This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 30 November 2016

MEMBENTUK JIWA WIRA USAHA MELALUI DIKLAT KOPERASI KARYAWAN


Diklat Kopkar Sukses X 2016 - Foto dokumen pribadi


Sebuah acara bertajuk Pendidikan dan Pelatihan Perkoperasian digelar oleh Koperasi Karyawan Sukses di Royal Trawas Hotel & Cottages, Mojokerto, Jawa Timur pada tanggal 26 – 27 November 2016 lalu.

Kegiatan yang diikuti sekitar 100 peserta di lingkup karyawan PT Siantar Top Tbk dan grupnya (PT Semesta Nusa Distrindo, PT Cita Rasa Sukses) ini dihadiri pula oleh jajaran pimpinan ketiga perusahaan.

Direktur Utama PT Siantar Top Tbk, Ir. H. Pitoyo, M.M. turut mengikuti Diklat ini dari awal hingga akhir. Dari PT Semesta Nusa Distrindo hadir Bapak Kukuh selaku perwakilan management. Sementara PT Cita Rasa Sukses diwakili oleh Ibu Rina dan Ibu Niluh Sumadewi sebagai pimpinan personalia.

Seratus peserta dilepas keberangkatannya oleh Ketua Koperasi Karyawan dari halaman PT Siantar Top Tbk. yang berada di Jl. Tambaksawah Industri 21 – 23 Waru, Sidoarjo, Jawa Timur pada sabtu siang, 26 November 2016 tepat pukul 13.00 Wib. Menggunakan kendaraan dua bis mereka menuju Royal Trawas Hotel & Cottages yang berada di kawasan gunung Welirang Arjuno, Mojokerto.

Pukul 15.30 WIB rombongan sampai di lokasi Diklat. Dipandu tiga orang moderator, Wiwik S Puspita, Rachmad Gobel, dan Heru Widayanto, peserta disambut dengan permainan Mood Booster. Kepenatan mereka selama perjalanan dua setengah jam mencoba dicairkan dengan game Perintah Salah dan Benar.

Mood Booster - foto dokumen pribadi
Mood Booster - foto dokumen pribadi

Malam harinya, sebelum acara inti Diklat dimulai, para peserta dan undangan dihibur dengan teatrikal Goyang Pinguin oleh trio moderator. Rachmad Gobel yang menggunakan topeng Aliando Syarif dan Heru Widayanto dengan penutup muka ala Ariel Noah Band, serta Wiwik SP sebagai MC. Penampilan mereka cukup menghibur pengunjung yang memenuhi ruang Wisnu Kencana Royal Trawas Hotel & Cottages.

Peserta Diklat di dalam ruang Wisnu Kencana, Royal Trawas Hotel
 
Trio Moderator (Wiwik, Heru, Gobel) dalam aksi teatrikal Goyang Pinguin

Selanjutnya acara dibuka dengan pidato Laporan Panitia oleh Koordinator Diklat X Koperasi Karyawan, Ananto Seno.

Dalam sambutannya, lelaki yang juga aktivis Serikat Pekerja ini menuturkan bahwa Diklat tahun 2016 mengambil tema Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Anggota Koperasi Untuk Mewujudkan Kesejahteraan Bersama. Beliau mengharapkan, para peserta bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat dari para nara sumber kegiatan ini.

Hadir pula Ketua Pengurus Unit Kerja Serikat Pekerja Rokok Tembakau Makanan dan Minuman - Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (PUK SP RTMM - SPSI), merangkap Ketua DPC SP RTMM Kabupaten Sidoarjo, sekaligus juga Pengurus DPD SP RTMM Jawa Timur, SM Antok, S.H.

“Terima kasih Koperasi Karyawan Sukses (PT Siantar Top Tbk. Grup), karena eksistensinya turut meningkatkan taraf kesejahteraan anggota kami (para pekerja),” ucap SM Antok, S.H. dalam pidato sambutannya.

Sementara Moehartatik, Ketua Koperasi Karyawan Sukses PT Siantar Top Tbk. grup menegaskan bahwa Diklat yang menjadi agenda tahunan Badan Usaha Berbadan Hukum pimpinannya ini dilaksanakan sebagai amanah AD/ART.

“Semoga di masa mendatang, Koperasi Karyawan Sukses semakin luas bidang usahanya. Tidak hanya terpaku pada sektor simpan pinjam, pertokoan, kredit barang, properti, dan pendanaan kredit motor/mobil, seperti yang selama ini sudah menjadi produk unggulan kita,” tegas Moehartatik.

Sedangkan Ir. H. Pitoyo, M.M. lebih menyoroti kepada run down Diklat. “Dari tahun ke tahun, saya amati pelaksanaan Diklat terus mengalami perbaikan baik dari segi tema maupun nuansa acaranya. Tidak hanya teoritis, tetapi suasana fun beraroma refreshing sangat kental kali ini. Sebuah kegiatan yang positiv untuk menimba ilmu dengan menggunakan metode menyenangkan,” pungkasnya.

Undangan Diklat dari jajaran management PT Siantar Top Tbk. grup

Untuk memberi pembekalan materi kepada peserta, panitia Diklat X Koperasi Karyawan Sukses tahun 2016 mengundang dua orang nara sumber. Ahmad Sirojuddin, M.M. dari Junas Agro dan Heru S dari Mr. Jac Indonesia.

Sesi pertama menampilkan Mr. Jac Indonesia, sebuah usaha franchise jamur crispy yang dipelopori anak-anak muda lulusan Universitas Airlangga, Surabaya sebagai pembicara.

Dalam pemaparannya, owner usaha franchise yang kini telah memiliki sekitar 130 cabang di Jawa dan Bali ini menyampaikan bahwa jiwa kewirausahaan bisa tumbuh karena ada keberanian untuk sukses.

Mr. Jac Indonesia - foto dokumen pribadi

Profil selengkapnya tentang Mr. Jac Indonesia silahkan baca [ Disini ]

Junas Agro yang menampilkan Ahmad Sirojuddin M.M. berbicara pada sesi kedua. Lelaki paruh baya lulusan FTP Universitas Brawijaya Malang ini juga mengangkat tema kewirausahaan.

Pebisnis yang masih aktiv sebagai salah satu pimpinan PT Siantar Top Tbk. sendiri ini lebih banyak menceritakan lika-liku jatuh bangunnya seorang pengusaha pemula. “Jangan hanya memimpikan suksesnya, tetapi bayangkan bahwa kegagalan adalah sesuatu yang lekat dengan sebuah usaha,” ucap putra Betawi yang pernah menjadi pengajar di Agrobisnis Pesantren ABA Klaten, Jawa Tengah.

Konsultan di Apec IBIS Jakarta yang meraih gelar S2 di UMM Surakarta ini juga mengangkat contoh beberapa teman dari karyawan PT Siantar Tob Tbk. (anggota Koperasi Karyawan Sukses) yang telah memilih berwirausaha sebagai jalan hidup mereka.

Ahmad Sirojuddin M.M.(Junas Agro) - dok. pribadi

Serangkaian acara inti Diklat pun akhirnya ditutup pada pukul 23.30 WIB. Semua peserta dan undangan digiring ke sebuah lapangan untuk menikmati Api Unggun, sebelum akhirnya istirahat ke kamar hotel masing-masing.

Minggu, 27 November 2016 para peserta kembali menjalani kegiatan outbond yang lebih menitikberatkan pada pembentukan jiwa leadership dan team building. Nuansanya full happy. Bermain sambil belajar. Belajar dengan menyenangkan.

Game team building - foto dokumen pribadi
Game team building - foto dokumen pribadi
Game team building - foto dokumen pribadi

Sederhana, iya begitulah. Acara ini terasa sangat berkesan meski dikelola sendiri oleh para pengurus dan anggota Koperasi Karyawan Sukses, tanpa melibatkan sebuah Event Organizer.

Semoga para peserta bisa mendapatkan ilmu bermanfaat dari kegiatan ini.

( Heru Sang Mahadewa)
Member Of OneDayOnePost

Jumat, 25 November 2016

PELANGI DI LANGIT MALWAPATI (1)




PROLOG

Mangkatnya Yudayana membuat putra mahkota Gendrayana yang belum cukup umur naik tahta sebelum waktunya. Ia menjadi raja negeri Yawastina saat usianya belum genap sepuluh tahun.

Seperti kebiasaan seorang anak kecil yang labil jiwanya, meski telah menjadi raja, Gendrayana masih sering bertengkar dengan adiknya, Sudarsana. Penyebabnya hanya karena perselisihan kecil saat keduanya bermain-main. Para pengasuh keraton pun dibuat senantiasa sabar membimbing dan membesarkan hati dua putra mendiang Prabu Yudayana itu. Dasar anak-anak, pagi hari bertengkar, siangnya telah bercengkerama kembali. Sore hari bermain, esok pagi justru berkelahi lagi.

Benih-benih kesalahpahaman di masa kanak-kanak ternyata tidak serta merta hilang seiring semakin dewasanya Gendrayana dan Sudarsana. Keduanya selalu berseberangan pendapat dalam menyikapi kebijakan pemerintah Yawastina.

Gendrayana tumbuh menjadi raja muda yang berwatak keras. Tak segan ia menindak tegas terhadap kesalahan yang dilakukan raja-raja bawahan di negeri vassal.

Sementara Sudarsana yang menjabat sebagai Mahamenteri memiliki sifat toleran setiap terjadi pelanggaran. Sang adik lebih mengedepankan diplomasi untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi antara Yawastina dengan negeri-negeri bawahan.

*****

Prang!

Gendrayana melempar sebuah guci yang berada di atas meja pendopo Yawastina. Matanya membelalak tajam, kedua tangan terkepal. Urat-uratnya menyeruak keluar, membentuk garis-garis liar di kulit leher.

“Kau berniat menggulingkan tahtahku, Sudarsana!” bentak Gendrayana. Tangannya menunjuk-nunjuk ke arah muka adiknya yang duduk bersila di paseban agung.

Semua punggawa, tetua dan penasehat keraton tidak ada yang berani mengeluarkan sepatah katapun. Kepala mereka hanya tertunduk. Bibir terkatup rapat. Saat Gendrayana murka seperti itu, bukan waktu yang tepat untuk menyanggah ucapannya. Mereka hapal dengan watak rajanya. Meski dalam hati sebenarnya ingin meluruskan ucapan sang nata Yawastina.

Prang!

Sebuah bejana yang terbuat dari logam kuningan kembali terlempar dari tempatnya. Suasana pendopo Yawastina semakin mencekam.

“Seujung kuku pun tak terbersit niat untuk menelikungmu, kakang Gendrayana.” Akhirnya Sudarsana berani angkat bicara.

Para punggawa, tetua dan penasehat keraton sontak mendongakkan wajah. Menatap Sudarsana yang telah berdiri di tengah-tengah paseban agung. Kekhawatiran tampak di wajah mereka. Sang raja pasti akan memuncak amarahnya dengan keberanian Mahamenteri.

“Untuk apa kau menggalang kekuatan baru bersama para pengikutmu?” tanya Gendrayana.

“Ini bukan penggalangan kekuatan, hanya gelar ketangkasan pasukan seperti biasa, sebagai penguatan laskar perang Yawastina, kakang,” sanggah Sudarsana.

“Berani sekali kau membantah ucapanku!” Gendrayana tidak bisa menerima penjelasan adiknya.

“Jaksa negara, masukkan Sudarsana ke dalam penjara! Ia harus dihukum karena mencoba menyusun kekuatan untuk menggulingkan aku!” perintahnya.

Sendika dhawuh, gusti!”

Serentak empat prajurit dan jaksa negara Yawastina meringkus Sudarsana. Sang Mahamenteri sengaja tidak memberikan perlawanan. Para tetua keraton mencoba menenangkan dan membujuk Gendrayana agar mencabut hukuman kepada Sudarsana.

