devianart.com |
Padang
Kuru Setra bergetar!
Seluruh
petinggi Kurawa merinding oleh kehadiran seorang anak muda di tengah-tengah medan perang. Ia menunggang seekor kuda dengan tangan kanan mengacung-acungkan sebuah
cambuk.
Garda
pertahanan Astina dibuat kocar-kacir oleh amukan ksatria muda yang sebelumnya
tidak pernah diperhitungkan kekuatannya. Jatuh bangun para prajurit dari pesanggrahan
Bulupitu.
Siapa
anak muda itu?
Selidik
punya selidik, ternyata ia adalah putra dari Arjuna. Raden Abimanyu yang sedang
membawa kuda Ciptawilaha. Tangannya
lincah memainkan cambuk pusaka Kyai Pamuk.
Hari
itu, Abimanyu menjelma bak Dewa Kematian bagi pasukan Kurawa. Kuda yang
ditungganginya menari-nari diantara barisan lawan. Memporak porandakan formasi
Astina.
Panglima
perang Kurawa, Begawan Durna langsung berdiskusi dengan para petinggi Bulupitu.
“Potong
fomasi pasukan Pandawa pada bagian supit
urang (capit udang). Jauhkan dari kepalanya!” seru sang Begawan.
Strateginya
cukup jitu.
Abimanyu
yang berada pada posisi cucuk (paruh) udang dalam formasi pasukan Pandawa, pelan-pelan terpisah dari barisan induk. Ia terjebak
seorang diri di bagian kepala udang.
Tiba-tiba
datang Bambang Sagara dari belakang Abimanyu. Dengan licik, kroni Kurawa yang
akrab dipanggil Jayadrata itu menelikung. Ia menghantamkan sebuah gada ke
tengkuk putra Arjuna.
Abimanyu
terjengkang. Busur dan anak panahnya terpental dari tangan.
Namun
ia segera bangkit. Dengan tangan kosong, Abimanyu masih gagah berdiri menantang
Kurawa.
"Kalian memang pengecut, Kurawa!" teriak Abimanyu.
"Kalian memang pengecut, Kurawa!" teriak Abimanyu.
“Habisi
Abimanyu!” seru Duryudana. Pemimpin tertinggi Kurawa.
“Keroyok
… keroyok … keroyok!” timpal Dursasana.
Dalam
hitungan detik, ratusan pasukan Bulupitu telah mengepung Abimanyu. Disusul
ribuan panah, pedang dan tombak yang bertubi-tubi menghujani tubuhnya.
Abimanyu
jatuh tersungkur.
Darah
meleleh di sekujur tubuhnya. Kepalanya kini bermahkotakan anak panah. Ususnya terburai
keluar dari perut.
Bukan
watak seorang ksatria jika Abimanyu menyerah sampai disitu. Ia berdiri lagi,
ususnya kemudian ia talikan menjadi ikat pinggang.
“Meski
kalian bertarung dengan cara pengecut seperti ini, aku tak akan mundur
sejengkalpunpun. Ayo maju lagi!” sesumbarnya.
Jayadrata
kembali menghantamkan gada dari arah belakang, tepat mengenai kepala Abimanyu.
Putra Arjuna itu pun jatuh tersungkur untuk kedua kalinya.
Abimanyu
diam tak bergerak lagi kali ini.
Datang
Lesmana Mandrakumara, anak Duryudana yang sejak perang hari pertama pecah,
hanya bersembunyi di pesanggrahan Bulupitu. Ia memang dikenal sebagai pemuda pengecut.
“Ayo
bangun Abimanyu. Jangan diam saja. Lawan aku!” ejek Lesmana.
Abimanyu
yang sudah penuh dengan luka tidak menjawab.
“Oh,
ternyata engkau sudah tak mampu berdiri. Baguslah, matilah sekalian engkau
Abimanyu. Setelah ini, akan kuambil istrimu Dewi Utari menjadi milikku …
Hahahaha!” semakin menjadi-menjadi ledekan Lesmana.
Mendengar
nama Dewi Utari disebut, Abimanyu langsung terpancing amarahnya. Dengan
sisa-sia tenaga, ia berdiri lalu menghunjamkan sebuah keris tepat ke dada
Lesmana.
Putra
mahkota Astina roboh bersimbah darah. Lesmana tewas seketika.
Padang
Kuru Setra kembali gempar!
*****
Kehadiran sosok Abimanyu di
tengah tanah perang Kuru Setra menjadi gambaran sepak terjang pasukan Garuda (julukan timnas Indonesia) di
Piala AFF 2016 ini.
Siapa yang semula
memperhitungkan Indonesia?
Tidak ada yang mengira,
bahwa negeri yang baru saja lepas dari sanksi banned FIFA lima bulan lalu, tiba-tiba mengamuk dan memporak
porandakan para kompetitornya.
Sejak fase penyisihan grup
A, Indonesia yang kali ini dihuni mayoritas anak muda menjelma menjadi Dewa
Kematian bagi lawan-lawannya.
Tuan rumah Filipina dan
Singapura menjadi korban comebacknya sang Garuda.
Berlanjut ke semifinal.
Vietnam, salah satu favorit
juara turnamen tahun ini, dipaksa berkabung secara nasional setelah dikubur
hidup-hidup oleh Indonesia di kandang mereka sendiri. Stadion My Dinh, Hanoi.
Tidak berhenti sampai
disitu.
Abimanyu, si anak muda yang rohnya
menitis ke pasukan Garuda kembali mengamuk.
Thailand, super power sepakbola di Asia Tenggara diluar
dugaan dihajar hingga babak belur di leg pertama Final Piala AFF 2016. Indonesia menjungkir
balikkan prediksi banyak orang.
The War Elephant (julukan timnas Thailand) benar-benar dibuat terkejut,
panik, tak berdaya dan hancur lebur oleh kekuatan Kuda Ciptawilaha dan cambuk Kyai
Pamuk milik timnas Indonesia.
Kemenangan dengan skor 2-1 pun
menjadi modal sangat berharga bagi pasukan Garuda untuk menatap leg kedua besok malam.
Tetapi, kita tidak boleh
jumawa.
Kalah di pertemuan pertama, Thailand yang menjadi favorit terkuat juara Piala AFF 2016 pasti akan mengerahkan seluruh kekuatannya. Apalagi bermain di stadion
Rajamangala, Bangkok. Tentu ibarat menghadapi krocokan gaman sewu (hujan ribuan senjata) bagi Abimanyu. Timnas Indonesia.
Jangan lengah.
Mari belajar dari strategi Begawan
Durna yang memotong supit urang (capit,
sayap) dari cucuk (paruh) formasi
Pandawa. Timnas kita tidak boleh membiarkan koneksi antara barisan pertahanan, kedua
sayap, dan barisan tengah terputus dengan striker yang biasanya ditempati Boaz
Salossa.
Ingat, Abimanyu tersungkur
ketika ia terlepas dari kedua supit urang,
lalu bertarung seorang diri di depan.
Jangan biarkan striker kita berjuang
sendirian.
Formasi supit urang Pandawa Indonesia yang berhasil memporak porandakan
Kurawa Thailand di leg pertama kemarin harus tetap solid di Rajamangala. Kedua pemain sayap kita, Riski Pora dan Zulham Zamrun (bisa diganti Bayu Gatra) tidak boleh mati kreasi.
Kekuatan kita ada di sektor
sana.
Teruslah menari-menari diatas
kuda Ciptawilaha. Mainkan dengan
sigap pusaka cambuk Kyai Pamuk untuk
menghajar mereka. Lalu kita bunuh Lesmana Mandrakumara Thailand.
Separuh kaki kita, kini
telah menapak tangga juara. Bukan sesuatu yang impossible, jika banyak yang berharap bahwa tahun ini adalah
milik Indonesia.
Satukan semangat, rapatkan
Doa. Saatnya kita mengukir sejarah di Asia Tenggara.
Menoreh dengan tinta emas. Tentang
Indonesia yang Jaya Sakti.
(
Heru Sang Mahadewa)
Member
Of #OneDayOnePost
Keren banget bahasa ulsanannya...
BalasHapusSemoga menang indonesia
Aamiin ...
Hapus