Selasa, 12 April 2016

MAHACINTA SANG DURJANA



Rahwana dalam Wayang Kulit - foto Heru Sang Mahadewa


Ngalengko Dirojo (Alengka) geger!

Supanaka yang seharian pergi bermain-main di hutan pulang dengan wajah bercucuran darah. Hidungnya terluka, bukan sekedar luka biasa. Hidung Supanaka terpotong habis hingga mulut, leher dan pakaiannya bersimbah darah.

Ia berlari tergopoh-gopoh menemui kakaknya, sembari menangis meraung-raung memanggil sang kakak, Prabu Dosomuko (Rahwono, Rahwana, Rahvana).

“Kakang… kakang Dosomuko, tolong aku!” ratapnya sembari mengeram menahan sakit.
“Adikku, kau kenapa? Siapa yang berani melukaimu?” tanya Rahwana.
“Ini semua perbuatan dua pangeran Ayodya kakang, Rama dan Laksmana!”

Ketika sedang bermain-main bersama sekawanan raseksi (raksasa wanita) di hutan, Supanaka bertemu dengan Sri Romowijoyo (Rama) beserta istrinya Sinta, dan adiknya Lesmono (Laksmana). Supanaka hendak menggoda mereka karena terpesona dengan ketampanan Rama dan Laksmana. Rama jengkel dan kebablasan mengusir kawanan reksa denawa itu dengan mencabut pusaka lalu menebas hidung Supanaka hingga terluka parah.

“Berani sekali Rama! Apakah dia tidak mengetahui siapa Supanaka? Apa dia sudah punya nyawa rangkap hingga berani melukaimu?” Rahwana tidak terima adiknya dilukai.

“Melukaimu sama halnya dengan melukaiku! Ini sebuah penghinaan bagi Alengka, penghinaan terhadap Rahwana!”

“Jangan kuatir adikku, aku akan membalaskanmu!”

Berangkatlah Rahwana ke hutan. Ia ditemani seorang adiknya yang lain, Marika yang bisa menjelma menjadi kijang emas. Sesampainya di tengah hutan, Rahwana terkesima melihat Sinta.

Pesona wanita itu mampu meluruhkan segala amarah yang ia bawa dari Alengka tadi. Kulitnya putih bersih dengan perawakan lencir. Alis matanya nanggal sepisan (rembulan di tanggal satu-bahasa Jawa) laksana bulan sabit yang tipis dan melengkung tajam. Jalannya melenggak-lenggok gemulai, mblarak sempal (seperti pelepah kelapa yang jatuh-bahasa Jawa), pelan namun merontokkan jantung setiap lelaki yang melihatnya.

“Ya Jagad Dewa Bathara, siapa bidadari yang ada di tengah hutan ini?”
“Kau telah mengirimkan Dewi Widowati untukku Dewa?”

Rahwana dan Marika terus memperhatikan gerak-gerik Rama, Sinta dan Laksmana dari kejauhan. Hatinya bergetar menatap wanita cantik di hadapannya.

“Adikku Marika, kamu pancing kedua pangeran Ayodya menjauh, aku akan mendekati bidadari itu!”

Meloncatlah kijang emas berlarian menari-nari di hadapan Sinta, lalu menyelinap kembali lari ke rerimbunan belukar hutan.

“Kakanda Rama, betapa lucu dan indahnya kijang tadi, aku menginginkannya.” puji Sinta.
“Tangkap kijang itu untukku kangmas.” pintanya
“Tunggu disini sebentar istriku, aku akan menangkapnya untukmu.
“Ayo Laksmana, bantu aku!” ajak Rama kepada Laksmana, adiknya.

Dua pangeran negeri Ayodya yang sedang menjalani masa pengasingan itu pun segera mengejar kijang. Sementara Sinta ditinggal sendirian di tengah hutan.

Inilah jebakan Rahwana!

Raja Alengka yang kejam dan berwatak angkara murka itu segera menghampiri Sinta. Tanpa basa-basi ia langsung membopong tubuh Sinta, dibawanya terbang ke angkasa.

Sinta meronta-ronta dan berteriak meminta tolong memanggil suaminya. Tetapi tenaga Rahwana terlalu kuat untuk Sinta yang seorang wanita lemah lembut. Sementara Rama dan Laksmana pun sudah terlalu jauh masuk ke tengah hutan mengejar kijang emas jelmaan Marika.

Jeritan Sinta diangkasa terdengar oleh seekor burung rajawali yang terbang tak jauh dari Rahwana. Rajawali itu segera melebarkan kepakan sayapnya mengejar Rahwana.

“Turunkan wanita itu wahai raja durjana!” tegurnya.
“Siapa kau? berani sekali kau rajawali!”
“Aku Jatayu, sahabat dari Rama, suami wanita ini.”
“Menyingkirlah burung emprit! atau aku akan meremukkan sayap-sayapmu!”

