Rabu, 08 Juni 2016

MERCON BUMBUNG, MERIAM BAMBU KHAS RAMADHAN


Meriam bambu - image google

Siapa yang tidak bahagia bisa menjumpai lagi bulan Ramadhan. Rasanya tidak ada karunia yang nikmatnya melebihi kesempatan untuk dipertemukan lagi dengan bulan mulia ini.

Seluruh umat Muslim menyambutnya dengan suka cita. Penuh syukur atas datangnya bulan penuh ampunan. Bulan yang konon lebih mulia dari seribu bulan.

Bukan hanya kita yang sudah baligh, anak-anak kecil pun turut merasakan kebahagiaan Ramadhan. Nuansa kegembiraan meyelimuti seluruh aktivitas bocah-bocah yang belum kenal dosa selama bulan suci ini.

Di kampung halaman saya, kegembiraan yang hanya ada pada bulan Ramadhan selalu menjadi moment yang ditunggu anak-anak. 

Mulai dari permintaan kepada bapak dan ibu agar dibangunkan jam 3 pagi untuk ikut makan sahur, meski dari sisi umur sebenarnya belum diwajibkan menjalankan ibadah puasa. Hingga perjuangan belajar menahan lapar dan dahaga walau terkadang hanya puasa mbedhug (setengah hari).

Selepas sahur beramai-ramai menuju Langgar (Mushola) untuk berjamaah Subuh. Setelah itu, menunggu datangnya matahari terbit dengan kongkow-kongkow di hamparan persawahan yang terletak di pinggiran desa.

Siang harinya, anak-anak sibuk membuat mainan meriam dari bambu. Kebetulan dulu di jaman saya kecil selalu di beri kesempatan libur sekolah saat awal-awal Ramadhan.

Mercon bumbung. Begitu kami menyebutnya.

Terbuat dari batang bambu yang diambil di bagian bongkot (pangkal pohon) lalu dihilangkan lapisan pada setiap ruas tulangnya. Diberi lubang kecil untuk menyalakan pelatuk. Meriam ini menggunakan bahan bakar karbit.

Bongkahan karbit sebesar kerikil dimasukkan kedalam batang bambu, lalu diberi air secukupnya agar terjadi reaksi kimia. Kami menyebutnya omesh (keluar gelembung).

Nah, saat itulah meriam siap dinyalakan. Sebatang nyala api lalu dicolokkan ke lubang pemantik. Semakin banyak gelembung yang bereaksi, maka suara gemelegar yang dihasilkan juga makin keras.

Mereka akan berjingkrak-jingkrak meluapkan kegembiraan jika penyulutan meriam sukses. Ditandai dengan dentuman bak perang sungguhan.

Permainan ini akan usai jika salah satu pamong desa mendatangi. Perangkat yang biasanya disuruh Pak Kasun itu menegur agar anak-anak menghentikan aksi menyulut mercon bumbung.

Betapa indah. Saya tak pernah bisa menghapus nuansa kegembiraan seperti itu. Ingin rasanya kembali ke masa dimana kegembiraan anak-anak seusia saya kala itu hanya terjadi di bulan Ramadhan seperti sekarang.

Ah, betapa bulan suci ini selalu membawa kegembiraan dan kebahagiaan. Bagi usia anak-anak sekalipun. 

Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan 1437 H.

Surabaya, 8 Juni 2016
(Heru Sang Mahadewa)

4 komentar:

  1. Seruu bgt pokoknyaa.... Tapi pasti ikutan kaget, duh jantungen.

    BalasHapus
  2. Kalau di tempat aku namanya lodong

    BalasHapus
  3. Wah tradisi mass kecil kok yo podo we nengndi endi

    BalasHapus
  4. Aq ga pernah boleh maen dket2 mercon...haha

    BalasHapus

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *