This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 23 Oktober 2017

INILAH CARA SAYA MENGIKUTI KELAS ONE DAY ONE ONE POST TANPA MENGHUTANG TULISAN





Mengikuti kelas karantina (jika terlalu ekstrim saya sebut tantangan) One Day One Post, boleh dibilang gampang-gampang susah.

Gampang, karena kita diberi kebebasan untuk menulis apa saja sesuai imajinasi yang berkeliaran di benak. Tentunya minus satu hari, di mana tema dan jenis tulisan sudah ditentukan Penanggung Jawab kelas. Susah, jika melihat tuntutannya, yaitu tidak boleh sehari saja kita mangkir dari tugas menulis.

Saya, termasuk satu di antara sekian puluh pembelajar yang berhasil diwisuda, setelah mampu melewati masa karantina di One Day One Post. Jika boleh sedikit membanggakan diri, selama tiga bulan di masa penggemblengan itulah, saya bisa menulis setiap hari, tanpa menghutang satu tulisan pun.

Hebat?

Tidak juga. Saya sama seperti siswa-siswa yang lain. Bahkan, banyak beberapa siswa yang pengalaman dan kemampuan menulisnya jauh di atas saya.

Bagaimana saya bisa konsisten memposting tulisan setiap hari ketika itu?

Mengatur ritme tema dan jenis tulisan.

Kebetulan, saya adalah seorang penggila bola. Hampir setiap ada tayangan sepakbola di layar kaca, baik kompetisi lokal maupun liga-liga eropa, saya sempatkan mengikutinya. Dari situ, terlintas gagasan untuk menciptakan prinsip bahwa menulis setiap hari selama tiga bulan berturut-turut, ibarat sedang memainkan peran seorang playmaker dalam tim sepakbola.

Seorang playmaker adalah jendral lapangan tengah dalam permainan sebuah tim sepakbola. Dia dituntut harus bisa mengatur tempo, kapan harus mengoper bola ke kawannya di depan, sehingga barisan gelandang dan striker bisa melancarkan serangan dengan kecepatan tinggi. Namun, pada waktu yang lain, seorang playmaker juga harus bisa mengambil keputusan kapan menahan bola, menurunkan tempo dengan bermain-main di daerah sendiri.

Untuk apa?

Agar stamina para pemain bisa terjaga hingga pertandingan usai. Iya, peran playmaker dalam menentukan ritme itulah yang akan berdampak pada konsistensi permainan timnya. Jika dia terus-terusan memforsir serangan, biasanya akan stamina pemain akan habis di paruh babak kedua. Pun juga sebaliknya, jika terlalu kendor permainannya, sudah tentu akan menjadi bulan-bulanan serangan lawan.

Nah, begitu pula dengan mengikuti kelas selama tiga bulan di One Day One Post. Saya memposisikan diri sedang menjadi playmaker.

Bisa Mengatur Ritme.
Puisi, cerpen, cerbung dan sejenisnya adalah tulisan berat. Butuh daya imajinasi tinggi untuk menyelesaikannya. Jika harus menuliskannya selama tiga bulan, bisa-bisa kita akan kehabisan stamina di paruh babak kedua.

Ada kalanya kita harus memposting tulisan-tulisan yang ringan. Menuturkan peristiwa yang kita lihat dan alami dalam sehari-hari ke bentuk artikel dan curhatan, jauh lebih mudah daripada menyelesaikan puisi, cerpen atau cerbung untuk memenuhi kewajiban ber-One Day One Post.

Nanti, pada saat yang lain, bolehlah kita menghajarnya dengan cerpen yang menyayat-sayat hati pembaca.

Jadi, peran kita tak beda jauh dengan playmaker tim sepakbola. Harus bisa mengatur irama permainan, kapan harus menulis puisi, cerpen dan cerbung; kapan pula harus menulis catatan-catatan ringan.

Jangan Membiasakan Diri Menghutang Tugas.
Tugas seorang siswa di One Day One Post adalah menulis setiap hari. Jika dalam sehari tidak menyetor tulisan, maka akan dianggap sebagai hutang yang harus dibayar pada hari-hari berikutnya.

Hindarilah berhutang tulisan. Semakin banyak tertinggal jumlah postingan, maka beban yang mengimpit kita dalam memenuhi kewajiban akan terasa kian berat. Memposting satu tulisan saja terkadang terasa sangat membebani. Tentu lebih berat lagi jika kita harus memposting dua tulisan sebagai pembayar hutang. Belum lagi jika hutang itu lebih dari satu tulisan.

Segera bayar hutang itu. Lalu, jangan ulangi lagi!

Itulah tips yang pernah saya terapkan selama mengikuti One Day One Post. Bisa saja berbeda dengan strategi siswa yang lain. Yang pasti, gol dari kita saat itu semua sama: konsisten memposting minimal satu tulisan setiap hari.

Semoga bermanfaat.

(Heru Sang Mahadewa)
Ketum One Day One Post

Sumber gambar: kompasiana.com

Selasa, 17 Oktober 2017

PENUTURAN ULANG SERAT CENTHINI JILID I (30)



ilustrasi gambar: Yayasan Wacana



PUPUH XVI
MASKUMAMBANG 1
Yang sulung bernama Raden Ayu Jayengresmi. Ketika sedang ramai-ramainya perang, mencari dua adiknya, yaitu Jayengsari dan Rancangkapti.

MASKUMAMBANG 2
Ia ingin membawa kedua adiknya melarikan diri. Tetapi di dalam kedhaton, diobrak-abrik, sudah tidak ditemukan. Sang raden sangat bersedih.

MASKUMAMBANG 3
Setelah meloloskan diri dari Giri mencari adik-adiknya, ia tak lagi memerdulikan keadaan. Tidak ada yang mengetahui, lolosnya sang raden.

MASKUMAMBANG 4
Sementara itu, Raden Jayengsari tak terpisahkan dengan adiknya, Niken Rancangkapti. Mereka juga mencari sang kakak.

MASKUMAMBANG 5
Tidak juga bisa menemukan, santri bernama Buras berkata: Duh bendara (juragan), Giri telah kalah dalam perang. Tidak ada yang lolos, semua menjadi tawanan.

MASKUMAMBANG 6
Akan dibawa ke negeri Mataram. Kakak dari paduka, Raden Jayengresmi, telah pergi, tanpa ada abdi yang ikut mengawalnya.

MASKUMAMBANG 7
Mendengar ucapan santri Ki Buras, air mata Raden Jayengsari jatuh berderaian. Kemana tujuan yang kauinginkan adikku.

MASKUMAMBANG 8
Niken Rancangkapti menjawab sambil menangis: Kakang, aku tidak sanggup jika berpisah denganmu. Kemanapun pergi, aku ikut.

MASKUMAMBANG 9
Semakin hancur perasaan Raden Jayengsari. Yayi (adik), aku ingin menyusul Kangmas Raden Jayengresmi. Hidup atau mati, toh kita juga akan berpisah.

MASKUMAMBANG 10
Ki Buras berkata: ijinkan abdi ini menyertai kemanapun tujuan (paduka). Mari kita segera berjalan. Keburu jauh nanti kakak paduka.

MASKUMAMBANG 11
Ayo adik, segera berangkat sekarang. Sang adik menjawab, Kakang (kakak) aku berdandan dulu, sambil mengemasi mainan-mainanku.

MASKUMAMBANG 12
Buras, nanti bawakan mainanku. Bèsèk (wadah dari anyaman bambu) pengantin-pengantinan, ambèn (ranjang) kecil, rana (penyekat tempat tidur) kecil, bagor (wadah dari anyaman daun pisang) tempat wingka (uang mainan dari pecahan gerabah/piranti berbahan tanah liat).

