Mengikuti
kelas karantina (jika terlalu ekstrim saya sebut tantangan) One Day One Post,
boleh dibilang gampang-gampang susah.
Gampang,
karena kita diberi kebebasan untuk menulis apa saja sesuai imajinasi yang
berkeliaran di benak. Tentunya minus satu hari, di mana tema dan jenis tulisan
sudah ditentukan Penanggung Jawab kelas. Susah, jika melihat tuntutannya, yaitu
tidak boleh sehari saja kita mangkir dari tugas menulis.
Saya,
termasuk satu di antara sekian puluh pembelajar yang berhasil diwisuda, setelah
mampu melewati masa karantina di One Day One Post. Jika boleh sedikit
membanggakan diri, selama tiga bulan di masa penggemblengan itulah, saya bisa
menulis setiap hari, tanpa menghutang satu tulisan pun.
Hebat?
Tidak
juga. Saya sama seperti siswa-siswa yang lain. Bahkan, banyak beberapa siswa
yang pengalaman dan kemampuan menulisnya jauh di atas saya.
Bagaimana
saya bisa konsisten memposting tulisan setiap hari ketika itu?
Mengatur
ritme tema dan jenis tulisan.
Kebetulan,
saya adalah seorang penggila bola. Hampir setiap ada tayangan sepakbola di
layar kaca, baik kompetisi lokal maupun liga-liga eropa, saya sempatkan
mengikutinya. Dari situ, terlintas gagasan untuk menciptakan prinsip bahwa menulis
setiap hari selama tiga bulan berturut-turut, ibarat sedang memainkan peran seorang
playmaker dalam tim sepakbola.
Seorang
playmaker adalah jendral lapangan tengah dalam permainan sebuah tim sepakbola.
Dia dituntut harus bisa mengatur tempo, kapan harus mengoper bola ke kawannya
di depan, sehingga barisan gelandang dan striker bisa melancarkan serangan
dengan kecepatan tinggi. Namun, pada waktu yang lain, seorang playmaker juga
harus bisa mengambil keputusan kapan menahan bola, menurunkan tempo dengan
bermain-main di daerah sendiri.
Untuk
apa?
Agar
stamina para pemain bisa terjaga hingga pertandingan usai. Iya, peran playmaker
dalam menentukan ritme itulah yang akan berdampak pada konsistensi permainan
timnya. Jika dia terus-terusan memforsir serangan, biasanya akan stamina pemain
akan habis di paruh babak kedua. Pun juga sebaliknya, jika terlalu kendor
permainannya, sudah tentu akan menjadi bulan-bulanan serangan lawan.
Nah,
begitu pula dengan mengikuti kelas selama tiga bulan di One Day One Post. Saya
memposisikan diri sedang menjadi playmaker.
Bisa Mengatur Ritme.
Puisi,
cerpen, cerbung dan sejenisnya adalah tulisan berat. Butuh daya imajinasi tinggi
untuk menyelesaikannya. Jika harus menuliskannya selama tiga bulan, bisa-bisa kita
akan kehabisan stamina di paruh babak kedua.
Ada
kalanya kita harus memposting tulisan-tulisan yang ringan. Menuturkan peristiwa
yang kita lihat dan alami dalam sehari-hari ke bentuk artikel dan curhatan, jauh
lebih mudah daripada menyelesaikan puisi, cerpen atau cerbung untuk memenuhi
kewajiban ber-One Day One Post.
Nanti,
pada saat yang lain, bolehlah kita menghajarnya dengan cerpen yang menyayat-sayat
hati pembaca.
Jadi,
peran kita tak beda jauh dengan playmaker tim sepakbola. Harus bisa mengatur irama
permainan, kapan harus menulis puisi, cerpen dan cerbung; kapan pula harus
menulis catatan-catatan ringan.
Jangan Membiasakan Diri Menghutang Tugas.
Tugas
seorang siswa di One Day One Post adalah menulis setiap hari. Jika dalam sehari
tidak menyetor tulisan, maka akan dianggap sebagai hutang yang harus dibayar
pada hari-hari berikutnya.
Hindarilah
berhutang tulisan. Semakin banyak tertinggal jumlah postingan, maka beban yang mengimpit
kita dalam memenuhi kewajiban akan terasa kian berat. Memposting satu tulisan
saja terkadang terasa sangat membebani. Tentu lebih berat lagi jika kita harus
memposting dua tulisan sebagai pembayar hutang. Belum lagi jika hutang itu
lebih dari satu tulisan.
Segera
bayar hutang itu. Lalu, jangan ulangi lagi!
Itulah
tips yang pernah saya terapkan selama mengikuti One Day One Post. Bisa saja
berbeda dengan strategi siswa yang lain. Yang pasti, gol dari kita saat itu
semua sama: konsisten memposting minimal satu tulisan setiap hari.
Semoga
bermanfaat.
(Heru Sang Mahadewa)
Ketum
One Day One Post
Sumber gambar: kompasiana.com
Keren...
BalasHapusSaya buat jadwal tulisan 😁
BalasHapus