Hari masih pagi, mata
ini rasanya masih enggan untuk dibuka. Tetapi bunyi nada dering ponsel yang
tergeletak disamping tikar tempat tidur, membuat saya terpaksa bangun juga.
“Posisi nek endi bro? Wis tangi durung? – Posisi dimana bro? Sudah bangun
belum?” Sebuah pesan singkat dikirim teman SMP saya, Anang Shintaka.
“Nek omah, wis tangi awit mau! – Di rumah, sudah bangun dari tadi!”
Balas saya.
Berpura-pura sudah
bangun tidur. Padahal tubuh masih setia merebah diatas tikar.
Kebiasaan orang-orang
di desa saya, lebih suka tidur diatas kloso
pandan (tikar yang terbuat dari anyaman daun pandan) daripada kasur maupun spring bad. Setiap pulang ke kampung
halaman, saya termasuk orang yang memilih tidur dengan kebiasaan unik itu.
Belum sempat saya
bangun tidur sungguhan, tiba-tiba terdengar suara seseorang mengetuk pintu.
“Kulonuwun – Permisi .. Assalamu’alaikum.” Ucap si tamu.
“Wa’alaikum salam. Monggo pinarak – Silahkan masuk!”
Jawab ibu saya yang sedang berada di teras rumah. Menyambut tamu pagi itu.
Anang!
Sialan. Saya
dikerjai!
Ternyata saat teman
saya mengirim pesan singkat tadi, dia sudah berada di halaman rumah. Sontak
saya segera melompat dari tikar. Kondisi ruang tamu tempat saya tidur masih
acak-acakan.
Tampak dua orang
menyertai Anang pagi itu. Seorang lelaki yang tak asing bagi saya. Karena
sering chat di grup sosmed. Triono.
Seorang lagi wanita
berhijab yang sama sekali sudah tidak bisa saya ingat lagi siapa dia. Wajahnya teduh. Berkulit bersih. Cantik
dengan busana syar’i.
“Ayo masuk! Sorry
belum sempat beresin ruang tamu!” Sambut saya dengan muka malu.
Ketahuan bohong.
Berpura-pura sudah bangun tidur. Mereka tertawa terbahak-bahak mengetahui
tingkah ini.
“Siapa ya ini?” Tanya
saya kepada wanita cantik berhijab.
“Lali yo? – Lupa ya?” Jawabnya balik bertanya.
“Lailin!” Sebutnya
mencoba menggiring memori saya.
“Khusnul Lailin,
benarkah? Pangling sekali!” Saya mulai bisa mengingatnya. Dia tertawa sembari
menjabat uluran tangan saya.
Beberapa saat kami berempat bercengkerama. Melepas kangen. Saling bercerita kabar masing-masing.
SOWAN DEWAN GURU
“Ayo ikut sowan ke rumah guru-guru kita dulu.
Sekalian mengantar sisa undangan!” Ajak Anang.
Ternyata ketiga teman
lama itu datang menjemput saya untuk diajak mendistribusikan undangan kepada para guru semasa kami duduk di bangku
SMP.
Sebuah sekolah
lanjutan tingkat pertama yang terletak di pinggiran Kota Angin. Tepatnya di Jalan Juanda, Begadung. Bernama SMP Negeri
4 Nganjuk.
Setelah mandi
sebentar. Kami berempat pun berangkat menggunakan mobil milik Anang. Yang juga
menjabat sebagai Ketua Ikatan Alumni SMPN 4 Angkatan 1995 (angkatan saya).
PAK
MARSIDI KOSIM
Tujuan pertama adalah
guru yang rumahnya terdekat dengan desa saya. Pak Marsidi Kosim. Guru BP (Bimbingan & Penyuluhan). Dulu kami
lebih familiar memanggil beliau dengan sebutan Pak Markos.
Rumah beliau hanya
berjarak 3 km dari tempat tinggal saya. Tepatnya di Dusun Jatisari, Desa
Ngangkatan, Kec. Rejoso, Kabupaten Nganjuk.
Sekitar 10 menit menempuh
perjalanan, akhirnya kami sampai di kediaman Pak Markos.
Di sana, kami bertemu
dengan senior. Angkatan kedua SMPN 4 Nganjuk (tahun 1982). Pak Pantoyo, yang kini menjabat sebagai Kepala Desa di daerah Berbek.
Beliau juga memiliki tujuan yang sama dengan kami. Sowan sekaligus mengantar
undangan acara temu kangen.
Pak Markos menyambut
kami dengan penuh suka cita.
“Saya pasti akan
datang!” Ucap beliau dengan berbunga-bunga.
Saya bisa menangkap
kebahagiaan luar biasa dari raut wajah Pak Markos. Entah apa yang menjadi
penyebabnya. Mungkin beliau merasa di Uwongne
(diperhatikan, dihormati).
Beliau yang kini
sudah purnawirawan sempat bercerita perihal aktivitasnya sekarang. Guru BP yang
dulu pernah menginterogasi saya gara-gara bolos sekolah itu mengisi masa
pensiunnya dengan ngarit suket
(menyabit, mencari rumput) untuk pakan hewan ternak sapi dan kambing.
Terkadang beliau juga
menyalurkan hobinya berburu ikan kuthuk
(snack head).
Setelah berpamitan, kami
melanjutkan perjalanan ke arah pasar Gondang. Berjarak sekitar 2 km dari rumah
Pak Markos.
Sowan ke rumah Pak Markos, guru BP SMP kami dahulu - Dok. Pribadi |
PAK
SUPRIYANTO
Tujuan kami adalah kediaman
Pak Supriyanto. Guru yang sejak era
saya hingga kini masih mengajar Fisika.
Pak Pri, begitu kami
memanggilnya, termasuk guru yang galak dulunya. Teman sekelas saya Ayub
Darmawan pernah dimanja wajahnya di depan kelas. Gara-gara ramai dan sibuk
bermain saat Pak Pri sedang mengajar.
Tidak ada protes!
Tidak ada pengaduan ke orang tua Ayub. Apalagi berbuntut pelaporan ke Polisi. Yang
ada justru kami semakin disiplin setiap jam pelajaran Pak Pri sejak kejadian itu.
Kenangan yang mungkin
tidak pernah dilupakan oleh teman saya. Si Ayub.
Lima menit
perjalanan, kami tiba di depan sebuah toko elektronik yang megah. Bangunannya
paling besar diantara toko-toko lainnya. Terlihat sosok lelaki berwibawa sedang
merakit sebuah antena televisi.
Saya hapal betul
garis wajah bapak itu.
Meski kini tampak
sudah jauh lebih tua dari masa kami SMP dulu, namun wajah galak Pak Pri belum
berubah. Kumisnya masih setebal Pakde Karwo. Gubernur kami sekarang (Jawa
Timur).
Sama seperti Pak
Markos, Pak Pri juga menyambut kami dengan penuh suka cita. Beliau juga
berjanji akan menyempatkan hadir pada acara temu kangen alumni SMP kami.
Hari semakin siang.
Masih ada beberapa
undangan yang masih harus kami distribusikan.
Sowan ke toko Pak Pri, guru Fisika kami semasa SMP - Dok. Pribadi |
PAK
SUYADI
Perjalanan kami
lanjutkan ke kawasan Nganjuk Selatan. Kampung saya, Pak Markos dan Pak Pri
berada di wilayah Nganjuk Utara.
Kini kediaman Pak
Suyadi menjadi tujuan. Beliau adalah Wakil Kepala Sekolah kami dulu. Kami
sempat bersedih begitu melihat kondisinya.
Pak Yadi, panggilan
beliau, kini susah untuk berjalan. Sudah dua tahun ini beliau mengalami sakit
akibat terjadi pergeseran ruas tulang ekor dan punggung.
Beliau menghaturkan
permohonan maaf kepada kami karena tidak bisa hadir pada acara temu kangen yang
kami gagas. Selain kondisi kesehatan yang tidak mendukung, ada keperluan ke
Jogjakarta yang tidak bisa ditangguhkan oleh Pak Yadi.
PAK
BUANG
Kami pun melanjutkan misi
sowan dan silaturrahmi ke rumah Pak
Buang Sampa. Guru kami dari etnis Madura tulen yang dulu mengajar Biologi.
Rumah beliau tak jauh dari kediaman Pak Yadi.
Sama seperti Pak
Yadi, Pak Buang juga meminta maaf tidak bisa memenuhi undangan kami. Beliau
harus mudik ke kampung halaman di Jember, Jawa Timur hingga waktu yang melewati
hari saat kami mengadakan acara temu kangen.