MASKUMAMBANG 13
Cobek, wajan, anglo (tungku dari tanah liat), kêndhil, kwali (belanga dari tanah liat), irus (sendok cekung dari tempurung kelapa), serok mainan, solèt (sendok tipis dari bilahan bambu), susuk kecil. Bagor kecil isi beras.

MASKUMAMBANG 14
Bakul kecil isi bumbu jangan tercecer. Juga cuilan batu bata. Bunga jambu dan ampas parutan kelapa. Kunyit, kapur, angus (jelaga yang menempel di pantat piranti memasak) wajan.

MASKUMAMBANG 15
Ki Buras berkata: lalu bagaimana cara membawanya? Ya kamu kantongi. Hampir saja dhakon(mainan congkal)-nya lupa. Biji sawo, asam dalam kêba (kantong yang terbuat dari anyaman daun mendong/fimbristylis umbellaris).

MASKUMAMBANG 16
Minan biji-ku lebih baik kugendong sendiri. Jangan kaubawa. Nanti malah habis kaucuri. Kate(ayam kecil)-ku kaubawa sekalian.

MASKUMAMBANG 17
Nanti kalau capek, aku minta gendong kamu. Ki Buras mengeluh minta ampun: Duh juragan, apalagi, tinggal tempat tidur dan lemari ini.

MASKUMAMBANG 18
Ayo Buras, bantu mengambil. Menderngar itu, Raden Jayengsari berseru was-was. Sang adik langsung direngkuh.

MASKUMAMBANG 19
Lalu digendong oleh santri Ki Buras di belakang. Turunkan, Kakang. Mainanku masih ketinggalan. Kalau kutinggalkan, nanti hilang.

MASKUMAMBANG 20
Ki Buras berkata: semua tidak ada yang ketinggalan. Sudah terpikul banyak sekali. Mana mainanku biji sawo, sama cuki(mainan dam)-ku, nanti hilang.

MASKUMAMBANG 21
Telah berlalu perjalanan Raden Jayengsari. Menyatu dengan hutan, menuruni tebing jurang. Berganti kisah.

MASKUMAMBANG 22
Kangjeng Ratu Pandhansari dan sang suami, Pangeran Pekik, naik ke Giri, dikawal prajurit yang berjajar-jajar. Mengepung kedhaton.

MASKUMAMBANG 23
Dikisahkan, istri sang ulama melihat dari pura, lalu pecah tangisnya, mengetahui barisan prajurit di hadapan penguasa (Sunan Giri).

MASKUMAMBANG 24
Lalu merunduk menyembah di hadapan penguasa, menghaturkan sungkem, berkata memelas sambil menangis: Oh gusti panutan hamba.

MASKUMAMBANG 25
Maksud hamba hadir di pedukuhan Giri, (pertama, ingin mendapatkan) beribu-ribu anugerah. Kedua, kejatuhan sari (benih), dari pemimpin yang mulia.

..................

BERSAMBUNG

-o0o-

Bagian sebelumnya, baca [ DI SINI ]
Bagian selanjutnya, baca [ DI SINI ]

Judul asli:
Suluk Tambangraras

Pengarang:
KGPAA Amengkunegara III (Sunan Pakubuwana V)
Raden Ngabehi Yasadipura II (Ranggawarsita I)
Raden Ngabehi Sastradipura (Ahmad Ilham)
Raden Ngabehi Ranggasutrasna

Dituturkan ulang oleh:
Heru Sang Mahadewa
(Member Of One Day One Post)

Jumat, 06 Oktober 2017

PENUTURAN ULANG SERAT CENTHINI JILID I (29)


ilustrasi gambar: Yayasan Wacana



PUPUH XV
DURMA 13
Porak-poranda (pasukan Surabaya) lalu menemui gustinya. Kangjeng Ratu Pandhansari menunjuk-nunjuk kepada para prajuritnya sembari berkata, wahai anak-anak Surabaya, kalian mau kemana? Jawab para prajuritnya, menyingkir untuk beristirahat sementara.

