ilustrasi gambar: Yayasan Wacana |
PUPUH XVI
MASKUMAMBANG 1
Yang sulung bernama Raden Ayu Jayengresmi. Ketika
sedang ramai-ramainya perang, mencari dua adiknya, yaitu Jayengsari dan
Rancangkapti.
MASKUMAMBANG 2
Ia ingin membawa kedua adiknya melarikan diri.
Tetapi di dalam kedhaton, diobrak-abrik, sudah tidak ditemukan. Sang raden
sangat bersedih.
MASKUMAMBANG 3
Setelah meloloskan diri dari Giri mencari
adik-adiknya, ia tak lagi memerdulikan keadaan. Tidak ada yang mengetahui, lolosnya
sang raden.
MASKUMAMBANG 4
Sementara itu, Raden Jayengsari tak terpisahkan
dengan adiknya, Niken Rancangkapti. Mereka juga mencari sang kakak.
MASKUMAMBANG 5
Tidak juga bisa menemukan, santri bernama Buras
berkata: Duh bendara (juragan), Giri telah kalah dalam perang. Tidak ada yang
lolos, semua menjadi tawanan.
MASKUMAMBANG 6
Akan dibawa ke negeri Mataram. Kakak dari paduka,
Raden Jayengresmi, telah pergi, tanpa ada abdi yang ikut mengawalnya.
MASKUMAMBANG 7
Mendengar ucapan santri Ki Buras, air mata Raden
Jayengsari jatuh berderaian. Kemana tujuan yang kauinginkan adikku.
MASKUMAMBANG 8
Niken Rancangkapti menjawab sambil menangis:
Kakang, aku tidak sanggup jika berpisah denganmu. Kemanapun pergi, aku ikut.
MASKUMAMBANG 9
Semakin hancur perasaan Raden Jayengsari. Yayi (adik),
aku ingin menyusul Kangmas Raden Jayengresmi. Hidup atau mati, toh kita juga
akan berpisah.
MASKUMAMBANG 10
Ki Buras berkata: ijinkan abdi ini menyertai
kemanapun tujuan (paduka). Mari kita segera berjalan. Keburu jauh nanti kakak
paduka.
MASKUMAMBANG 11
Ayo adik, segera berangkat sekarang. Sang adik
menjawab, Kakang (kakak) aku berdandan dulu, sambil mengemasi mainan-mainanku.
MASKUMAMBANG 12
Buras, nanti bawakan mainanku. Bèsèk (wadah dari anyaman bambu) pengantin-pengantinan,
ambèn
(ranjang) kecil, rana (penyekat
tempat tidur) kecil, bagor (wadah
dari anyaman daun pisang) tempat wingka
(uang mainan dari pecahan gerabah/piranti berbahan tanah liat).
MASKUMAMBANG 13
Cobek, wajan, anglo
(tungku dari tanah liat), kêndhil, kwali (belanga dari tanah liat), irus (sendok cekung dari tempurung
kelapa), serok mainan, solèt (sendok tipis dari bilahan bambu), susuk
kecil. Bagor kecil isi beras.
MASKUMAMBANG 14
Bakul kecil isi bumbu jangan tercecer. Juga cuilan
batu bata. Bunga jambu dan ampas parutan kelapa. Kunyit, kapur, angus (jelaga yang menempel di pantat
piranti memasak) wajan.
MASKUMAMBANG 15
Ki Buras berkata: lalu bagaimana cara membawanya?
Ya kamu kantongi. Hampir saja dhakon(mainan
congkal)-nya lupa. Biji sawo, asam dalam kêba
(kantong yang terbuat dari anyaman daun mendong/fimbristylis
umbellaris).
MASKUMAMBANG 16
Minan biji-ku lebih baik kugendong sendiri. Jangan
kaubawa. Nanti malah habis kaucuri. Kate(ayam kecil)-ku kaubawa sekalian.
MASKUMAMBANG 17
Nanti kalau capek, aku minta gendong kamu. Ki
Buras mengeluh minta ampun: Duh juragan, apalagi, tinggal tempat tidur dan
lemari ini.
MASKUMAMBANG 18
Ayo Buras, bantu mengambil. Menderngar itu, Raden
Jayengsari berseru was-was. Sang adik langsung direngkuh.
MASKUMAMBANG 19
Lalu digendong oleh santri Ki Buras di belakang.
Turunkan, Kakang. Mainanku masih ketinggalan. Kalau kutinggalkan, nanti hilang.
MASKUMAMBANG 20
Ki Buras berkata: semua tidak ada yang
ketinggalan. Sudah terpikul banyak sekali. Mana mainanku biji sawo, sama cuki(mainan dam)-ku, nanti hilang.
MASKUMAMBANG 21
Telah berlalu perjalanan Raden Jayengsari. Menyatu
dengan hutan, menuruni tebing jurang. Berganti kisah.
MASKUMAMBANG 22
Kangjeng Ratu Pandhansari dan sang suami, Pangeran
Pekik, naik ke Giri, dikawal prajurit yang berjajar-jajar. Mengepung kedhaton.
MASKUMAMBANG 23
Dikisahkan, istri sang ulama melihat dari pura,
lalu pecah tangisnya, mengetahui barisan prajurit di hadapan penguasa (Sunan
Giri).
MASKUMAMBANG 24
Lalu merunduk menyembah di hadapan penguasa,
menghaturkan sungkem, berkata memelas sambil menangis: Oh gusti panutan hamba.
MASKUMAMBANG 25
Maksud hamba hadir di pedukuhan Giri, (pertama, ingin
mendapatkan) beribu-ribu anugerah. Kedua, kejatuhan sari (benih), dari pemimpin
yang mulia.
..................
BERSAMBUNG
-o0o-
Bagian selanjutnya, baca [ DI SINI ]
Judul asli:
Suluk Tambangraras
Pengarang:
KGPAA Amengkunegara III (Sunan Pakubuwana
V)
Raden Ngabehi Yasadipura II (Ranggawarsita
I)
Raden Ngabehi Sastradipura (Ahmad Ilham)
Raden Ngabehi Ranggasutrasna
Dituturkan ulang oleh:
Heru Sang Mahadewa
(Member Of One Day One Post)
0 komentar:
Posting Komentar