Jumat, 17 Februari 2017

YANTRA

Yantra - image google

Kehidupan masyarakat Jawa kuno tidak bisa dipisahkan dari dimensi niskala (ghaib). Ajaran lelaku waskita dari moyangnya yang mendarah daging di sana (kelak pudar dengan masuknya agama Rasul/Islam yang marak di masa akhir Majapahit) membuat mereka semakin kuat mendalami mistis.

Percaya atau tidak, ketika pasukan Tartar (Kakawin Negarakertagama) atau Tatar (Serat Pararaton), tentara kiriman Kaisar Kubilai Khan, penguasa Tiongkok asal Mongol, pendiri Dinasti Yuan, mendarat di pelabuhan Kembang Putih (Tuban, Jawa Timur sekarang), Sanggramawijaya memerintahkan anak buahnya untuk menanam Yantra/Rajah Kalacakra di sepanjang Bengawan Mas dan Kali Pegirian. Jalur yang akan dilalui orang-orang bermata sipit.

Pasukan dari Atas Angin (sebutan untuk bangsa asing ketika itu) akan terkuras secara pelan-pelan kekuatan dan kedigdaannya. Semakin lama menginjakkan kaki di tanah Jawa Dwipa, jiwa mereka akan semakin diganggu energi niskala dari Yantra. Jika tidak kuat, pilihannya: sakit jiwa atau mati.

Anehnya, Yantra yang ditanam Sanggramawijaya (Radèn Wijaya) tidak berlaku bagi orang pribumi.

Yantra atau Rajah Kalacakra inilah yang konon membuat pasukan Tartar porak poranda oleh taktik cerdik Lembu Sora, Arya Wiraraja dan Ronggolawé. Mereka mundur dan meninggalkan tanah Jawa, hingga mengakibatkan Panglima Ikê Mèsê dihukum penggal sang Kaisar Kubilai Khan, karena dianggap gagal menghabisi raja Jawa.

Dua abad setelahnya, Bong Swie Ho (Radèn Sayyid Ali Rahmad), keponakan Amaravati (Putri Champa), istri dari Bathara Ring Wilwatikta Pamungkas----raja Majapahit terakhir---- Bhré Kêrthabumi (Prabu Brawijaya V) harus susah payah membersihkan kekuatan niskala Yantra yang banyak di tanam di pelabuhan Ujung Galuh (pelabuhan Kali Mas, Surabaya sekarang), ketika beliau mendirikan Tajuk (Masjid kuno) dan Pasraman (asrama pendidikan) di sana.

Kelak, pasraman bagi cantrik/murid itu dikenal sebagai Pesantren Ngampèldènta. Oleh orang-orang Jawa, Radèn Sayyid Ali Rahmad disebut Susuhunan (orang agung) Ngampèl. Kita mengenalnya sebagai Sunan Ampèl.


(Heru Sang Mahadewa)
Member of #OneDayOnePost

Pasukan Tartar - image google

2 komentar:

  1. Kapan tho tulisane njenengan dibukukan, Ben mocone puas...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Doakan mbakyu ... semoga mimpi saya menjadi kenyataan.

      Hapus

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *