jokowarino.id |
Beberapa pekan setelah kasus
penyerbuan LP Cebongan oleh 11 Anggota Kopassus sebagai reaksi spontan atas
dinodainya kehormatan Kesatuan (terbunuhnya salah satu anggota korps mereka oleh
sekawanan preman), saya mencoba mencari–cari berbagai artikel seputar apa
yang selama ini santer dikumandangkan para Jenderal purnawirawan mantan pimpinan Korps Baret Merah itu.
Jiwa Korsa, Kesatria, Totalitas, Dedikasi dan Loyalitas.
Jiwa Korsa, Kesatria, Totalitas, Dedikasi dan Loyalitas.
Kata-kata terakhir itu menarik
perhatian saya. Loyalitas dan dedikasi yang maha tinggi terhadap profesi. Berbagai
pernyataan para mantan Jenderal pimpinan pasukan elit itu yang membuat saya
tersenyum simpul. Jenderal Purn. Agum Gumelar dengan lantang menyatakan “Jiwa pengabdian korps kami terhadap profesi tidak perlu diragukan lagi. Dengan gaji
yang jauh dibawah anggota-anggota korps yang lain, seorang prajurit Para Komando (Kopassus) tetap memberikan 200% jiwa raganya demi profesi.”
Saya jadi ingat pernyataan
jenderal kami dalam sebuah forum meeting beberapa waktu lau, jauh sebelum ada
kenaikan bombastis UMK tahun ini.
“Tanamkan prinsip seperti Pak Probowo (Letjen Purnawirawan, mantan Danjen Kopassus maksudnya ) di hati kita. Tirulah jiwa pengabdian para prajurit Kopassus!” ungkap beliau singkat. Tapi penuh makna.
“Tanamkan prinsip seperti Pak Probowo (Letjen Purnawirawan, mantan Danjen Kopassus maksudnya ) di hati kita. Tirulah jiwa pengabdian para prajurit Kopassus!” ungkap beliau singkat. Tapi penuh makna.
Dan sekarang saya baru bisa
mencerna makna kata-kata beliau. Menginjak tahun ketiga saya ditarik beliau ke
Head Office, dengan tuntutan load pekerjaan yang beberapa digit jauh melonjak dari bagian
sebelumnya, ternyata kompensasi yang saya terima bukanlah alasan untuk
mengendurkan totalitas dan loyalitas. Lebih tepatnya mungkin "Dengan gaji yang
jauh dibawah seorang karyawan outsourching pun, saya harus siap memberikan 200%
kemampuan saya untuk kelangsungan tugas ini.”
Saya hanya terdiam, bukan semata-mata merenung karena gaji saya yang sekarang jauh terlampaui level terbawah
seorang buruh (meski saya menyandang posisi yang cukup untuk membusungkan dada),
tetapi juga berpikir dua kali bagaimana dengan angsuran kartu kredit saya? cicilan motor? karena saya terlanjur memberanikan diri dengan
sesuatu berlebih atas posisi baru saya.
Duhhhh Jendral … beginilah jadinya
kalau jiwa Baret Merah harus kita terapkan pada diri seorang buruh.
0 komentar:
Posting Komentar