Tersebutlah sebuah negeri kecil nan
makmur sentosa, bernama Mandura (Manduro)
yang dipimpin seorang raja arif dan bijaksana, Prabu Basudewa.
Prabu Basudewa (Basudewo) menikah dengan tiga orang istri. Istri pertama Dewi Mahera (Dewi Maerah), kedua bernama Dewi
Mahindra dan terakhir Dewi Badrahini.
Dari pernikahan dengan Dewi Mahindra ia
dikarunia dua putra yaitu Kakrasana (Kokrosono) yang memiliki nama lain
Baladewa (Bolodewo), dan Narayana (Noroyono) disebut juga Krisna (Kresno), titisan terakhir dari Sang Hyang Wisnu (Dewa Wisnu). Satu anak perempuan bernama Roro Ireng yang lebih dikenal dengan nama Dewi Sumbadra (Dewi Sembodro)
didapat dari Dewi Badrahini.
Ketiga
anak ini sejak kecil dititipkan di padepokan Widorokandang, diasuh oleh Ki
Demang Antagopa, dan istrinya Nyi
Ken Sagupi. Karena adanya kabar bahwa anak dari Dewi Maerah yang berwujud
raksasa bernama Kangsadewa (Kongsodewo) sesumbar akan membunuh
adik-adiknya bila mereka besar demi mendapat tahta Mandura. Sehingga demi
keselamatan, mereka disembunyikan di padepokan terpencil itu.
Kongsodewo
sendiri sejatinya bukan putra dari Prabu Basudewo. Ketika raja Mandura itu
pergi berkelana keluar istana, datangalah Prabu
Gorawongso (raja raksasa dari
kerajaan Goa Barong) yang sudah lama menaruh hati pada Dewi Maerah. Gorawongso
lalu menjelma berubah wujud sebagai Basudewa dan memadu asmara dengan Dewi
Maerah.
Skandal asmara ini akhirnya terkuak, demi
menjaga martabat raja dan kerajaan Mandura, Dewi Maerah terpaksa dihukum mati.
Namun adik Prabu Basudewa, yakni Haryoprabu Rukmo yang ditugasi menjadi
eksekutor untuk membunuh Dewi Maerah tidak sampai hati melaksanakan hukuman
mati itu, setelah tahu bahwa Dewi Maerah sedang mengandung.
Akhirnya Dewi Maerah ia tinggalkan
sendiri di tengah hutan. Wanita malang itu ditolong oleh seorang pertapa berwujud
raksasa bernama Resi Anggawangsa. Saat
melahirkan anaknya, Dewi Maerah meninggal dunia. Bayi haram itu, dirawat,
dipelihara, dan dididik dengan penuh kasih sayang oleh sang Resi.
Seiring waktu, akhirnya Resi
Anggawangsa mengetahui siapa sebenarnya orangtua dari Kongsodewo. Sebelum
meninggal dunia, sang Resi menyerahkan Kongsodewo yang masih balita kepada
pamannya Dityo Suratimontro (adik
Prabu Gorawongso) di negeri Bombawirayang.
***********
Kongso Adu
Jago.
Ketika Kongsodewo menginjak remaja, ia
diantar Suratimontro ke Mandura menemui Prabu Basudewo, menuntut haknya agar
diakui sebagai anak. Kongsodewo menceritakan semua kisah pilu dia dan ibunya
yang sudah meninggal secara menyedihkan saat melahirkan di tengah hutan.
Karena terharu dan tidak tega, Prabu
Basudewo mengakui Kongosodewo sebagai anak. Sebagai putra dari istri pertama,
dia diberi kedudukan sebagai raja kecil (adipati) di Sengkopuro.
Inilah blunder Prabu Basudewo. Dengan
didikan dan asuhan dari Dityo Suratimontro, Kongsodewo tumbuh menjadi pemuda berwatak angkara murka, keras hati, dan
pengkhianat seperti sifat ayah aslinya Gorawongso.
Kongsodewo
dengan dibantu Dityo Suratimontro yang sakti
mandraguna pelan-pelan telah menyusun kekuatan. Hingga pada puncaknya suatu
hari ia menyerang Mandura untuk merebut tahta kerajaan.
Terjadi peperangan yang cukup lama di
Mandura. Kesaktian Kongsodewo dan Dityo Suratimontro menyulitkan pasukan
Mandura.
Mengetahui kejadian ini, adik Prabu
Basudewo yaitu Haryoprabu Rukmo segera memacu kereta ke negeri tetangga Hastinapura (Astina). Mereka menemui
kakak iparnya Prabu Pandu Dewanata (Pandu Dewonoto) untuk meminta bantuan.
Prabu Pandu adalah ayah dari para kesatria Pandawa.
Prabu Pandu bersama seorang putranya Brotoseno (Werkudoro atau Bima) segera datang ke Mandura.
Ketika berhadap-hadapan dengan
Brotoseno, Kongsodewo menolak bertarung dan menantang Bima cukup untuk mengadu
ayam jago mereka yang bertanding. Setelah ayam jago Kongso kalah, ia tidak
terima dan mengamuk, namun akhirnya Kongsodewo tewas ditangan Noroyono (Kresno)
yang baru saja datang dari padepokan Widorokandang.
Sementara di tempat lain, Bima tanpa
kesulitan juga berhasil mengalahkan Dityo Suratimontro.
Segmen kegagalan kudeta Kongso ini
dalam pagelaran wayang kulit diberi lakon/judul “Kongso Adu Jago”.
***********
Tak lama setelah kudeta Kongso yang
gagal, Prabu Basudewo mewariskan tahta kerajaan Mandura kepada dua putranya
sebagai raja kembar. Kokrosono (Bolodewo) dan Noroyono (Kresno).
Tetapi selama memerintah, mereka
memiliki perbedaan sifat dan kebijakan yang sangat bertolak belakang.
Bolodewo yang sejak kecil bersifat
keras kepala dan temperamental cenderung bergaya otoriter dalam memimpin.
Sementara adiknya Noroyono yang sejak kecil bersifat lemah lembut, bergaya
pemimpin arif dan bijaksana.
Karena merasa tak mungkin lagi Mandura
diperintah dua raja, akhirnya Noroyono memilih mengundurkan diri. Kepada sang
kakak Prabu Bolodewo ia menyerahkan dan menitipkan kerajaan, sementara ia akan
pergi berkelana. Roro Ireng tak mau ditinggalkan, atas ijin kedua kakaknya ia
pun ikut Noroyono berkelana.
Sampailah Noroyono (Kresno) ke sebuah negeri
bernama Dwarawati (Dworoko, Dworowati). Sebuah negeri yang banyak dihuni bangsa manusia
tapi dipimpin oleh seseorang raja bangsa raksasa, bernama Prabu Narasingha.
Seorang raja yang kejam, otoriter dan diktator. Kebijakannya cenderung
menganaktirikan bangsa manusia yang secara fisik lebih lebih lemah dibanding bangsa
raksasa. Noroyono pun berbaur dengan rakyat kecil negeri Dwarawati.
Di negri inilah kemudian Noroyono yang sejatinya titisan Dewa Wisnu mulai dikenal masyarakat sebagai pemuda yang pandai, baik hati dan punya kesaktian menolong banyak rakyat yang kesusahan.
Ia
mulai dibangga-banggakan oleh rakyat sebagai sosok yang kelak akan menjadi
pemimpin mereka di masa depan. Berita ini akhirnya sampai ke telinga Prabu
Narashinga.
Sang
raja pun memburu Kresno. Namun rupanya Narashinga belum tahu siapa sejatinya
Noroyono. Saat Kresno dibawa ke istana untuk diadili, justru titisan Sang Hyang
Wisnu itu memberikan banyak nasehat dan wejangan kepada sang raja. Terutama
agar ia segera merubah segala sifat buruknya, dan kembali ke jalan yang benar.
Menjadi pemimpin yang arif dan bijaksana.
Prabu
Narashinga tersinggung. Ia memerintahkan pasukannya agar membunuh Kresno. Tapi
diluar dugaan semua orang, dengan pengaruh aura dewa yang melekat pada Kresno, para
prajurit Dworowati tiba-tiba berbalik mendukungnya.
Narasingha
tetap berkeras kepala dan dia memaksakan diri untuk menyerang Noroyono. Dengan
mudah pun Kresno berhasil menumbangkan Narashinga. Dworowati pun kosong tanpa
pemimpin.
Atas
dukungan semua rakyat, bahkan keluarga Narashinga sendiri, akhirnya Noroyono
dinobatkan sebagai raja baru di Dworowati dan bergelar Prabu Sri Bethoro Kresno
(Prabu Krisna).
Prabu
Kresno menikah dengan empat istri Dewi Jembawati, Dewi Rukmini, Dewi Setyaboma
dan istri turunan sebagai titisan Sanghyang Wisnu, Dewi Pratiwi.
Dari
Dewi Jembawati ia dikaruniai dua putra, Samba dan Gunadewa. Sedangkan dari Dewi
Rukmini Kresno memperoleh anak Saranadewa. Sementara istri terakhir Dewi
Setyaboma memberinya seorang anak Setyaka. Terakhir dari Dewi Pratiwi ia berputra
: Bambang Sitija dan Dewi Siti Sundari.
Prabu
Sri Bethoro Kresno selain sangat digdaya dan dapat bertiwikrama, ia juga mempunyai pusaka-pusaka sakti antara lain : Cakradewa,
Kembang Wijoyokusumo, Terompet/Sangkolo Poncojoyo, Kaca Paesan, Aji Pameling
dan Aji Kawrastawan.
Dalam
kondisi marah, Kresno bertiwikrama menjadi wujud reksa denawa (raksasa) dan
Dewa Wisnu.
![]() |
Cakra Sudarsana |
(bersambung)
#ODOP
#PostingHariKesembilanBelas
Mas ini thh cerita tang sudah ada atau mas heru bijin sendiri? Aku blas gak tau cerita2 kerajaan begini. #ampun kakak. Gak tau budaya bgt yah.
BalasHapusPakem (garis besar) kisahnya sudah ada turun temurun dlm tradisi budaya jawa. Dibawakan dalam pentas pagelaran wayang kulit.
BalasHapusKehidupan saya saat kanak-kanak kesana kemari ikut ibu saya yang kru wayang itu, membuat saya tertarik untuk menuangkan kisah2 wayang dlm bentuk tulisan.
Wayang punya ratusan kisah yang jika ditulis sebenarnya akan menjadi sebuah Maha Fiksi mbk Vinny
BalasHapusjadi tahu cerita-cerita kerajaan jawa, seperti dongeng. hanya susah mengingat nama-namanya
BalasHapushehe .. gk usah di ingat-ingat namanya mbk Wiwid.
HapusIndia punya Mahabaratha via ANtv,
Indonesia punya Bratayudha via pagelaran wayang kulit
heeh..namanya susah diingat.tp baguuus
BalasHapusheeh..namanya susah diingat.tp baguuus
BalasHapussing mbok elingi yo jenenge cah kae thok Lis
Hapus