Kami langsung tancap
gas! Berburu dengan waktu yang semakin sore.
PAK
EKO
Tujuan selanjutnya
adalah rumah Pak Eko. Guru Elektronika sekaligus pembimbing kami di ekstra kurikuler Pramuka dulu. Kediaman
beliau berada di Desa Sumberwindu, Kec. Berbek, Kabupaten Nganjuk. Sekitar 10 km kearah
selatan dari pusat kota.
Lagi-lagi kami
disambut dengan penuh kegembiraan. Beliau juga menyatakan akan ikut membantu menghubungi
guru-guru yang lain agar menyempatkan diri menghadiri undangan kami.
Dua undangan untuk
guru lainnya, Pak Taslam (guru Agama
Islam) dan Pak Satiyo (guru Pembukuan)
yang rencananya akan kami antar bahkan dimintanya.
Pak Eko sendiri yang
akan menyampaikan dua undangan tersebut. Luar biasa dukungan guru yang satu
ini.
Sowan ke rumah Pak Eko, guru Elektronika SMP kami dahulu - Dok. Pribadi |
Distribusi undangan
hari itu pun kami akhiri. Saat perjalanan pulang, kami masih sempat mampir ke
kediaman Ibu Dyah (guru Seni Musik) yang berada di tengah kota. Rumah beliau
ada di gang Raung, Kauman, Kota Nganjuk.
*****
Sore harinya, masih di
tanggal 4 Juli 2016 seluruh panitia reuni (temu kangen) alumni SMPN 4 Nganjuk
angkatan 1995 berkumpul dirumah Triono.
Selain acara berbuka
puasa bersama, panitia akan membahas kesiapan akhir setiap seksi.
Setelah semuanya
memaparkan progres seksi masing-masing, terakhir giliran saya bersama Nina Eko dan Nowot Raharjo yang membidangi seksi acara menyampaikan run down saat hari H nanti.
Pertemuan petang
hingga malam hari itu ditutup dengan kesepakatan bahwa seluruh panitia harus
berkumpul dilokasi satu jam sebelum acara dimulai.
Khusus untuk panitia
laki-laki, disepakati malam sebelum acara akan bergotong-royong mendesain
panggung dan perlengkapan lainnya.
MALAM
H-1
Dekorasi panggung
sudah selesai. Backdrop keren hasil desain Nowot Raharjo terpasang dengan
megah. Saya salut dengan Triono yang seorang diri menyelesaikan tugasnya
sebagai seksi perlengkapan. Partnernya, Menot
Priyono terlambat datang karena masih bekerja.
Layar lebar yang kami
sewa dari kantor BKKBN Kabupaten Nganjuk
juga telah dipasang oleh petugas dari instansi tersebut.
Media yang akan digunakan
untuk penayangan slide video rekam jejak alumni itu kami dapatkan atas bantuan
seorang teman alumni wanita yang kini menjadi PNS di kantor tersebut. Hanik Retno W. Biasa dipanggil Nana.
Kursi untuk undangan pun
juga sudah tertata rapi. Kali ini hasil jerih payah saya bersama Jack Frangky.
Namun, ada satu masalah yang
membuat panitia malam itu sedikit jantungan.
Sond System!
Hingga tengah malam,
peralatan utama itu belum juga datang. Setelah berkali-kali kami hubungi,
akhirnya pemilik persewaan sound system
berjanji besok pagi alat sudah ready
sebelum jam tujuh.
Saya tetap saja masih
sport jantung!
Semoga si pemilik sound system itu memiliki jiwa tanggung
jawab yang tinggi. Harapan saya dalam hati.
*****
Sabtu, 9 Juli 2016.
Hari itu saya bangun
pagi-pagi sekali.
Setelah melaksanakan kewajiban
dua rakaat, saya buru-buru mencari kemeja dan celana yang hendak saya pakai ke
acara temu kangen.
Istri dan jagoan saya
belum bangun. Malam itu saya menginap di rumah mertua. Kebetulan kami bertetanggaan
desa.
Pukul enam lebih
seperempat, setelah sebelumnya menyetrika sendiri pakaian (karena tidak tega
membangunkan istri yang masih terlelap bersama jagoan kecilnya), saya sudah
rapi sekali.
Sempat menunggu
beberapa menit, akhirnya istri saya bangun. Kecup kening sebentar, langsung
tancap gas ke TKP. Balai Desa Begadung, Kota Nganjuk. Tempat acara berlangsung.
Sepi!
Belum ada satu
makhluk pun disana. Pasti semua masih asyik dengan selimutnya. Semalam memang
kami begadang sampai larut. Gara-gara menunggu sound system yang tak kunjung datang.
Akhirnya yang saya
tunggu-tunggu muncul. Seperangkat sound
system hampir bersamaan dengan kru musisi tiba. Beruntung pula mereka
sangat cekatan. Hanya beberapa menit, semua peralatan sudah terpasang.
Cek sound pun tak
butuh waktu lama! Alat musik telah ready
juga.
Namun, masalah baru
muncul lagi.
Salah satu anggota tim
seksi acara, Nowot Raharjo yang rencananya akan menjadi MC bersama saya dan
Nina Eka belum tampak batang hidungnya. Waktu terus bergulir. Beberapa undangan
bahkan sudah memasuki gedung balai desa Begadung.
Saya dan Nina Eka pun
memutuskan melakukan gladi bersih
lebih dahulu.
Si bandel Nowot
Raharjo akhirnya datang juga. Sontak kami bertiga segera bersiap perform diatas panggung. Seiring dengan
tamu undangan yang kian memadati gedung balai desa Begadung.
Sebuah tembang lawas
dari grup legendaris Koes Plus, berjudul
Kembali saya lantunkan berduet dengan
Nowot Raharjo.
Lanjut ke opening song!
Lagu Kebyar-Kebyar
dari almarhum Gombloh kami bawakan dengan penuh semangat. Menandai dimulainya
gelaran acara temu kangen alumni SMPN 4 Nganjuk angkatan 1995.
Trio pemandu acara , saya, Nina Eka dan Nowot Raharjo menyanyikan Kebyar-Kebyar bersama pembaca puisi adik Nisa (jilbab) - Dok. Pribadi |
Lumayan bisa
menggiring hadirin ke nuansa nasionalis.
Suasana menjadi
semakin khidmat saat lagu kedua, Tanah Airku kami nyanyikan dengan lancar. Disusul
dua pembawa bendera Merah Putih, Muryanto
dan Menot Priyono memasuki ruangan.
Diikuti 15 anak kecil yang membagi-bagikan bunga mawar kepada guru.
Merinding!
Pembawa bendera Merah Putih, Muryanto dan Menot - Dok. Pribadi |
Setelah kirab bendera
pusaka selesai, kami lanjut ke acara inti. Ada tiga sambutan yang kami
jadwalkan.
Pertama atas permintaan
Pak Taslam, guru Agama Islam kami
dahulu. Beliau sempat membisiki saya untuk disediakan waktu berbicara di
hadapan para mantan anak didiknya. Saya menyanggupinya.
Dalam sambutannya,
Pak Taslam memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada kami, para mantan murid. Beliau
menyadari termasuk salah satu diantara beberapa guru yang berkarakter keras
dalam mendidik. Kami menyebutnya galak!
Selain masih bulan
syawal, dimana suasana saling meminta maaf masih kental, beliau juga akan pergi
ke tanah suci bulan Agustus nanti. Pak Taslam berharap semua murid yang dulu
pernah di jewer (dicubit) telinganya membuka lebar-lebar pintu maaf untuk
mantan guru Agama Islam kami itu. Sebelum beliau berangkat menunaikan ibadah
Haji.
Sambutan yang kedua
dari mantan wakil Kepala Sekolah, Pak
Jaswadi.
Sosok berwibawa yang
masih terlihat bugar di usia senja itu memaparkan bahwa kami alumni SMPN 4
Nganjuk angkatan tahun 1995 adalah generasi yang lahir di era delapan puluhan.
Era awal tumbuhnya teknologi.
Beliau berpesan agar
kami menjadi benteng bagi anak-anak kami agar moralitas mereka tidak tergerus
oleh kemajuan teknologi. Terutama bahaya narkoba dan pergaulan bebas. Sebagai
dampak negativ yang tak bisa terhindarkan dari pesatnya teknologi informasi.
Terakhir, Pak Jaswadi
mengharapkan agar acara reuni seperti hari itu terus diadakan setiap tahun.
Sehingga tali silaturrahmi diantara sesama alumni tidak putus.
Selanjutnya adalah sambutan
dari Ketua Panitia, sekaligus Ketua Ikatan Alumni SMPN 4 Nganjuk angkatan 1995.
Anang Shintaka.
Dalam sambutannya,
Ketua Panitia menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi menyukseskan acara itu.
Terutama para alumni yang telah menjadi donatur, hingga dana yang terkumpul
bisa menutup semua biaya.
Juga kepada jajaran
dewan guru yang telah mendidik kami hingga bisa menjadi manusia-manusia tangguh
seperti sekarang ini.
Diakhir sambutannya,
Ketua Panitia menyerahkan cinderamata kepada seluruh jajaran guru yang hadir.
Penyerahan cinderamata kepada para guru - Dok. Pribadi |
Tampak Pak Jaswadi
(Wakasek), Pak Raras Winardi (guru Seni tari), Pak Markos (guru BP), Pak Satiyo
(guru Pembukuan), Pak Taslam (guru Agama Islam), Ibu Hesti (guru Sejarah), Ibu
Asrianik (guru Matematika), Ibu Dyah (guru Seni Musik) dengan gembira menerima
kenang-kenangan dari kami.
Suasana haru terlihat
jelas ketika para guru yang sudah purna, Pak Taslam, Pak Satiyo dan Pak Markos
saling berpelukan dengan deraian air mata. Ternyata beliau-beliau ini baru bisa
bertemu lagi sejak mengakhiri masa pengabdiannya.
Bertahun-tahun mereka
terpisahkan oleh aktivitas masing-masing menikmati masa pensiunnya.
Saya tidak sanggup
melihat pemandangan itu. Memilih berbalik badan, menahan rasa panas dari sudut
pelupuk mata saya.
Setelah suasana haru
mereda, jajaran panitia mengajak para guru untuk menikmati hidangan prasmanan
ala kadarnya. Seksi konsumsi sudah menyiapkan menu Bakso, Siomay dan Nasi
Campur lengkap dengan Urap-Urap untuk acara siang hari itu.
Acara kami lanjutkan
dengan pembagian 50 paket door price (saat
sesi acara ini, para guru sudah berpamitan pulang).
Malam sebelumnya, panitia
telah menempelkan voucher hadiah di
bawah tempat duduk para undangan. Bagi para hadirin yang beruntung (yang kursi
tempat duduknya ada sticker voucher
hadiah), bisa langsung menukarkannya kepada panitia.
Sesi ini cukup
membuat suasana menjadi penuh luapan kegembiraan. Nowot Raharjo memandunya
dengan sempurna. Kocak abis.
Foto bersama para dewan guru di akhir acara - Dok. Pribadi |
Dari kiri, Pak Taslam, Pak Satiyo, Pak Jaswadi, alumni Siti Rukayah - Dok. Pribadi |
Dari kanan, Ibu Hesti, Ibu Dyah, Ibu Asrianik, alumni Siti Rukayah - Dok. Pribadi |
Dari kiri, Triono, Ibu Marfu'ah (guru Agama Islam), saya, Nina Eka, Saci - Dok. Pribadi |
Selanjutnya adalah
segmen gila-gilaan. Kami memberikan kesempatan para alumni untuk bergembira
bersama Mahadewa Elektone. Mereka bernyanyi dan berjoget ria.
Tepat pukul setengah
dua siang, saya menutup serangkaian acara
temu kangen tahun 2016 ini.
Lelah, capek, haru dan
bahagia bercampur jadi satu. Semua saling berjabat tangan, berangkulan, berfoto
ria. Satu per satu pamit meninggalkan gedung yang menjadi saksi pertemuan kami.
Esok, mereka kembali
lagi ke peradaban masing-masing. Berjuang lagi menyambung hidup. Menafkahi
anak-anak dan istri mereka.
Ah .... Saya mencintai moment
ini. Semoga tahun depan kami masih bisa bersama lagi.
Nganjuk, 10 Juli 2016
Miss u semuanyaaaa....yg nggak boleh protes bikin aku ngakak....
BalasHapusMiss u semuanyaaaa....yg nggak boleh protes bikin aku ngakak....
BalasHapusHahahaa ..
HapusWaahhh seruu... Reuni Akbar ...
BalasHapusIya mbk Ci .. seru abis dech pokoknya.
Hapus