Wora Wari!
menjangan bidikanku
kaupunya pasukan sepuluh seribu
kubangun seratus ribu
menjangan bidikanku
kaupunya pasukan sepuluh seribu
kubangun seratus ribu
siksamu menjelma Wisnu dalam getihku
beranak pinak kedigdayaan
beranak pinak kedigdayaan
Wora Wari!
Kahuripan mengerang
tak lagi menahan diri
menagih nyawa yang kauhutang
Kahuripan mengerang
tak lagi menahan diri
menagih nyawa yang kauhutang
Wora Wari!
menjangan bidikanku
kulihat mendung di langit Lwaram
lambang mahapralaya kelam
menjangan bidikanku
kulihat mendung di langit Lwaram
lambang mahapralaya kelam
ajalmu tiada lagi bisa ditunda
di tangan sang putra Udayana
.
.
12:10
2018 01 26
Kahuripan
Heru Sang Mahadewa
di tangan sang putra Udayana
.
.
12:10
2018 01 26
Kahuripan
Heru Sang Mahadewa
(sajak Airlangga kepada Aji Wora Wari dalam novel Airlangga Jumeneng Nata – Heru Sang Amurwabhumi)
Sumber foto: flickr.com
Catatan:
Aji (baginda) Wora-wari adalah penguasa Lwaram (Ngloram, Blora, Jawa Tengah sekarang) yang membunuh Dharmawangsa Teguh, raja terakhir Medang beserta pramesywari dan seluruh keluarganya.
Mahapralaya ini terjadi pada malam pernikahan Airlangga dengan Dyah Sri Laksmi, sekar kedhaton Medang, putri semata wayang Dharmawangsa Teguh, sekaligus menandai runtuhnya kerajaan yang dibangun oleh Mpu Sindok itu.
Airlangga berhasil meloloskan diri bersama Dyah Sri Laksmi setelah diselamatkan abdi kinasihnya; Narottama dan seorang prajurit sandibhaya Medang bernama Ken Bayan.
Dari puing-puing kedhaton Medang (Maospati, Magetan atau Megaluh, Jombang?), pelarian Airlangga dan Dyah Sri Laksmi dimulai.
0 komentar:
Posting Komentar