Perintah yang telah diucapkan Gendrayana adalah sabda pandita ratu, pantang baginya untuk mencabut lagi. Sudarsana pun mendekam dalam penjara Yawastina.

*****

Peristiwa yang sebenarnya hanya kesalahpahaman antara kakak adik, Gendrayana dan Sudarsana membuat situasi Yawastina mulai tidak nyaman. Punggawa keraton kini terpecah menjadi dua kubu.

Para pengikut setia Mahamenteri kecewa dengan keputusan raja yang dianggap semena-mena. Sementara di kubu punggawa kepercayaan raja, mulai menebar kecurigaan kepada orang-orang bekas bawahan Sudarsana.

Puncak ketegangan adalah ketika Gendrayana mengeluarkan perintah agar semua senopati, punggawa dan prajurit yang dulu berada dalam laskar bentukan Sudarsana menulis pada sebuah daun lontar. Pernyataan kesetiaan terhadap raja.

Situasi menjadi semakin memanas karena para pengikut Sudarsana menolak ultimatum raja. Mereka bahkan mengancam akan mundur dari pemerintahan Yawastina jika dipaksa menuruti kehendak Gendrayana.

Pendopo Yawastina gempar!

Sebuah cahaya putih menyilaukan mata memenuhi ruang paseban agung. Kehadirannya disertai suara guntur yang menggelegar berkali-kali di langit Yawastina.

Gendrayana, para punggawa, tetua dan penasehat keraton yang dikumpulkan malam itu untuk membahas hukuman terhadap bekas pengikut Sudarsana nyaris semburat berlarian meninggalkan paseban.

Sosok lelaki berjenggot putih, memakai jubah kuning dengan mahkota memancarkan sinar emas berdiri di tengah pendopo Yawastina. Cahaya putih yang menyilaukan mata tetap terpancar dari tubuhnya. Membuat seisi ruangan menjadi terang benderang.

Dewata Agung!

Semua yang hadir di pendopo gemetaran, takut, dan tidak percaya dengan pemandangan dihadapan mereka. Kehadiran sosok seorang Dewa berwujud lelaki tua, tidak bisa diterima akal sehat manusia. Bhatara Narada benar-benar hadir di keraton Yawastina.

“Sabar, sabar ngger. Sadar, sadarlah Gendrayana,” tutur Bhatara Narada.

“Ampuni kami, Dewa,” jawab Gendrayana dengan suara bergetar. Tubuhnya menggigil. Bukan kedinginan, tetapi dihinggapi rasa ketakutan yang teramat sangat.

“Keputusan yang kau ambil sudah melewati batas, Gendrayana. Aku turun ke Yawastina untuk meluruskan semua peristiwa ini. Kau telah melakukan kesalahan besar dengan menghukum Sudarsana, adikmu sendiri. Juga memaksa pengikutnya menuruti kehendakmu,” lanjut Bhatara Narada.

“Sekali lagi ampuni kami, Dewa. Aku mengaku salah,” ucap Gendrayana, sambil bersimpuh didepan kaki Narada.

“Baguslah kalau kau menyadari kesalahanmu. Tetapi sebagai penebusan dosa, kau harus menjalani hukumanku. Berkelanalah ke arah selatan, sucikan dirimu di puncak gunung Wilis,” tutup Bhatara Narada.

“Gendrayana siap menjalankan perintahmu, Dewa,” jawab raja Yawastina.

Berbekal sebuah keris luk lima pemberian Bhatara Narada, malam itu juga Gendrayana memulai masa pembuangan. Ia berjalan kaki dengan diikuti para punggawa setianya meninggalkan keraton. Terus menuju arah selatan, hingga ketika fajar tiba, rombongan itu sampai di tapal batas negeri Yawastina.

“Kita istirahat dahulu disini, Dhadak Merak,” ajak Gendrayana kepada pengawalnya.

“Minumlah dahulu, gusti prabu pasti haus dan kelelahan,” ucap Dhadak Merak, patih Yawastina yang memutuskan ikut menemani Gendrayana menjalani masa pembuangan.

“Terima kasih, Dhadak Merak. Kalian semua juga beristirahatlah, nanti kita teruskan perjalanan setelah matahari condong ke barat. Gunung Wilis masih jauh, jaga baik-baik kondisi tubuh kita.” Gendrayana meneguk air putih yang disodorkan Dhadak Merak pada sebuah guci perunggu.

Gendrayana merebahkan tubuh dengan bersandar pada akar-akar kokoh sebuah pohon gayam. Matanya menatap ke tapal batas yang terbuat dari batu-batu kali yang ditata rapi menjulang tinggi. Tak pernah terbersit sebelumnya bahwa sifat pemarahnya membuat ia harus meninggalkan Yawastina. Negeri tempatnya lahir dan dibesarkan.

Sementara beberapa puluh mil dari tapal batas itu, di paseban agung Yawastina sedang dilakukan penobatan seorang raja baru.

Sudarsana, putra mendiang Yudayana yang lain, setelah malam sebelumnya dibebaskan oleh Bhatara Narada, kini telah menduduki singgasana Yawastina.

Awal dari perang saudara para penguasa bumi Jawadwipa.

-ooOO BERSAMBUNG OOoo-

(Heru Sang Mahadewa)
Member Of OneDayOnePost

Sabtu, 19 November 2016

DI ATAS LANGIT MASIH ADA LANGIT (2)



foto: www.szaktudas.com


Ngeri, miris dan pasrah. Begitulah ekspresi saya begitu mengetahui hasil drawing babak penyisihan grup Piala AFF 2016.

Bagaimana tidak runtuh hati ini, jika kita yang barus saja bebas dari sanksi banned Football Internationale Federation and Asociation (FIFA), dengan persiapan yang sangat mepet harus berada satu grup dengan Thailand, Singapura, dan tuan rumah Philipina.

Tiga negara yang kekuatan sepakbolanya sedang On Fire dan siap menyulitkan langkah kita untuk mengembalikan nama baik dan harga diri sebagai negeri yang baru terbebas dari sanksi.

Bagaimana kondisi Indonesia dan negara-negara pesaing itu? Inilah gambaran kekuatan para kontestan grup A Piala AFF 2016:

PHILIPINA
Negeri yang menjadi basis bajak laut di perairan laut Sulu (Philipina) ini selama empat helatan terakhir ajang turnamen paling beregengsi antar negara ASEAN melejit bak roket. Mengusung aroma naturalisasi pemain hampir di semua lini, mereka menjelma menjadi kekuatan baru di Asia Tenggara.

Timnas Philipina - foto juara.net

The Azkals (julukan timnas Philipina) sukses menembus babak semifinal selama tiga kali berturut-turut sejak tahun 2010, 2012, dan 2014. Patut membuat nyali kita menciut.

SINGAPURA
Negeri pulau yang menjadi pelopor pemutihan kewarganegaraan pemain asing (naturalisasi) ini telah menjuarai Piala AFF sebanyak 4 kali. The Lion sukses menjadi jawara ASEAN pada tahun 1998, 2004, 2007, dan 2012.

Timnas Singapura - foto vivanews.com

Cara instan mendongkrak prestasi dengan program naturalisasi membuat koleksi gelar juara Singapura adalah yang terbanyak di antara negara-negara yang pernah menjuarai Piala AFF. Rekor ini hanya mampu disamai Thailand, kompetitor kita di grup A juga.

THAILAND
Prestasi dan sepak terjang negeri Gajah Putih ini sudah tidak diragukan lagi. Selama gelaran Piala AFF, The War Elephant (julukan timnas Thailand) telah mampu menjuarai sebanyak 4 kali, yaitu tahun 1996 ketika pertama kali turnamen ini diluncurkan (ketika itu masih bernama Piala Tiger), lalu tahun 2000, 2002 dan terakhir 2014.

Timnas Thailand - foto sportanews.com
 
Bukan hanya itu, Thailand tahun ini juga sukses lolos ke putaran penyisihan kualifikasi Piala Piala Dunia 2018 zona Asia. Negeri Gajah Putih itu bahkan mampu menahan The Socceroos Australia yang banyak dihuni pemain bintang di English Premier League dengan skor 2 – 2.

Inilah kekuatan paling menakutkan bagi kontestan lain di grup A.

INDONESIA
Banyak yang menyebutnya sebagai De Orange Of Asia, alias Timnas Belanda-nya Asia.

Sering mengawali turnamen dengan penampilan memukau, permainan fantastis, super agresif, banyak meraih kemenangan di babak penyisihan, namun selalu gagal di partai grand final. Persis dengan nasib negeri Kincir Angin di Eropa sana.

Timnas Garuda (Indonesia) - foto tribunnews.com

Selama keikutsertaan di ajang Piala AFF, kita sebenarnya sukses melangkah ke final selama empat kali. Bahkan, pada tahun 2000, 2002, dan 2004 kita tiga kali berturut-turut menembus partai puncak itu. Selain edisi tahun 2010 yang menjadi partai final terakhir bagi Indonesia.

Namun, justru ironisnya selama empat kali itu pula, Indonesia selalu kalah dalam perebutan gelar juara.

The specialist of runner up. Begitu julukan yang melekat dengan timnas Merah Putih saat ini.

*****

Lengkap sudah momok Indonesia di grup A Piala AFF 2016. Banyak yang menyebut ini adalah Grup Neraka. Jauh lebih berat dibanding grup B yang dihuni tuan rumah Myanmar, Malaysia, Vietnam, dan Kamboja.

Sore 19 November 2016 ini, pertandingan pembukaan Piala AFF 2016 akan mempertemukan juara bertahan Thailand melawan Indonesia. Sebuah partai Suwe Ora Jamu (lama tak bersua) antar kedua negara yang menjadi musuh bebuyutan dalam persepakbolaan Asia Tenggara.

Pertandingan ini boleh dibilang ibarat pertarungan David dan Goliath. Kekuatan The War Elephant diatas kertas tentunya jauh melebihi Garuda. Dari sisi teknis, materi pemain hingga persiapan kedua tim, seperti bumi dan langit.

Partai sore nanti adalah pertemuan yang ke-64 antara Indonesia dan Thailand. Selama bersua dengan negeri Gajah Putih, kita hanya mampu menang sebanyak 17 kali, dan imbang 17 kali. Sementara mereka sukses mengungguli kita dengan 29 kemanangan. Pantas kalau lagi-lagi kita merasa ngeri, miris dan pasrah.

Iya, Thailand memang luar biasa.

Tetapi jangan lupa, tiga tahun silam ketika gelaran Piala AFF U19 menjadi pengobat dahaga juara bagi timnas Garuda, kita mampu mengalahkan Thailand dengan skor 3-1.

Ketika itu, Evan Dimas (yang kini menghuni skuad timnas senior Garuda) mampu membuktikan bahwa tidak ada kekuatan di dunia ini yang tidak bisa dikalahkan. Indonesia bukan hanya menumbangkan Thailand, tetapi juga sukses menjadi juara Piala AFF U19.

Nah, bukan mustahil jika sore ini pertandingan David melawan Goliath akan dimenangkan oleh petarung yang dianggap lemah kekuatannya.

Ingat, diatas langit masih ada langit. The War Elephant memang superior, tetapi mereka bukanlah kumpulan malaikat atau pemain-pemain dari planet lain. Sekecil apapun peluang Garuda, jika jeli memanfaatkan, tentu akan membuahkan hasil yang dapat menjungkirbalikkan prediksi banyak orang.

Semoga keajaiban dan mukjizat akan menyertai tim nasional Indonesia. Jayalah negeriku, seribu persen hati saya untukmu.

Salam Merah Putih.

( Heru Sang Mahadewa)
Member Of OneDayOnePost

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *