Bengawan Brantas - foto @wedya_wiwied |
Bangèr (Bangil, Pasusuruan sekarang).
Pecahan kedua, mengalir ke utara, menjadi Bengawan Mas. Bermuara di Ujung Galuh
(Pelabuhan Kalimas Surabaya sekarang).
Pelabuhan Canggu, di masa silam
merupakan sebuah dermaga penting bagi perdagangan Majapahit. Para saudagara
dari negeri Tiongkok, Syiam, Champa, India dan Arab senantiasa melanjutkan
pelayaran ke pelabuhan kuno itu menggunakan BALANDONG
(kapal kayu kecil kuno) setelah merapatkan JUNG
(kapal layar kuno berbendera asing) di Bangèr atau Ujung Galuh.
Brantas Dalam Sejarah.
Bengawan Brantas, sudah mulai
dikenal sebagai jalur penting sejak era perang pasukan Mpu Sindok (Mataram
Kuno) dengan pasukan Melayu (Sriwijaya) yang mengejarnya hingga ke lembah gunung
Wilis, Nganjuk, Jawa Timur.
Pasukan Sriwijaya yang berasal dari
pangkalan militer divisi Jambi (Swarna Dwipa/Sumatera) mengerahkan kekuatannya
mengarungi samudera Jawa, lalu mendarat di pelabuhan kuno Kembang Putih (Tuban,
Jawa Timur sekarang).
Dari Tuban, pasukan Sriwijaya bergerak
ke selatan hingga sampai di bengawan Brantas. Mereka singgah di pelabuhan kecil
Watugaluh (Megaluh, Jombang sekarang) untuk membuat BALANDONG.
Perjalanan
dilanjutkan menyusuri ke arah hulu bengawan Brantas hingga sampai di seberang
pelabuhan Bandar Alim (desa Demangan, Tanjunganom, Nganjuk sekarang). Di tempat
itu, pasukan Sriwijaya mendirikan pangkalan militer untuk menyiapkan kekuatan
menggempur Mpu Sindok di lembah gunung Wilis.
Bengawan
Brantas sekaligus menjadi batas pertahanan antara dua negeri yang berseteru.
Sriwijaya dan Mataram Kuno.
Bengawan Brantas - foto Angga Kris |
Pasukan
Tar-Tar dari Mongolia yang dikirim Kaisar Kubilai Khan untuk menghukum raja
Singhasari, Prabu Kertaêgara juga melalui bengawan
Brantas. Nahas, pasukan yang buta peta kekuasaan Jawa Dwipa itu, setelah
menghabisi Jayakatwang----penguasa Kediri yang mengkudeta Kertaêgara sehingga dianggap sebagai raja Singhasari---- justru
digempur habis-habisan oleh para punggawa menantu mendiang Kertanêgara , Lembu Sora, Arya Wiraraja, Ronggolawé dan
pasukannya. Kocar-kacir prajurit Tar-Tar di bengawan Brantas. Dikisahkan, air
Brantas berubah warna menjadi merah karena banjir darah orang-orang Mongolia.
Di
sungai Brantas inilah, dulu terjadi pertarungan satu lawan satu antara Arya Ronggolawé dan Kêbo Anabrang, ketika Adipati I Tuban itu
memberontak kepada Bathara Ring Wilwatikta Kapisan----raja Majapahit pertama----,
Sanggramawijaya (Raden Wijaya).
Di
Brantas pula (desa Jatiduwur, kecamatan Kesamben, kabupaten Jombang sekarang),
dulu Bêkêl Gajah Mada melarikan Bathara Ring Wilwatikta Karo----raja
Majapahit kedua----, Jayanêgara (Raden Kalagêmêt) ketika terjadi pemberontakan
besar-besaran oleh seorang Dharmaputra bernama Rakuti. Mereka dikawal sepuluh
prajurit Bhayangkara (pasukan elit Majapahit yang dibentuk dan dilatih Gajah
Mada).
Dari Jatiduwur, Gajah Mada membawa
Jayanègara menyeberangi Bengawan Brantas menuju Kudu. Lalu terus ke utara
hingga sampai di kabuyutan ----pemukiman
kuno---- Badander (desa Bedander, kecamatan Kabuh, kabupaten Jombang sekarang).
Di sana, rombongan tinggal di rumah seorang Samgat/Sam
Pamegat ----Lurah kuno----, Ki Ageng Badander.
Malam ketiga setelah Jayanêgara
tinggal di Badander, seorang prajurit Bhayangkara ngotot meminta ijin ingin
pulang ke kotaraja Majapahit sebentar. Gajah Mada melarangnya. Dia curiga sang
prajurit adalah teliksandi yang berkhianat kepada Jayanêgara pula, dan berniat
akan membocorkan keberadaan mereka kepada Rakuti. Karena ngotot meninggalkan
rombongan, Gajah Mada menghabisinya!
Malam ketujuh sejak meninggalkan kotaraja
Antawulan, Gajah Mada pamit kepada Jayanêgara untuk membuat perhitungan dengan
Rakuti. Bathara Ring Wilwatikta Karo sementara
tetap tinggal di Badander, dijaga sembilan prajurit Bhayangkara.
Terjadilah tanding satu lawan satu
antara Dharmaputra yang telah menguasai istana Wilwatikta dengan Gajah Mada.
Tombak Patmayoni milik sang
pemberontak tidak mampu menandingi keris Luk Pitu milik bèkêl muda yang kelak
menaklukkan Nusantara.
Rakuti meregang nyawa di tangan Gajah
Mada!
Heru
Sang Mahadewa
Member of #OneDayOnePost
Beberapa kali ke Pemandian Air Panas Cangar melewati sumber mata air Brantas, tapi belum tertarik untuk singgah nengok. Lain kali, saya mau singgah, ah. Mungkin masih ada jejak-jejak sejarah di sana....
BalasHapusSaya malah belum pernah ke Cangar, Gus Ibnu.
HapusKapan-kapan harus kesana ah ...
Aku malah lom ngerti kali brantas her.. Ngertine kali cewok.. Hahahah
BalasHapusKali Cewok ... sungai penuh kenangan jaman kita SMP biyen Lis :)
Hapus