Prabu Wel Geduwel Beh (Petruk) |
Pandawa kelabakan!
Jamus Kalimasada hilang dari gedung tempat penyimpanan
pusaka. Kehilangan jimat ini artinya Pandawa lumpuh karena hilang kebijaksanaan
dan kemakmuran. Kejahatan dan angkara murka akan timbul dimana-mana.
Pusaka ini dicuri oleh Mustakaweni. Mengetahui hal itu,
Pandawa menugaskan Bambang Irawan (putra Arjuna) dengan dikawal Petruk untuk
merebut kembali Jamus Kalimasada dari Mustakaweni.
Singkat cerita, pusaka tersebut berhasil direbut Bambang
Irawan dan dititipkan kepada Petruk.
Dalam perjalanan pulang, Petruk bertemu Adipati Karna
yang ternyata juga berhasrat memiliki jimat tersebut. Terjadi pertarungan
memperebutkan Jamus Kalimasada.
Petruk ditusuk dengan keris Kyai Jalak yang ampuh. Mati.
Datanglah ayahnya, Begawan Salantara (Gandarwa). Dengan
kesaktiannya, Petruk dihidupkan lagi. Ayahnya berkata ingin menolong Petruk untuk
mendapatkan kembali Jamus Kalimasada. Ia lalu berubah wujud menjadi Prabu
Duryudana, raja Astina, ipar Adipati Karna.
Ketika bertemu Adipati Karna, Duryudana palsu meminta Jamus
Kalimasada. Basukarna pun menyerahkannya. Pusaka tersebut oleh Gandarwa kemudian
diberikan lagi kepada Petruk. Dia berpesan agar sepeninggalnya nanti Petruk
meletakkan Jamus Kalimasada di atas kepala.
Keajaiban terjadi!
Setelah menuruti nasehat tersebut, Petruk menjadi sakti
mandraguna, tidak mempan senjata apapun.
Petruk mencari Karna, lalu mengalahkannya. Dalam usaha pencarian Karna, Petruk
terpisah dengan Bambang Irawan. Ia pergi mengembara ke berbagai negeri dan
menaklukkannya.
Salah satu negeri yang ditaklukkan itu adalah Ngrancang
Kencana atau negeri Sonya Wibawa. Petruk menjadi raja disana, bergelar Prabu
Wel Geduwel Beh.
Setelah pelantikan, Prabu Wel Geduwel Beh kembali
melanjutkan petualangan. Bersama pasukan Ngancang Kencana, ia mengobrak-abrik Amarta dan Mandura.
Petruk berniat melakukan MAKAR kepada Pandawa!
Mendengar berita itu, raja Dwarawati Prabu Kresna meminta
Kyai Lurah Semar Badranaya agar menaklukkan Prabu Wel Geduwel Beh. Oleh Semar,
Gareng dan Bagong diperintahkan untuk menyelesaikan masalah ini.
Berangkatlah dua momongan Semar. Sampai dihadapan Prabu
Wel Geduwel Beh, terjadi peperangan sengit antara Prabu Wel Geduwel Beh dengan
Gareng dan Bagong.
Peperangan berlangsung alot, belum ada yang keluar
sebagai pemenang sampai ketiganya berkeringat.
Saat itulah Gareng dan Bagong bisa mengenali bau keringat
musuhnya. Keduanya yakin bahwa orang yang sedang bertarung dengan mereka itu
sesungguhnya adalah Petruk
Maka mereka tidak lagi bertarung kesaktian tetapi justru
bercanda, menari bersama, dengan berbagai tembang. Prabu Wel Geduwel Beh merasa
dirinya kembali ke habitatnya, lupa bahwa dia memakai pakaian kebesaran kerajaan.
Setelah ingat, ia segera lari meninggalkan Gareng dan Bagong.
Prabu Wel Geduwl Beh dikejar oleh Gareng dan Bagong dan tertangkap. Sang prabu
dipeluk Gareng dan digelitik oleh Bagong sampai kembali ke wujud aslinya
sebagai Petruk.
Datanglah Prabu Kresna bersama Kyai Lurah Semar, lalu
menginterograsi Petruk, mengapa ia melakukan tindakan MAKAR seperti itu?
Petruk beralasan bahwa tindakan itu untuk mengingatkan bendara-nya (majikannya) bahwa segala
perilaku harus diperhitungkan terlebih dahulu. Semisal saat para Pandawa
membangun candi Sapta Arga, kerajaan ditinggal kosong sehingga kehilangan Jamus
Kalimasada.
Juga kepada Bambang Irawan, jangan mudah percaya kepada
siapa saja. Kalau diberi tugas harus diselesaikan sampai tuntas. Jangan
dititipkan kepada siapapun.
*****
MAKAR-nya Petruk kepada Pandawa adalah refleksi isu
politik yang menghangat beberapa bulan terakhir ini di tanah air.
Beberapa tokoh nasional ditangkap Bareskrim Polri dengan sangkaan makar dan permufakatan jahat.
Apa sebenarnya yang menjadi motiv mereka?
Seperti Petruk, mungkin tokoh-tokoh yang kini berstatus
tersangka itu ingin memberi peringatan kepada bendaranya (Presiden). Hanya saja
caranya yang kebablasan. Melanggar UU Subsersiv.
Apakah Jamus Kalimasada negeri ini juga hilang?
Bisa jadi. Jimat itu adalah simbol kejayaan, kedamaian
dan toleransi sebuah negeri. Bhinneka Tunggal Ika kalau di negeri kita. Jamus
Kalimasada bisa juga diartikan sebagai ajaran suci (agama). Seperti yang kita
ketahui, gonjang ganjing negeri ini mencapai puncaknya ketika ada kasus
penistaan agama.
Isu Makar dalam arti yang lain (tanpa kekuatan besar
seperti Prabu Wel Geduwel Beh) pun berhembus bersamaan dengan moment itu.
Lalu, siapa yang bisa menjadi Kresna dan Semar di negeri
ini?
Dulu kita punya KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang bisa
menjadi pamomong bagi keberagaman perbedaan. Sosok beliau yang bertubuh tambun
dan suka mbanyol memang identik
dengan tokoh Semar dalam wayang.
Tetapi, sekarang negeri ini sepertinya benar-benar telah kehilangan
Jamus Kalimasada dan sosok Semar sang pamomong.
Kita juga tak punya lagi tokoh seperti Kresna yang adil, bijak, namun sangat
tegas.
Sampai kapan?
Wallahu Alam Bishawab.
(Heru Sang
Mahadewa)
Member
Of OneDayOnePost
Keren Kang tulisannya...
BalasHapusJempol deh
suwun mbakyu
Hapus