Selasa, 10 Januari 2017

MENYUSURI JEJAK SEJARAH MAJAPAHIT (Part 6)



Surya Majapait - image google


Setelah mengunjungi Candi Tikus dan Candi Bajang Ratu dan Candi Tikus, perjalanan saya lanjutkan ke situs-situs yang lainnya. Sembari mengambil jalur pulang, tempat yang saya tuju adalah Pendopo Agung Majapahit dan Museum Trowulan Majapahit.

PENDOPO AGUNG MAJAPAHIT


Tidak jauh dari Candi Bajang Ratu dan Candi Tikus, terletak di dusun Nglinguk, desa Temon, kecamatan Trowulan, kabupaten Mojokerto.

Merupakan sebuah bangunan joglo dengan pilar-pilar kayu berukuran besar. Dahulu, dipercaya sebagai tempat berkumpulnya para punggawa kerajaan untuk menghadap raja Majapahit. Pasowanan Agung.

Sebelum memasuki pendopo, kita akan disambut patung Raden Wijaya dan Mahapatih Gajah Mada. Situs ini sendiri sekarang dikelola oleh Kodam V Brawijaya.

Berpose di depan patung Mahapatih Gajah Mada

Di belakang pendopo, saya bisa melihat sebuah Paku Bumi yang tertancap kokoh di tanah. Konon, peninggalan purbakala itu adalah tempat Mahapatih Gajah Mada menambatkan gajah tunggangannya.

Paku Bumi, tiang untuk menambatkan binatang gajah

Berjalan semakin ke belakang, setelah melewati sebuah pemakaman kuno, akhirnya saya sampai di sebuah bangunan kecil (cungkup) tempat Raden Wijaya melakukan tapa brata (meditasi). Ketika itulah beliau mendapatkan petunjuk untuk membangun sebuah negeri di daerah itu.

Di tempat itu pula, Patih Gajah Mada mengucapkan Sumpah Amukti Palapa ketika dinobatkan sebagai Mahapatih Amangkubumi (Perdana Menteri) Wilwatikta. Beliau bersumpah tidak akan memakan buah palapa (kelapa) yang diartikan tidak akan menikmati kesenangan duniawi, sebelum bisa menyatukan seluruh wilayah nusantara dalam negeri kesatuan Majapahit.



Berikut adalah saduran bunyi sumpah amukti palapa yang ada di Pendopo Agung Majapahit:

Sira Gajah Mada Patih Amangkubumi tan ayun amukti palapa, Sira Gajah Mada: “Lamun huwus kalah Nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa.”

Terjemahannya sebagai berikut:

Dia Gajah Mada sang Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa memakan buah palapa, dia Gajah Mada:
Jika telah mengalahkan Nusantara, maka aku baru akan mengakhiri puasa (memakan buah palapa), jika telah mengalahkan Gurun, Serang, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah aku baru akan mengakhiri puasa (memakan buah palapa).

Catatan:
Gurun (Pulau Gorom), Serang (Pulau Seram), Haru (Kepulauan Aru), Tumasik (Singapura)

Meski aura mistisnya cukup besar, tetapi setiap saya memasuki kompleks situs ini, udaranya terasa sangat sejuk. Suasana juga tenang dan damai.


MUSEUM TROWULAN MAJAPAHIT



Berjarak sekitar setengah kilometer dari Pendopo Agung Majapahit, terdapat Museum Trowulan Majapahit. Tepatnya di desa Trowulan, kecamatan Trowulan, kabupaten Mojokerto. Berada tepat di seberang Kolam Segaran. Kolam kuno di tengah kota raja Majapahit.

Musem Trowulan Majapahit merupakan sebuah museum arkeolog. Berdasar catatan yang ada di museum tersebut, awal mula berdirinya pusat penyimpanan purbakala ini adalah ketika Sir Thomas Stamford Rafles, gubernur jendral Inggris yang memangku wilayah Jawa melaporkan adanya penemuan reruntuhan candi yang tersebar di hampir seluruh wilayah Trowulan dan Mojowarno.

Atas bantuan bupati Mojokerto, Kanjeng Adipati Ario Kromodjojo Adinegoro, pada tahun 1924 terbentuklah wadah perkumpulan penelitian peninggalan Majapahit (Oudheeidkundige Vereebeging Majapahit), dipelopori oleh seorang Belanda, Henri Maclaine Pont. Tahun 1926 dibangunlah tempat yang menjadi sekretariat OVM, sekaligus dibuat sebuah ruang untuk pameran publik. Tempat itu diberi nama Museum Trowulan, berada di jalan raya Mojokerto – Jombang, sekarang menjadi kantor Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan.

Pada tahun 2008, Museum Trowulan Majapahit ditetapkan sebagai Pusat Informasi Majapahit (PIM) oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Jero Wacik ketika itu, di lokasi yang baru sekarang ini.

Seiring perkembangan waktu, Museum Trowulan Majapahit tidak hanya menyimpan benda-benda purbakala peninggalan kerajaan Majapahit, tetapi juga melengkapi koleksinya dengan peninggalan kerajaan Kediri, Singasari, dan Medang.

Salah satu koleksi unggulan Museum Trowulan Majapahit adalah Arca Raja Airlangga yang disimbolkan sebagai Dewa Wisnu sedang menaiki punggung Garuda. Arca ini diangkat dari reruntuhan Candi Belahan.

Patung Raja Airlangga berwujud Wisnu naik Garuda
 
Ardhanari, koleksi Museum Trowulan Majapahit
Nisan almh. Fatimah Binti Maimun di Museum Trowulan Majapahit

Bangunan utama museum dibagi menjadi beberapa ruangan. Dibedakan berdasarkan kategori koleksinya. Peninggalan jaman batu, tanah liat, keramik, jaman logam, dan era Islam Majapahit.

Berbeda dengan situs-situs di Trowulan yang gratis, untuk mengunjungi museum, pengunjung dikenakan tiket sebesar Rp. 5.000,00. 

BERSAMBUNG

Heru Sang Mahadewa
Member of #OneDayOnePost

1 komentar:

  1. Aku pernah k bajangratu sama tikus pas masih kecil, candi itu blm dipugar. Tp ngga paham ceritanya :-D

    BalasHapus

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *