foto @Heru Sang Mahadewa |
Pagi
hari ini 9 Maret 2016, seluruh perhatian masyarakat Indonesia tertuju ke
fenomena alam terjadinya Gerhana Matahari
Total. Terasa istimewa, karena gerhana matahari total ini hanya melintasi
Indonesia, dan tidak bisa dialami oleh penduduk Negara lain.
Kita
semua tahu, gerhana merupakan fenomena alam yang wajar. Dalam tata surya,
fenomena ini terjadi ketika Bulan melintas langsung di antara Bumi dan
Matahari, menyebabkan bayangan jatuh menimpa Bumi. Ini hanya dapat terjadi pada
fase bulan baru, ketika sisi gelap Bulan menghadap ke Bumi.
Tetapi
dalam mitos di kalangan masyarakat Jawa Kuno, khususnya di daerah asal saya,
Gerhana (baik Matahari maupun Bulan) terjadi karena murkanya Sang Betoro Kolo
(Dewa Kala / Dewa Bencana / Musibah) lalu memakan Matahari / Bulan hingga habis.
Siapakah
sosok Betoro Kolo itu ?
-------------------------------------------
foto dari google |
Pada suatu waktu, Betoro Guru / Batara Guru (Dewa
Siwa) yang merupakan mahadewa di istana taman langit (Suralaya, Kahyangan) bercengkerama dengan permaisurinya Betari Durgo (Dewi Uma). Meski jati diri aslinya adalah seorang butho (raksasa), tetapi Betari Durgo berparas cantik jelita.
Mereka berdua berkelana diatas samudera
dengan menaiki tunggangannya bernama Lembu Andini. Diatas kelana itu, Betoro
Guru terpesona akan kecantikan permaisurinya, sehingga timbul hasrat untuk
bersatu rasa. Akan tetapi Betari Durgo tidak berkenan dan menolak, maka
jatuhlah benih dari Betoro Guru menetes ke lautan.
Karena kesaktian dan kedigdayaan Betoro Guru,
benih yang jatuh di tengah lautan tadi hidup dan tumbuh menjadi makhluk sakti.
Kian lama kian besar dan akhirnya menjadi raksasa. Naiklah ia ke Suralaya untuk
menemui para dewa. Ia diterima oleh Betoro Guru dan diakui sebagai anaknya, lalu
diberi nama Betoro Kolo.
Suatu hari ketika sedang memasak, jari Betari
Durgo teriris hingga tak sengaja darah dari lukanya menetes ke makanan yang ia
masak. Betoro Kolo segera menolong membalut luka itu, lalu sebisanya
membersihkan darah yang tercampur masakan.
Ketika makanan itu disajikan ke putranya,
Betoro Kolo melahapnya tak tersisa.
“Masakan ibunda hari ini terasa istimewa, ada
sesuatu yang belum pernah aku rasakan selama ini” terheran-heran Betoro Kolo.
“Aku tahu, ini karena tetesan darah tadi”
“Berarti darah itu rasanya enak! Mulai
sekarang aku akan memangsa manusia”
“Jangan putraku! kamu tidak boleh memangsa
manusia” cegah Betari Durgo, lalu melaporkan kejadian ini kepada Betoro Guru.
Sementara sang Betoro Kolo sudah menetes air
liurnya, dan ingin segera turun ke bumi untuk mencari mangsa manusia.
Untuk mengelabuhi dan mencegah tindakan
putranya, Betoro Guru memberi nasehat dan syarat bahwa tidak semua manusia
boleh dimangsa. Hanya manusia yang termasuk jenis sukerta yang boleh dimakan oleh Betoro Kolo.
Betoro Kolo sepakat dan segera turun ke bumi
untuk memburu jenis-jenis manusia sukerta yang disebutkan oleh ayahnya.
Menyadari bahwa tindakan putranya salah,
Betoro Guru segera mengutus Betoro
Narodo (Dewa Narada) agar
memerintahkan Dewa Wisnu untuk
menyusul turun ke bumi dan mencegah tindakan Betoro Kolo. Dewa Wisnu lalu
menyamar menjadi seorang dalang wayang kulit dengan nama Dalang Kandhabuana (Dalang
Sejati). Ia ditemani Betoro Narodo sendiri yang menyamar sebagai panjak
kendang (penabuh kendang) dan Dewa Brahma yang menyamar sebagai
penabuh gender (jenis gamelan Jawa).
Dalang Khandabuana bersama rombongan lalu
mempromosikan diri sebagai seorang yang bisa menolak bala (kesialan, musibah)
bagi siapa saja manusia yang membutuhkan pertolongannya.
Dikisahkan, tersebutlah seorang mbok rondo
(janda tua) yang tinggal di desa Medang Kawit. Ia memiliki seorang anak tunggal
bernama Joko Jatusmati. Suatu hari, atas perintah ibunya pergilah Joko
Jatusmati ke Danau Madirda. Diperjalanan, ia bertemu Betoro Kolo.
Betoro Kolo berkata agar Joko Jatusmati
bersedia dimangsa karena termasuk jenis manusia sukerta. Segeralah lari
tunggang langgang ia menyelamatkan diri. Dalam pelariannya, ia bersembunyi
diantara sekelompok orang-orang yang sedang bekerja mendirikan rumah. Tetapi
Betoro Kolo bisa menemukan. Lalu terjadi kejar-kejaran dirumah itu. Akhirnya
rumah menjadi roboh.
Joko Jatusmati kembali melarikan diri. Pemuda
itu bersembunyi di sebuah dapur orang, disinipun terjadi kejar-kejaran sehingga
ia menyebabkan dandang (tempat untuk menanak nasi) roboh.
Kembali Joko Jatusmati lari ke halaman depan rumah
itu. Dalam usahanya mengejar pemuda itu, Betoro Kolo terjatuh karena
terlilit batang waluh (jenis tanaman sayuran) yang ditanam di
halaman tersebut. Akibatnya Betoro Kolo kehilangan arah dan mencari
kemana-mana.
Bersamaan dengan itu, tak jauh dari Medang
Kawit itu ada sebuah pertunjukan pagelaran wayang kulit oleh Dalang
Kandhabuana. Ia sedang pentas atas permintaan seorang penduduk bernama Buyut
Wangkeng yang sedang meruwat (membersihkan
bala / kesialan) putrinya bernama Rara Pripih yang baru saja cerai dari
suaminya di saat usia pernikahannya baru terhitung beberapa hari.
Pada pagelaran wayang kulit itu, banyak
sekali orang yang menonton. Diantara kerumunan penonton, tampak pula Joko Jatusmati
dan juga Betoro Kolo.
Misi dari Dewa Wisnu untuk menarik perhatian
Betoro Kolo berhasil. Melalui adu kesaktian dan kedigdayaan, akhirnya Betoro
Kolo dapat dikalahkan dan ditahan oleh Wisnu, Narodo dan Brahma. Lalu turun
pula Betari Durgo ikut membujuk putranya agar mau kembali ke Suralaya. Betoro
Kolo menolak!
Dengan paksaan, akhirnya Betoro Kolo dapat
dibawa terbang ke taman langit, kembali ke asalnya. Bumi pun aman kembali.
Tetapi sampai di angkasa, Betoro Kolo
berontak dan murka. Ia melampiaskan amarah dengan memakan Matahari dan Bulan hingga
nyaris habis, lalu menelannya. Terjadilah Gerhana.
Penduduk Medang Kawit panik, mereka lari ke
dapur mencari alu dan lumpang (alat menumbuk padi) dan segera
menumbuk-numbukkan alu ke dalam lumpang dengan harapan agar ayam-ayam mendengar
suara tumbukan lumpang, lalu berkokok. Sehingga matahari bisa terbit lagi.
Tak selang lama, di taman langit Betoro Kolo
sudah bisa ditaklukkan Dewa Wisnu. Lalu bersedia untuk memuntahkan lagi matahari
yang ia telan.
#ODOP
#posting_hari_kedelapan
---------------------------------
Catatan :
Saat Betoro Kolo bersedia kembali
ke asalnya bersama Betari Durgo, ia meminta bagian dari suguhan pagelaran
wayang kulit oleh Dalang Kandhabuana berupa batang pisang, seekor itik dan
burung merpati. Sementara Betari Durgo meminta kain sewek / jarik.
Hingga kini, dalam tradisi masyarakat Jawa
yang masih memegang teguh filosovi Sukerta, masih melakukan acara ruwatan
(menolak bala / kesialan) dengan pagelaran wayang kulit dengan judul Betoro
Kolo / Murwakala. Lengkap dengan suguhan yang dikisahkan diatas, termasuk batang waluh sebagai titik kelemahan Betoro Kolo.
Seorang anak tunggal, orang yang rumahnya roboh, seseorang yang merobohkan dandang, pengantin baru lalu cerai, termasuk golongan dari 60 jenis manusia sukerta.
Seorang anak tunggal, orang yang rumahnya roboh, seseorang yang merobohkan dandang, pengantin baru lalu cerai, termasuk golongan dari 60 jenis manusia sukerta.
Dalam mitologi diatas, Betoro Kolo digambarkan
sebagai sosok raksasa yang besar. Ini adalah gambaran dari Bulan yang berukuran
besar. Matahari yang dimakan Betoro Kolo dan ditelannya habis tidak lain adalah
kiasan dari bayangan Bulan (raksasa besar) yang menutup / menelan / menghalangi
utuh-utuh posisi matahari.
Hingga kini pula, jika terjadi gerhana maka
para penduduk di pelosok Jawa selalu menumbukkan alu ke lumpang kosong, hingga
mengeluarkan bunyi yang syahdu bersahut-sahutan.
kereeeennn habis...awakmu ki orang jawa asli yoo..
BalasHapuskereeeennn habis...awakmu ki orang jawa asli yoo..
BalasHapusYo asli lho .. omahku nganjuk
HapusHeheee
Nah, itu. Padahal dari tadi aku udah bertanya2 sukerta itu manusia jenis apa? Soalnya aku punya temen namanya i gusti putu sukerta.. 😂😂😂
BalasHapusBaiklah aku akan menunggu..
Hahaha ... kl itu mah nama orang Bali non
HapusTunggu aj catatan ttg Sukerta
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusWihhhh kerennnn :D
BalasHapusterima kasih Is ...
Hapusmasih harus banyak belajar ini
Jadi GERHANA TOTAL durasinya lama sampai bulan ke4 s/d bulanke6 & berlangsung Tiap Tahun di titik yg sama & penyelesaian yg sama , ....... Siapa bilang? gerhana total cuma berdurasi 2jam-an tgl 9maret'16 & katanya baru terjadi lagi 350th dititik yg sama,....pasti seluruh ahli BMKG & Turis asing tertarik untuk datang untuk meneliti GERHANA TOTAL TIAP TAHUN versi On The Spot tv9
BalasHapusseperti kalimat pak Glo dalam postingan saya sebelumnya .... pasti gak akan pernah ada yang mau ngaku jadi Betoro Kolo, hahaha :)
Hapus