berdiri di halte biru
tak kunjung nampak yang ia tunggu
disapa deru mesin berpelukan debu
ia hanya mengusap dagu
tak kunjung nampak yang ia tunggu
disapa deru mesin berpelukan debu
ia hanya mengusap dagu
sepasang merpati hinggap di pucuk dahan
bagai hendak menuntaskan hutang kasmaran
bagai hendak menuntaskan hutang kasmaran
ia menghela napas
bagai dicumbu rasa yang tak terbalas
entah sejak kapan benih itu bertunas
hanya terjawab ulu hati yang was-was
bagai dicumbu rasa yang tak terbalas
entah sejak kapan benih itu bertunas
hanya terjawab ulu hati yang was-was
lalu, ia pandang lalulalang orang
di ubun-ubunnya Tajung Moang
:di mana ujung cinta, akankah berakhir pada kenang?
di ubun-ubunnya Tajung Moang
:di mana ujung cinta, akankah berakhir pada kenang?
berdiri di halte biru
tak kunjung nampak yang ia tunggu
17:30
2018 01 29
Sudut Jenggala
Heru Sang Mahadewa
tak kunjung nampak yang ia tunggu
17:30
2018 01 29
Sudut Jenggala
Heru Sang Mahadewa
(puitisasi sebuah halte di kota Santri)
Catatan:
Tajung Moang adalah nama tempat pada abad X yang terletak di sebelah selatan bengawan Brantas. Lambat laun, toponimi ini berubah menjadi Jongmoang, lalu dilafalkan menjadi Jombang (Babad Anjuk Ladang).
Photo:
Senja di Ringin Contong, Jl. KH Wachid Hasyim, Jombang
suka pemilihan katanya, salam kenal mas
BalasHapusterima kasih sudah singgah
HapusBisa belajar banyak sejarah dan pewayangan ya di blog ini..salam kenal mas
BalasHapusTerima kasih. Saya juga sedang belajar.
Hapus