Terjadi pertarungan di cakrawala, Rahwana yang bertarung sambil membopong tubuh Sinta kewalahan. Sang Jatayu pun bisa merebut Sinta dan membawa terbang menjauh.

Rahwana murka! Ia mencabut pusaka Trisula Syiwa miliknya. Dikejarlah Jatayu dan ditebaskan senjata pamungkasnya itu ke tubuh dan kedua sayap burung rajawali.

Jatayu menggelepar, cengkeramannya ke tubuh Sinta lepas. Secepat kilat Rahwana menyambar Sinta, dibawanya melesat semakin jauh. Terbang ke Alengka.

Sementara di tengah hutan, Rama dan Laksmana yang gagal mengejar kijang emas mencari Sinta kemana-mana. Tetapi mereka tak menemukan keberadaan Sinta meski seisi hutan sudah ditelusuri.

Hingga tiba-tiba seekor burung rajawali jatuh dan roboh dihadapan mereka.

“Jatayu, apa yang terjadi!” tanya Rama.
“Istrimu diculik Rahwana, raja Alengka!”
“Maafkan aku tidak bisa menyelamatkannya.” tersengal-sengal suara Jatayu. Burung rajawali itu pun menghembuskan nafas terakhir dihapan Rama.

Rahwana menculik Sinta, Sendratari Wayang - fotoYo2k@photography2012
 
Rahwana menculik Sinta, Sendratari Wayang - image google
 ~ BERSAMBUNG ~

#OneDayOnePost
#PostingHariKetigaPuluhDua

Catatan :
Meskipun memiliki sifat angkara murka, Rahwana dianugerahi kesaktian ilmu Rawa Rontek yang membuatnya bisa hidup lagi meski telah terbunuh. Ia disebut juga sebagai Prabu Dosomuko yang berarti memiliki nyawa rangkap sepuluh. Doso (sepuluh-bahasa Jawa) dan Muko (wajah-bahasa Jawa).

Rahwana adalah pemuja setia Dewa Syiwa (taat beribadah-versi Syiwa), sehingga dijanjikan suatu waktu akan diturunkan titisan Dewi Widowati, bidadari taman langit untuknya.

Rahwana meyakini Sinta adalah reinkarnasi dari Dewi Widowati yang dijanjikan para dewa.

18 komentar:

  1. cinta mampu mencairkan hati yg beku,
    tapi cinta juga bisa membutakan mata... ^__^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cinta, deritanya tiada akhir.
      #Cu Pat Kay .... hehee
      Mksh udh mampir mbk Kholifah

      Hapus
  2. Keren ya Mas, lama tak nyimak cerita seperti ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya mencoba membawakan dg gaya yg lain mbk Nur ...
      Dari sudut pandang yg lain.

      Hapus
  3. aku baca jaman SD pas cerita rama sinta yg ini, saat itu aku bayanginn jd sinta, hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Org kebanyakan melihatnya dr sisi Rama Sintanya,
      Nanti akan terkuak di Part selanjutnta sp Rahwana.

      Hapus
  4. Mulai suka jenis tulisan seperti INI. Hanya msh susah menghapal nama aktornya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gk ush dihapal mbk Wiwid.
      Ini kisah paling dikenal dr Wayang.
      Tp org2 kebanyakan salah nenafsirkan sosok Rahwana

      Hapus
    2. Gk ush dihapal mbk Wiwid.
      Ini kisah paling dikenal dr Wayang.
      Tp org2 kebanyakan salah nenafsirkan sosok Rahwana

      Hapus
  5. Kereennn mas Heru.. ditunggu lanjutannya..😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih mbk Sasmitha.
      Coming soon : part2

      Hapus
  6. Mas heru walau kadang aku gagal faham dgn cerita2 perwayangan tapi aku suka cara pnyajian tulisan sampean

    BalasHapus
  7. Mas heru walau kadang aku gagal faham dgn cerita2 perwayangan tapi aku suka cara pnyajian tulisan sampean

    BalasHapus
  8. Genre tulisane sampean keren mas 👍.
    Unik dan gak pasaran.
    Bisa jd salah satu cara yg menarik untuk melestarikan budaya jawa 😊.
    Mantap deh 👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya bahkan tdk tau ini genre apa mbk Deasy??
      Yg jelas saya ingin menulis dan trs menulis, terutama kisah pewayangan, yg menjadi bagian tak terlupakan dr masa kecil saya.

      Hapus
  9. Cerita yg menarik. Mudah"an next chapter bisa dijelasin senjatanya Rahwana,Trisula Syiwa.. Salam

    BalasHapus

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *