![]() |
Sadewa - image google |
Berakhir sudah bulan Muharram 1438 H atau
wulan Suro 1950 Jimawal dalam
kalender Jawa. Bulan dimana masyarakat Jawa yang masih memegang teguh budaya
moyangnya, menggelar acara Ruwatan.
Salah satu lakon yang dibawakan dalam sebuah
pagelaran wayang kulit ruwatan,
selain Murwakala ( baca cerita selengkapnya Disini ) adalah Sudamala.
Seperti apa jalannya kisah itu?
*****
Sang Hyang Manikmaya (Bathara Guru)
sedang berkelana dengan istrinya, Dewi Uma. Mereka berdua menunggangi Lembu
Andini mengelilingi jagad raya. Saat sebuah angin besar berhembus, tersingkap
pakaian Dewi Uma hingga menyebabkan Bathara Guru timbul hasratnya untuk berpadu
asmara.
Karena malu dilihat Lembu Andini, Dewi
Uma menolak. Bathara Guru murka dan mengutuk istrinya menjadi seorang raseksi
(raksasa perempuan) bernama Bathari Durga. Ia juga harus menjalani hukuman
dibuang ke hutan Setra Gandamayit. Menjadi ratu penguasa makhluk dari bangsa
jin dan raksasa.
“Kelak engkau akan kembali ke wujud
aslimu jika bertemu dengan seorang kesatria wuragil
(bungsu) dari Pandawa (putra Pandudewanata)!” sabda Sang Hyang Manikmaya.
Sementara itu, benih dari Bathara Guru
menetes jatuh ke lautan. Menjadi bara api hingga membuat air di samudera Nusatembini mendidih. Seluruh
penghuni lautan gempar dan lari tunggang langgang.
*****
Di tempat lain, melesat dua raksasa bernama Kalanjaya
dan Kalantaka dari Kahyangan menuju Astina. Sejatinya mereka adalah perwujudan
dari Citragada dan Citrasena, penghuni istana taman langit yang terkena kutukan
karena pernah memergoki Bathara Guru dan Dewi Uma sedang mandi bersama di
telaga.
Kalanjaya dan Kalantaka ingin menemui
para Kurawa. Mereka hendak membantu menyingkirkan dan menumpas habis Pandawa.
“Siapa kalian makhluk jelek?” hadang
Gatot Kaca ketika melihat gelagat tidak baik dari dua raksasa yang memasuki
gerbang Astina.
“Aku Kalanjaya dan ini saudaraku
Kalantaka!” jawab Kalanjaya.
“Untuk apa kalian datang ke Astina?”
“Kami ingin menawarkan bantuan kepada
Kurawa untuk menumpas habis Pandawa!”
“Malang sekali nasib kalian! Bertemu
dengan putra Bimasena!”
“Kembalilah ke asalmu!”
“Sejengkalpun kami tak akan mundur!”
Gatot Kaca langsung terbang menyambar
kepala Kalanjaya dan Kalantaka. Terjungkal dua raksasa itu ketika rambut mereka
dijambak oleh putra Bimasena. Belum sempat bangun, kesatria dari Pringgodani
telah menyeret tubuh keduanya.
Kalanjaya dan Kalantaka benar-benar
tidak siap menghadapi amukan Gatot Kaca. Mereka pun lari tunggang langgang
menyelamatkan diri.
*****
“Serahkan putra bungsumu Sadewa
kepadaku!” ucap Bathari Durga.
“Untuk apa?” tanya Dewi Kunti.
“Untuk tumbalku tentunya!” jelas
Bathari Durga.
“Tidak akan pernah kubiarkan siapapun
menyakitinya. Aku menyayangi melebihi putra kandungku sendiri.” Tegas Dewi
Kunti.
Bathari Durga kecewa. Sudah dua kali
ini ia menemui Dewi Kunti dan meminta baik-baik agar Sadewa diserahkan
kepadanya. Tetapi hasilnya selalu nihil. Ia teringat pesan Bathara Guru dahulu
bahwa putra bungsu Pandudewanata itulah yang bisa mengembalikannya ke wujud
asli sebagai bidadari yang cantik jelita. Dewi Uma.
Sampai di hutan Setra Gandamayit
sepulang dari Astina, Bathari Durga mulai menyusun rencana baru untuk
mendapatkan Sadewa. Ia memanggil Kalika, seorang anak buahnya dari bangsa Jin.
“Masuklah ke raga Kunti, lalu
perintahkan Sadewa agar mau menemuiku di hutan Setra Gandamayit ini!” perintah
Bathari Durga.
“Budhal!” jawab Kalika, lalu melesat
menuju Astina.
Dewi Kunti sedang tertidur lelap,
ketika sesosok makhluk tak kasat mata mendarat di istana ratu sepuh Astina.
Pelan-pelan, Kalika berjalan memasuki bilik. Tanpa kesulitan, jin suruhan
Bathari Durga itu menyatu ke raga istri mendiang Prabu Pandu.
Dewi Kunti melonjak dan melompat dari
peraduannya. Ia segera memerintahkan prajurit penjaga istana ratu sepuh agar
memanggil Sadewa. Putra Dewi Madrim yang telah diasuhnya sejak lahir.
“Sembah dan bhaktiku untuk ibunda.” Ucap
Sadewa sembari mencium tangan Dewi Kunti, ketika ia sampai di bilik ibunya.
“Sadewa, berangkatlah ke hutan Setra
Gandamayit. Serahkan dirimu kepada seorang ratu makhluk halus bernama Bathari
Durga disana!” perintah Dewi Kunti.
“Sendika
dhawuh, ibunda.” Jawab Sadewa tanpa ragu-ragu.
Ia memang dikenal sangat patuh kepada
Dewi Kunti. Meski bukan ibu kandung, tetapi kasih sayang terhadap dirinya dan saudara
kembarnya Nakula sungguh tak ternilai. Itu sebabnya apapun akan dilakukan untuk
membalas jasa ibu tirinya.
Berangkatlah Sadewa menuju hutan Setra
Gandamayit. Sebuah hutan rimba dengan penghuni ratusan raksasa dan makhluk halus.
Segala jenis jin ada disana. Sungguh tak bisa dibayangkan bagaimana angkernya
belantara itu.
*****
Kedatangan Sadewa disambut sukacita
oleh Bathari Durga yang telah lama menunggunya,”Kesatria muda, ruwatlah aku
agar terbebas dari kutukan ini.” pintanya.
“Apa maksudmu? Aku tidak bisa
meruwatmu.” jawab Sadewa.
“Jangan bohong! Hanya engkaulah yang
bisa mengembalikan aku ke wujud asli.” lanjut Bathari Durga.
“Aku benar-benar tidak bisa melakukan
itu.” jelas Sadewa.
Bathari Durga kembali kecewa. Kali ini
sakit hatinya berubah menjadi amarah. Ia ingin memangsa Sadewa dengan harapan
setelah dimakannya, mungkin wujudnya dapat kembali lagi ke sosok asli.
Beruntung Bathara Narada sedang
melewati hutan Setra Gandamayit. Dengan Aji Pameling, ia melakukan kontak batin
batin dengan Bathara Guru. Menceritakan kejadian yang dilihatnya. Bathari Durga
hendak memangsa Sadewa.
Dalam sekejap Sang Hyang Manikmaya (Bathara
Guru) tiba disana. Ia langsung masuk ke raga Sadewa.
Tersentak Bathari Durga melihat sosok
suaminya dalam tubuh kesatria yang hendak dimakannya.”Kakanda, kumohon
bebaskanlah aku dari hukuman ini.” ratapnya.
“Masa hukumanmu memang telah berakhir
istriku. Sekarang saatnya engkau kubawa pulang kembali ke Kahyangan.” Jelas Bathara
Guru.
Bersama dengan Bathara Narada, ia lalu
meruwat istrinya menggunakan Tirta Purwitasari
(air suci dari Kahyangan). Bathari Durga pun kembali menjadi sosok bidadari
yang cantik jelita. Dewi Uma.
Datang pula Kalanjaya dan Kalantaka.
Sadewa yang yang telah dirasuki Bathara Guru akhirnya juga meruwat dua sosok
raksasa itu. Mereka pun terbebas dari kutukan dan kembali ke wujud aslinya.
Sebagai Citraganda dan Citrasena.
Sebelum kembali ke Kahyangan, Bathara
Guru memberikan gelar kepada Sadewa dengan sebutan Sudamala, yang artinya ‘pembersih
segala dosa dan kesalahan’.
Heru Sang Mahadewa
Member of #OneDayOnePost![]() |
Bathara Guru - foto dokumen pribadi |
![]() |
Bathari Durga - image google |
mantabbb kali mas Heru.. jadi ngefan..
BalasHapusTerima kasih mas Ran
HapusBang heru, kalau raksasa yang nikah ama si Bima itu, beda lagi, ya?
BalasHapusSelalu keren, dah, pewayangannya
Beda, yg dinikahi Bima adalah Arimbi.
Hapuslanjutkan kang dewa
BalasHapusSiap!
HapusKeren nih, pagi2 sudah bisa baca Kisah Ruwatan :)
BalasHapusLanjutkan mas Heru..