Minggu, 30 April 2017

EMPAT HAL YANG HARUS KITA LAKUKAN JIKA MENJADI MEMBER SUPER AKTIF DI GRUP SOSIAL MEDIA



"Mas, mohon maaf. Dengan berat hati saya izin keluar dari grup alumni sekolah kita," ucap seorang teman saya melaui pesan di aplikasi sebuah sosial media.

Pernyataan itu muncul, setelah sebulan ini dia sangat aktif di chat grup kami. Teman saya itu, selain admin grup, memang sedang menjadi salah satu panitia reuni yang rencananya akan diadakan saat libur Idul Fitri tahun ini. Berbagai obrolan, baik seputar persiapan acara temu kangen, maupun yang ngalor ngidur di luar topik pun naik pesat. Mulai fajar hingga bulan berpendar, bahkan larut malam, grup alumni kami tidak pernah sepi.

"Kenapa?" Saya membalas pernyataannya.

"Tadi malam saya disidang suami. Katanya, semenjak bergabung di grup, saya banyak berubah. Pekerjaan rumah terbengkelai. Perhatian ke anak-anak dan suami jauh berkurang. Waktu habis untuk ber-chating ria. Dia memberi ultimatum, silahkan saya memilih keluarga atau teman-teman sekolah di grup kita!" Jelasnya.

Jleb!

Saya tidak menyangka jika aktivitas dia di grup, berdampak begitu jauh terhadap kenyamanan keluarganya. Sambil menyesap sisa kopi yang mulai dingin, saya memutar otak, berpikir bagaimana menyikapi masalah seperti ini. 

"Baiklah," jawab saya,

"Saat ini, memang lebih bijak sampeyan break dulu dari grup kita. Mungkin juga dari grup-grup lain yang menyebabkan suami sampeyan sampai memberi ultimatum. Seiring waktu, jika situasi sudah memungkinkan dan suami mengizinkan, tentu sampeyan bisa bergabung kembali."

Beberapa menit kemudian, sahabat saya itu benar-benar left dari grup alumni sekolah. Padahal, dia termasuk salah satu admin dan panitia reuni yang banyak memberi ide cemerlang. Saya dan beberapa teman pun merasa sangat kehilangan.

Begitulah. Perkembangan teknologi komunikasi, saat ini melejit bukan main. Pengguna smartphone tidak hanya berasal dari kalangan masyarakat berpendidikan tinggi, tidak pula dari strata sosial menengah ke atas saja, tetapi seluruh lapisan penduduk negeri ini mulai dari level kuli hingga pegiat akademisi yang berdasi, hampir semuanya telah memiliki akun sosial media. Bagian tak terpisahkan dari fasilitas ponsel pintar.

Celakanya, tidak semua pemakai smartphone siap menghadapi dampak maraknya penggunaan sosial media. Sedikit salah mengambil prinsip, kita bisa terdampar di pergaulan yang salah arah. Paling apes, seperti keluh kesah sahabat saya. Hubungan dengan pasangan, menjadi tidak nyaman.

Lalu, apakah kita harus menutup semua aplikasi sosial media, lantas mengisolasi diri?

Semua tergantung prinsip masing-masing. Baik sosialita maupun orang yang memilih tidak bersentuhan dengan era teknologi komunikasi modern, keduanya sama-sama memiliki nilai plus minus.

Tetapi, jika sahabat sekalian berprinsip tetap aktif di sosial media, apalagi menjadi member sebuah grup yang konsekuensinya adalah memiliki traffict chat sangat tinggi, berikut adalah empat hal yang harus dilakukan agar keluarga kita baik-baik saja.

1. Beri penjelasan kepada pasangan.
Sampaikan baik-baik dengan suami atau istri. Kita sedang menggunakan aplikasi sosial media karena membutuhkannya sebagai media penunjang. Jelaskan bahwa bisnis, usaha, pekerjaan atau kelas pelatihan bakat kita tidak bisa lepas dari fasilitas smartphone itu.

Bicarakan dari hati ke hati dengan pasangan, tentang aktivitas kita di grup sosial media.

2. Kendalikan waktu.
Setinggi apapun loyalitas kita kepada grup, sebesar apapun kebutuhan kita kepada aplikasi sosial media, tetap utamakan waktu untuk keluarga. Atur sebaik mungkin kapan saatnya ber-chating ria di grup, kapan waktu untuk suami, anak dan istri.

Jangan mem-forsir habis seluruh waktu kita untuk sosial media.

3. Beri keyakinan kepada pasangan bahwa kita tidak berubah.
Ketika aktiv di sosial media, terkadang pasangan kita berprasangka negativ. Cemburu. Ini wajar. Artinya dia sayang.

Nah, yakinkan kepadanya bahwa kita tidak sedang berbelok haluan. Semua ini murni menyambung tali persahabatan. Merajut silaturrahmi.

4. Batasi Candaan.
Tidak bisa dipungkiri, postingan di grup sosial media, terkadang bermuatan candaan yang bagi sebagian orang dianggap kelewatan. Sebagian pasangan kita, terkadang juga ikut membacanya.

Dengan saling membatasi candaan, maka persepsi miring terhadap chat grup di sosial media bisa berkurang.

Demikianlah, kuncinya terletak pada komunikasi dengan pasangan. Semoga sahabat sekalian tetap nyaman bersosialita, tanpa mengusik sedikitpun keharmonisan dan kebahagiaan kita dengan keluarga.

Salam bahagia,

(Heru Sang Mahadewa)
Member of #OneDayOnePost

8 komentar:

  1. nomor 1 aku ngga bisa Kang Mas. Belum punya pasangan

    BalasHapus
  2. Hahahaha...
    Terimakasih Kang...tulisannya cetar membahana
    Terlebih aku juga admin sebuah Grup (
    😭😭😭😍)

    Bermanfaat banget buat muhasabah

    BalasHapus
  3. Reminder banget nih buatku, mas Heru.
    Semua tergantung kita juga sih. Bijak menggunakan ponsel, dan semua hal yang ada didalamnya termasuk keberadaan chat-chat di grup yang diikuti, tentu lebih baik kan? 😊

    BalasHapus
  4. Kita lah yg mengendalikan teknologi, jangan biarkan teknologi yg mengendalikan kita. Makasih buat pengingatnya Mas Heru 👍

    BalasHapus

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *