![]() |
tribunnews.com |
Dua tahun silam, sepakbola
kita terisolasi oleh dunia internasional akibat banned Football Internationale Federation and Asociation (FIFA)
karena adanya sanksi pembekuan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia oleh
Menpora yang dianggap sebagai bentuk intervensi
pemerintah terhadap independensi PSSI.
Seketika itu sepakbola
merah putih seperti mati suri. Tidak ada aktivitas di lapangan hijau, mulai
level divisi dua hingga tim nasional. Pemerintah, dalam hal ini Kementerian
Olahraga memang melarang keras (tidak mengakui) segala kegiatan sepakbola
dibawah naungan PSSI.
Gejolak pro dan kontra
terhadap kebijakan Menpora timbul dimana-mana.
Banyak yang mengeluh
pembekuan PSSI sama saja dengan membunuh mata pencaharian orang-orang yang
menggantungkan hidup dari sektor sepakbola. Bukan hanya pemain, pelatih, wasit
dan seluruh perangkat pertandingan yang kehilangan pekerjaan. Para pedagang
asongan dan kaki lima yang biasanya mengais rejeki di stadion-stadion, ikut
gigit jari.
Tetapi tak jarang pula
dukungan yang mengalir kepada Menpora. Lebih baik sepakbola Indoensia
dibubarkan saja, daripada selalu kalah dan membikin malu negara, ungkap
orang-orang yang pro pembekuan PSSI.
Seolah menegaskan bahwa
kebijakan pembekuan sepakbola Indonesia di bawah naungan PSSI tidak akan
membunuh aktivitas olahraga paling merakyat ini, digulirkanlah turnamen demi
turnamen untuk mengisi kekosongan kompetisi.
Pemerintah meluncurkan
sebuah turnamen pertama pasca pembekuan PSSI dengan label PIALA PRESIDEN 2015.
Tak tanggung-tanggung, kala
itu turnamen langsung dibuka oleh Presiden RI ketujuh Joko Widodo di Bali.
Persib ‘Maung’ Bandung akhirnya keluar sebagai jawara dan berhak mengangkat
tropi unik yang di ukir oleh seorang pemahat asal Bali.
Kini, dua tahun sudah
turnamen itu berlalu.
Mulai sore nanti, 4
Februari 2017 untuk edisi kedua kalinya, turnamen PIALA PRESIDEN 2017 kembali digelar. Sebanyak 20 klub Indonesia
akan menguji kekuatan sebelum turun di kompetisi resmi PSSI musim 2017.
Berikut adalah para
kontestan Piala Presiden 2017:
![]() |
tribunnews.com |
Grup 1 (Sleman, Jogjakarta)
PSS Sleman
Persipura Jayapura
Mitra Kutai Kartanegara
Persegres Gresik United
Grup 2 (Malang, Jawa Timur)
Arema FC
Bhayangkara FC
Persija Jakarta
PS TNI
Grup 3 (Bandung, Jawa Barat)
Persib Bandung
PSM Makassar
Persiba Balikpapan
Persela Lamongan
Grup 4 (Denpasar, Bali)
Bali United
Sriwijaya FC
Pusamania Borneo FC
Barito Putera
Grup 5 (Madura)
Madura United
Semen Padang
Perseru Serui
PSCS Cilacap
*****
Mendengar label
turnamen ini, juga melihat nama-nama besar klub peserta, bisa dipastikan betapa
mewah, dahsyat dan spektakuler kejuaraan pra musim yang lagi-lagi juga akan
dibuka langsung oleh Presiden RI ketujuh Joko Widodo.
Syah-syah saja
pemerintah menggelontorkan dana besar untuk perhelatan akbar seperti ini.
Tetapi menurut saya ini sia-sia dan tidak tepat.
Iya, tidak tepat.
Kenapa?
Berikut adalah tiga hal
yang menjadi alasan kenapa turnamen beranggaran spektakuler ini saya sebut
tidak tepat.
Pertama, Salah Konsep.
Seolah tidak berkaca dengan berbagai konsep tata kelola sepak bola
nasional yang tak kunjung mencapai puncak keberhasilan, lagi-lagi
pemerintah mengulangi kebiasaan terlena dengan kemegahan sebuah turnamen.
Nyaris tidak ada konsep, visi dan misi berorientasi prestasi jangka panjang dalam turnamen Piala Presiden 2017. Hanya terkesan menonjolkan gaung kemegahan.
Kedua, Salah Sasaran.
Klub-klub besar yang kali ini dimanjakan dengan turnamen megah itu,
sudah punya wadah sendiri. Kompetisi musim 2017 yang sebentar lagi bergulir
adalah tempat mereka menempa diri. Bukan di turnamen Piala Presiden.
Ketiga, Tidak Ada Unsur Pembinaan.
Betapa sangat bermanfaatnya anggaran yang digunakan untuk menggelar
turnamen Piala Presiden 2017 seandainya dialokasikan untuk kejuaraan sepakbola
usia dini.
Betapa gembiranya
anak-anak seusia SD atau SMP jika mereka dilibatkan dalam sebuah turnamen
bertajuk Piala Presiden Junior. Dibuka oleh orang nomor satu di Indonesia.
Alih-alih memperhatikan
pembinaan usia dini, yang ada justru sangat minim ajang kompetisi berbasis
antar Sekolah Sepak Bola dengan naungan resmi pemerintah atau PSSI.
Sudah saatnya
penggunaan dana besar kita alihkan ke sasaran yang lebih tepat. Pembinaan
pemain-pemain junior akan sangat bermanfaat bagi kesinambungan tim nasional
sepakbola Indonesia ke depan. Hasilnya mungkin tidak bisa dipetik secara
langsung sekarang. Tetapi empat atau lima tahun kelak.
Pembinaan tim usia muda dengan serius, transparansi laporan keuangan,
dan bergulirnya kompetisi yang sehat secara berjenjang, tentu akan membawa
sepakbola kita ke jalur prestasi yang jauh lebih baik.
Semoga saja setelah Piala Presiden ini, yang biasanya disusul dengan
turnamen-turnamen sekelas (Piala Panglima TNI dan Piala Bhayangkara), para
penyelenggara kejuaraan berani mengubah sasaran. Menggelontorkan dana besar
untuk ajang kelompok anak-anak.
Semoga harapan ini sepaham dengan visi dan misi pemerintah serta pengurus
PSSI yang baru saja terbentuk.
Salam Merah Putih.
( Heru Sang Mahadewa)
Member Of OneDayOnePost
Bijak sekali Mas Heru. aku ngga mikir sampai situ
BalasHapusHehehe ...
HapusAa mujinya berlebihan dch
Nice post bang...moga pssi terus makin brkwlitas mainny...
BalasHapusAamiin.
HapusMakasih udah mampir gubuk saya mas Rohmat.
Hehehe.. Heru emang TOP deh
BalasHapusAduuh ..
HapusEcek-ecek iki Lis
Wew, Bang Heru ternyata selain Penyusur Jejak Sejarah, juga Pengamat Bola, ya...
BalasHapusHehehe ...
HapusBelajar menulis opini ini Gus Basyier ☺