DURMA 14
Setelah beristirahat sejenak, lalu segera bertindak lagi, menuju medan perang. Endrasena dan seluruh pasukannya bersorak gembira. Sungguh mengerikan amukannya. Kangjeng Ratu Pandhansari yang melihatnya menjadi kasihan.

DURMA 15
Berkata kepada suaminya, Kangjeng Pangeran Pekik, duh kangmas Adipati, senapati China itu telah mabuk perang. Cukup dijatuhi peluru, ia akan pulang ke hadapan Allah SWT. Kangjeng Ratu Pandhansari buru-buru memegang (senjata).

DURMA 16
Pistolnya ia bidikkan dan peluru terlepas, mengarah ke Endrasena, terluka tangan kanannya. Terkejut hingga terlepas pedangnya. Mengamuk lagi dengan keris di tangan kiri. Lalu kembali tertembak pistol. Terlukalah kedua tangannya.

DURMA 17
Masih juga memaksa mengamuk dengan menendang-nendang, menggigit telinga musuh. Ratu Pandhansari lalu kembali membidikkan pistol. Tepat mengenai kaki Endrasena, seketika roboh. Prajurit Surabaya.

DURMA 18
(Prajurit Surabaya) semua mendengar letusan pistol sebanyak tiga kali, seketika berhamburan (keluar dari persembunyian) ke medan perang dari segala penjuru kiri dan kanan. Terkejut pasukan yang terkena terjangan (serangan tiba-tiba), orang-orang Giri tidak ada yang menyangka, jika jumlah pasukan musuhnya bertambah banyak, pasukan Surabaya.

DURMA 19
Diperkirakan hanya tinggal sedikit saja yang terlihat, dalam hati manusia besar yang sombong, justru menjadikannya ceroboh. (Strategi) tipuan dari orang Mataram. Senopati China terus menahan, kebanjiran musuh, tertusuk lambungnya dari kanan dan kiri.

DURMA 20
Endrasena jatuh tersungkur di hadapan pasukannya. Begitu para prajurit Giri melihat yang dialami senopati China, seketika runtuh nyalinya. Sementara tak kalah garang aksi perang, prajurit Surabaya, semua siap mati.

DURMA 21
Merangsek musuh yang telah porak-poranda, bagai membabat tanaman ilalang. Sang Endrasena dihujani tombak, hancur lebur hingga menyatu dengan tanah. Pasukannya tumpas. Sebagian yang tertinggal.

DURMA 22
Pontang-panting lari sambil membuang pedang. Semua lari menyelamatkan diri. Ada yang terjun ke jurang, bersembunyi di dalam gua. Ada yang menceburkan diri ke laut. Ketika naik ke daratan, mereka kian ketakutan.

DURMA 23
Pasukan Giri satu pun tiak ada yang terlihat. Bersih bagai disapu. Pasukan Surabaya bersorak bersahut-sahutan, pertanda telah menang perang. Kedhaton Giri dikepung oleh barisan pasukan yang berlapis.

DURMA 24
Dikisahkan ketika sedang ramai pecah perang, para putra Sunan Giri, yang berasal dari istri selir, ketiganya perempuan, tunggal seayah seibu, sangat bersedih dalam hati. (Mereka) bagai emas yang muncul di permukaan air (cantik jelita paras mereka).

..................

BERSAMBUNG

-o0o-

Bagian sebelumnya, baca [ DI SINI ]
Bagian selanjutnya, baca [ DI SINI ]

Judul asli:
Suluk Tambangraras

Pengarang:
KGPAA Amengkunegara III (Sunan Pakubuwana V)
Raden Ngabehi Yasadipura II (Ranggawarsita I)
Raden Ngabehi Sastradipura (Ahmad Ilham)
Raden Ngabehi Ranggasutrasna

Dituturkan ulang oleh:
Heru Sang Mahadewa
(Member Of One Day One Post)

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *