Sabtu, 22 April 2017

SUGIH TANPA BONDO, DIGDAYA TANPA AJI (Part 2)



R.M. Sosrokartono - portalmedia.com


Klinik Darussalam (Dar-Oes-Salam) tumbuh menjadi sebuah pusat pengobatan jasmani dan rohani. Kartono yang telah berganti nama menjadi Mandor Klungsu atau Joko Pring pun semakin dikenal masyarakat sebagai guru, ahli pengobatan sekaligus spiritualis.

Siang hari, Mandor Klungsu menolong orang-orang yang meminta penyembuhan. Malam harinya, dia mengajar pemuda-pemuda yang belajar kepadanya tentang ajaran hidup.

FILOSOVI KLUNGSU DAN JOKO PRING
Klungsu, dalam bahasa Jawa berarti biji asam. Bentuknya kecil namun sangat kuat. Jika ditanam dan dirawat dengan benar, klungsu akan tumbuh menjadi pohon asam yang rindang, kokoh dan berbuah lebat. Pohon ini mulai dari biji hingga buahnya dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sifatnya juga kokoh dan tegar.

Nama Klungsu mencerminkan sebuah sosok yang kecil (merakyat), namun kuat, tegar dan banyak menebar manfaat bagi sesama.

Joko Pring, berasal dari dua kata Joko dan Pring. Dalam bahasa Jawa, Joko berarti Jejaka atau lelaki yang belum menikah. Sedangkan Pring artinya bambu.

Bambu memiliki sifat dapat memperbanyak diri. Tumbuhan ini memiliki manfaat mulai akar hingga tubuhnya. Hampir sama dengan Klungsu, nama Pring yang diambil Kartono juga mencerminkan sosok seorang manusia yang banyak memberi manfaat bagi sesamanya.

KARYA KARTONO DI DUNIA LITERASI
Selain humanis dan pintar memberikan pengobatan, Kartono juga sosok pemuda yang gemar menulis. Beberapa karyanya antara lain sebuah tembang berjudul Joko Pring, sesuai dengan nama yang dia klaim untuk menyebut dirinya. Berikut adalah lirik dari tembang Joko Pring :

Pring padha pring
Weruh padha weruh
Eling padha eling
Susah padha susah
Seneng padha seneng
Eling padha eling
Pring padha pring

Arti dari lirik tembang di atas adalah sebagai berikut:
Bambu sama-sama bambu
Tahu sama-sama tahu
Ingat sama-sama ingat
Susah sama-sama susah
Senang sama-sama senang
Ingat sama-sama ingat
Bambu sama-sama bambu

(Joko Pring)

Selain menulis tembang, Kartono juga menelurkan karya sastra bermuatan falsafat Jawa. Ajarannya tentang kasunyatan (realita kehidupan), tirakat (puasa jasmani rohani) dan kasampurnan (kesempurnaan) diantaranya sebagai berikut :

Renungan Rebo Pahing
Kartono merangkum nasehat-nasehat spiritual yang dia ajarkan kepada murid-muridnya dalam karya ini.

Banyak kata-kata mutiara yang bisa kita jumpai dalam Renungan Rebo Pahing. Kalimat yang memiliki makna sangat dalam.

Sugih tanpa bandha (kaya tanpa menimbun harta).
Digdaya tanpa aji (sakti tanpa ajimat).
Ngluruk tanpa bala (menyerang tanpa mengerahkan pasukan).
Menang tanpa ngasorake (menang tanpa merendahkan lawan).
Trimah mawi pasrah (rela menyerah terhadap keadaan yang telah terjadi).
Suwung pamrih tebih ajrih (jika tak berniat jahat, tidak perlu takut).
Langgeng tan ana susah tan ana bungah (tetap tenang, tidak kenal duka maupun suka).
Anteng manteng sugeng jeneng (diam sungguh-sungguh, maka akan selamat sentosa).

AJI PRING
Kartono menjabarkan filosovi pohon bambu dalam tulisan ini. Seperti yang tercermin dalam makna nama Joko Pring.

Dia mengajak manusia untuk bisa menauladani filosovi pohon bambu.

LAKU LAN MAKSUDIPUN
Perjalanan (hidup) dan maknanya. Sebuah karya Kartono yang mengulas tentang penjabaran kata-kata mutiara dalam karya sebelumnya, Renungan Rebo Pahing.

OMONG KOSONG
Dalam tulisan ini, Kartono menceritakan pengalamannya selama menempuh perjalanan dari Aceh, Tanjungpura dan Langkat. Sebuah perjuangan kemanusiaan dia angkat dalam istilah kantong bolong, kosong dan sunyi.

SERAT SAKING MEDAN
Nasehat Kartono tentang pengabdian manusia kepada sesama, tanpa mengharap imbalan, tidak boleh ragu, senantiasa yakin dan menyerahkan segala upaya perjuangan kepada Allah SWT.

-o0o-

Bersama adiknya, R.A. Kartini, R.M. Kartono juga mendirikan sebuah perpustakaan umum di Tegal, bernama Panti Sastra.

Dia juga sempat menyulam 3 buah kain bermotiv huruf Alif tunggal. Saat ini, tiga sulaman tangan Kartono sendiri itu di simpan di pendopo Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.

Ada makna yang sangat dalam filsafat Jawa terhadap huruf Alif yang disulam Kartono. Alif yang merupakan huruf Hijaiyyah pertama, diartikan sebagai Hyang Tunggal (Allah S.W.T). Bentuk Alif yang tegak seperti batang lidi juga berarti Jejeg----lurus----mencerminkan harapan tentang perilaku yang lurus dan benar.

Pada hari Jum’at Pahing, tanggal 28 Februari 1952, Raden Mas Panji Sosrokartono, seorang guru bangsa, spiritualis, mangkat di Bandung, Jawa Barat. Jasadnya dimakamkan di Kudus, Jawa Tengah.

Tidak ada gelar pahlawan nasional yang disematkan kepadanya. Kartono meninggal pada usia 75 tahun, tanpa meninggalkan anak dan istri.

Hanya beberapa tulisan yang dikutip dari nasehat-nasehat luhur Kartono yang tersemat di batu nisannya. Sugih tanpa bandha, digdaya tanpa aji.


TAMAT

Heru Sang Mahadewa
Member of #OneDayOnePost

Disarikan dari berbagai sumber.

1 komentar:

  1. Baru tahu sekarang....terimakasih sudah berbagi informasi yang bermanfaat ini....salam Djas Merah

    BalasHapus

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *