai anak. Kongsodewo menceritakan semua kisah pilu dia dan ibunya yang sudah meninggal secara menyedihkan saat melahirkan di tengah hutan.

Karena terharu dan tidak tega, Prabu Basudewo mengakui Kongosodewo sebagai anak. Sebagai putra dari istri pertama, dia diberi kedudukan sebagai raja kecil (adipati) di Sengkopuro.

Inilah blunder Prabu Basudewo. Dengan didikan dan asuhan dari Dityo Suratimontro, Kongsodewo tumbuh menjadi pemuda berwatak angkara murka, keras hati, dan pengkhianat seperti sifat ayah aslinya Gorawongso.

Kongsodewo dengan dibantu Dityo Suratimontro yang sakti mandraguna pelan-pelan telah menyusun kekuatan. Hingga pada puncaknya suatu hari ia menyerang Mandura untuk merebut tahta kerajaan.

Terjadi peperangan yang cukup lama di Mandura. Kesaktian Kongsodewo dan Dityo Suratimontro menyulitkan pasukan Mandura.

Mengetahui kejadian ini, adik Prabu Basudewo yaitu Haryoprabu Rukmo segera memacu kereta ke negeri tetangga Hastinapura (Astina). Mereka menemui kakak iparnya Prabu Pandu Dewanata (Pandu Dewonoto) untuk meminta bantuan. Prabu Pandu adalah ayah dari para kesatria Pandawa.

Prabu Pandu bersama seorang putranya Brotoseno (Werkudoro atau Bima) segera datang ke Mandura.

Ketika berhadap-hadapan dengan Brotoseno, Kongsodewo menolak bertarung dan menantang Bima cukup untuk mengadu ayam jago mereka yang bertanding. Setelah ayam jago Kongso kalah, ia tidak terima dan mengamuk, namun akhirnya Kongsodewo tewas ditangan Noroyono (Kresno) yang baru saja datang dari padepokan Widorokandang.

Sementara di tempat lain, Bima tanpa kesulitan juga berhasil mengalahkan Dityo Suratimontro.

Segmen kegagalan kudeta Kongso ini dalam pagelaran wayang kulit diberi lakon/judul “Kongso Adu Jago”.


***********
Tak lama setelah kudeta Kongso yang gagal, Prabu Basudewo mewariskan tahta kerajaan Mandura kepada dua putranya sebagai raja kembar. Kokrosono (Bolodewo) dan Noroyono (Kresno).

Tetapi selama memerintah, mereka memiliki perbedaan sifat dan kebijakan yang sangat bertolak belakang.

Bolodewo yang sejak kecil bersifat keras kepala dan temperamental cenderung bergaya otoriter dalam memimpin. Sementara adiknya Noroyono yang sejak kecil bersifat lemah lembut, bergaya pemimpin arif dan bijaksana.

Karena merasa tak mungkin lagi Mandura diperintah dua raja, akhirnya Noroyono memilih mengundurkan diri. Kepada sang kakak Prabu Bolodewo ia menyerahkan dan menitipkan kerajaan, sementara ia akan pergi berkelana. Roro Ireng tak mau ditinggalkan, atas ijin kedua kakaknya ia pun ikut Noroyono berkelana.

Sampailah Noroyono (Kresno) ke sebuah negeri bernama Dwarawati (Dworoko, Dworowati). Sebuah negeri yang banyak dihuni bangsa manusia tapi dipimpin oleh seseorang raja bangsa raksasa, bernama Prabu Narasingha. Seorang raja yang kejam, otoriter dan diktator. Kebijakannya cenderung menganaktirikan bangsa manusia yang secara fisik lebih lebih lemah dibanding bangsa raksasa. Noroyono pun berbaur dengan rakyat kecil negeri Dwarawati. 

Di negri inilah kemudian Noroyono yang sejatinya titisan Dewa Wisnu mulai dikenal masyarakat sebagai pemuda yang pandai, baik hati dan punya kesaktian menolong banyak rakyat yang kesusahan.

Ia mulai dibangga-banggakan oleh rakyat sebagai sosok yang kelak akan menjadi pemimpin mereka di masa depan. Berita ini akhirnya sampai ke telinga Prabu Narashinga.

Sang raja pun memburu Kresno. Namun rupanya Narashinga belum tahu siapa sejatinya Noroyono. Saat Kresno dibawa ke istana untuk diadili, justru titisan Sang Hyang Wisnu itu memberikan banyak nasehat dan wejangan kepada sang raja. Terutama agar ia segera merubah segala sifat buruknya, dan kembali ke jalan yang benar. Menjadi pemimpin yang arif dan bijaksana.

Prabu Narashinga tersinggung. Ia memerintahkan pasukannya agar membunuh Kresno. Tapi diluar dugaan semua orang, dengan pengaruh aura dewa yang melekat pada Kresno, para prajurit Dworowati tiba-tiba berbalik mendukungnya.

Narasingha tetap berkeras kepala dan dia memaksakan diri untuk menyerang Noroyono. Dengan mudah pun Kresno berhasil menumbangkan Narashinga. Dworowati pun kosong tanpa pemimpin.

Atas dukungan semua rakyat, bahkan keluarga Narashinga sendiri, akhirnya Noroyono dinobatkan sebagai raja baru di Dworowati dan bergelar Prabu Sri Bethoro Kresno (Prabu Krisna).

Prabu Kresno menikah dengan empat istri Dewi Jembawati, Dewi Rukmini, Dewi Setyaboma dan istri turunan sebagai titisan Sanghyang Wisnu, Dewi Pratiwi.

Dari Dewi Jembawati ia dikaruniai dua putra, Samba dan Gunadewa. Sedangkan dari Dewi Rukmini Kresno memperoleh anak Saranadewa. Sementara istri terakhir Dewi Setyaboma memberinya seorang anak Setyaka. Terakhir dari Dewi Pratiwi ia berputra : Bambang Sitija dan Dewi Siti Sundari.

Prabu Sri Bethoro Kresno selain sangat digdaya dan dapat bertiwikrama, ia juga mempunyai pusaka-pusaka sakti antara lain : Cakradewa, Kembang Wijoyokusumo, Terompet/Sangkolo Poncojoyo, Kaca Paesan, Aji Pameling dan Aji Kawrastawan.

Dalam kondisi marah, Kresno bertiwikrama menjadi wujud reksa denawa (raksasa) dan Dewa Wisnu.

Cakra Sudarsana


(bersambung)

#ODOP
#PostingHariKesembilanBelas

8 komentar:

  1. Mas ini thh cerita tang sudah ada atau mas heru bijin sendiri? Aku blas gak tau cerita2 kerajaan begini. #ampun kakak. Gak tau budaya bgt yah.

    BalasHapus
  2. Pakem (garis besar) kisahnya sudah ada turun temurun dlm tradisi budaya jawa. Dibawakan dalam pentas pagelaran wayang kulit.
    Kehidupan saya saat kanak-kanak kesana kemari ikut ibu saya yang kru wayang itu, membuat saya tertarik untuk menuangkan kisah2 wayang dlm bentuk tulisan.

    BalasHapus
  3. Wayang punya ratusan kisah yang jika ditulis sebenarnya akan menjadi sebuah Maha Fiksi mbk Vinny

    BalasHapus
  4. jadi tahu cerita-cerita kerajaan jawa, seperti dongeng. hanya susah mengingat nama-namanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe .. gk usah di ingat-ingat namanya mbk Wiwid.
      India punya Mahabaratha via ANtv,
      Indonesia punya Bratayudha via pagelaran wayang kulit

      Hapus
  5. heeh..namanya susah diingat.tp baguuus

    BalasHapus
  6. heeh..namanya susah diingat.tp baguuus

    BalasHapus

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *