R.M. Sosrokartono - portalmedia.com |
Klinik
Darussalam (Dar-Oes-Salam) tumbuh menjadi sebuah pusat pengobatan jasmani dan rohani.
Kartono yang telah berganti nama menjadi Mandor Klungsu atau Joko Pring pun
semakin dikenal masyarakat sebagai guru, ahli pengobatan sekaligus spiritualis.
Siang
hari, Mandor Klungsu menolong orang-orang yang meminta penyembuhan. Malam
harinya, dia mengajar pemuda-pemuda yang belajar kepadanya tentang ajaran
hidup.
FILOSOVI KLUNGSU DAN JOKO PRING
Klungsu,
dalam bahasa Jawa berarti biji asam. Bentuknya kecil namun sangat kuat. Jika
ditanam dan dirawat dengan benar, klungsu akan tumbuh menjadi pohon asam yang
rindang, kokoh dan berbuah lebat. Pohon ini mulai dari biji hingga buahnya dapat
dimanfaatkan oleh manusia. Sifatnya juga kokoh dan tegar.
Nama
Klungsu mencerminkan sebuah sosok yang kecil (merakyat), namun kuat, tegar dan
banyak menebar manfaat bagi sesama.
Joko Pring,
berasal dari dua kata Joko dan Pring. Dalam bahasa Jawa, Joko berarti Jejaka atau
lelaki yang belum menikah. Sedangkan Pring artinya bambu.
Bambu
memiliki sifat dapat memperbanyak diri. Tumbuhan ini memiliki manfaat mulai
akar hingga tubuhnya. Hampir sama dengan Klungsu, nama Pring yang diambil
Kartono juga mencerminkan sosok seorang manusia yang banyak memberi manfaat
bagi sesamanya.
KARYA KARTONO DI DUNIA LITERASI
Selain
humanis dan pintar memberikan pengobatan, Kartono juga sosok pemuda yang gemar
menulis. Beberapa karyanya antara lain sebuah tembang berjudul Joko Pring,
sesuai dengan nama yang dia klaim untuk menyebut dirinya. Berikut adalah lirik
dari tembang Joko Pring :
Pring padha pring
Weruh padha weruh
Eling padha eling
Susah padha susah
Seneng padha seneng
Eling padha eling
Pring padha pring
Arti
dari lirik tembang di atas adalah sebagai berikut:
Bambu sama-sama bambu
Tahu sama-sama tahu
Ingat sama-sama ingat
Susah sama-sama susah
Senang sama-sama senang
Ingat sama-sama ingat
Bambu sama-sama bambu
(Joko
Pring)
Selain
menulis tembang, Kartono juga menelurkan karya sastra bermuatan falsafat Jawa.
Ajarannya tentang kasunyatan (realita
kehidupan), tirakat (puasa jasmani
rohani) dan kasampurnan (kesempurnaan)
diantaranya sebagai berikut :
Renungan Rebo Pahing
Kartono
merangkum nasehat-nasehat spiritual yang dia ajarkan kepada murid-muridnya
dalam karya ini.
Banyak
kata-kata mutiara yang bisa kita jumpai dalam Renungan Rebo Pahing. Kalimat
yang memiliki makna sangat dalam.
Sugih tanpa bandha
(kaya tanpa menimbun harta).
Digdaya tanpa aji
(sakti tanpa ajimat).
Ngluruk tanpa bala
(menyerang tanpa mengerahkan pasukan).
Menang tanpa ngasorake
(menang tanpa merendahkan lawan).
Trimah mawi pasrah
(rela menyerah terhadap keadaan yang telah terjadi).
Suwung pamrih tebih ajrih
(jika tak berniat jahat, tidak perlu takut).
Langgeng tan ana susah tan ana
bungah (tetap tenang, tidak kenal duka maupun suka).
Anteng manteng sugeng jeneng
(diam sungguh-sungguh, maka akan selamat sentosa).
AJI PRING
Kartono
menjabarkan filosovi pohon bambu dalam tulisan ini. Seperti yang tercermin
dalam makna nama Joko Pring.
Dia
mengajak manusia untuk bisa menauladani filosovi pohon bambu.
LAKU LAN MAKSUDIPUN
Perjalanan
(hidup) dan maknanya. Sebuah karya Kartono yang mengulas tentang penjabaran
kata-kata mutiara dalam karya sebelumnya, Renungan Rebo Pahing.
OMONG KOSONG
Dalam
tulisan ini, Kartono menceritakan pengalamannya selama menempuh perjalanan dari
Aceh, Tanjungpura dan Langkat. Sebuah perjuangan kemanusiaan dia angkat dalam
istilah kantong bolong, kosong dan sunyi.
SERAT SAKING MEDAN
Nasehat
Kartono tentang pengabdian manusia kepada sesama, tanpa mengharap imbalan,
tidak boleh ragu, senantiasa yakin dan menyerahkan segala upaya perjuangan kepada
Allah SWT.
-o0o-
Bersama
adiknya, R.A. Kartini, R.M. Kartono juga mendirikan sebuah perpustakaan umum di
Tegal, bernama Panti Sastra.
Dia
juga sempat menyulam 3 buah kain bermotiv huruf Alif tunggal. Saat ini, tiga
sulaman tangan Kartono sendiri itu di simpan di pendopo Kabupaten Jepara, Jawa
Tengah.
Ada
makna yang sangat dalam filsafat Jawa terhadap huruf Alif yang disulam Kartono.
Alif yang merupakan huruf Hijaiyyah pertama, diartikan sebagai Hyang Tunggal
(Allah S.W.T). Bentuk Alif yang tegak seperti batang lidi juga berarti Jejeg----lurus----mencerminkan harapan
tentang perilaku yang lurus dan benar.
Pada
hari Jum’at Pahing, tanggal 28 Februari 1952, Raden Mas Panji Sosrokartono,
seorang guru bangsa, spiritualis, mangkat di Bandung, Jawa Barat. Jasadnya
dimakamkan di Kudus, Jawa Tengah.
Tidak
ada gelar pahlawan nasional yang disematkan kepadanya. Kartono meninggal pada
usia 75 tahun, tanpa meninggalkan anak dan istri.
Hanya
beberapa tulisan yang dikutip dari nasehat-nasehat luhur Kartono yang tersemat
di batu nisannya. Sugih tanpa bandha, digdaya tanpa aji.
TAMAT
Heru Sang Mahadewa
Member
of #OneDayOnePost
Disarikan
dari berbagai sumber.
Baru tahu sekarang....terimakasih sudah berbagi informasi yang bermanfaat ini....salam Djas Merah
BalasHapus