Kamis, 31 Maret 2016

SEPAK BOLA KITA MASIH ADA




“Kita sepakati bahwa turnamen tahun ini adalah sepakbola, bukan futsal seperti tahun-tahun sebelumnya!” tutup saya diakhir diskusi.

“Setuju!” serempak temen-teman yang didaulat menjadi panitia mengiyakan ucapan saya.

“Hasil diskusi hari ini akan segera kita sosialisasikan ke seluruh bagian, pendaftaran tim peserta dibuka mulai hari ini” imbuh saya.

Hari ini saya bersama beberapa teman menggagas sebuah kegiatan perlombaan sepakbola (turnamen) dengan melibatkan antar bagian di tempat kerja kami.

Ide yang muncul adalah kompetisi futsal dan sepakbola. Namun setelah melalui perdebatan panjang, saya dan teman-teman sepakat untuk tahun ini kami akan menggulirkan kompetisi sepakbola (selama beberapa tahun terakhir kami menggelar turnamen futsal).

Selain memberi nuansa baru dalam event yang rutin kami selenggarakan untuk menumbuhkan sportivitas karyawan ini, turnamen sepakbola sengaja dipilih sebagai bentuk keprihatinan kaum pinggiran (buruh pabrik) atas konflik tiada akhir antara Menpora Pak Imam Nahrowi dengan PSSI dibawah kepemimpinan Pak La Nyalla Mattaliti. Setidaknya kami ingin menunjukkan bahwa harapan untuk menghidupkan lagi aktivitas sepakbola belum sirna. Asa itu masih ada.

Diakhir diskusi, saya sempat dilempar sebuah pertanyaan dari seorang teman yang  nimbrung di ruang Serikat Pekerja itu.

“Yok opo cak perkembangane bal-balan saiki?”
“(Bagaimana perkembangan sepakbola kita sekarang mas?)”

“Wis padang jane rek, Mahkamah Agung wis mutusne pembekuan PSSI dicabut, jare Cak Imam gak suwe maneh yo kate dicabut” jawab saya.

“(Sudah ada titik terang, MA telah memutuskan pembekuan PSSI agar dicabut, kata Pak Imam pun tak lama lagi segera dicabut)”

Obrolan menjadi semakin melebar ketika kami membahas bahwa hingga hampir tiga minggu setelah keputusan Mahkamah Agung, belum ada reaksi apa pun dari Menpora Imam Nahrowi untuk beritikad mematuhi produk hukum dari pengadilan tertinggi itu. Ada dua hal kontroversi yang patut dicermati.

Pertama telah terjadi hatt trick PSSI dengan meng-knock out Menpora melalui tiga kali kemenangan beruntun dalam gugatan atas pembekuan oleh Pak Imam Nahrowi. Setelah PTUN Jakarta Pusat dan PT TUN DKI Jakarta memenangkan La Nyalla cs, akhirnya Mahkamah Agung juga memutuskan kemenangan PSSI atas Menpora. Skor 3-0 untuk Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia. Namun hingga hari ini tidak ada sinyal sama sekali bahwa Menpora akan patuh dengan melaksanakan amar putusan itu.

Kedua, seminggu setelah keputusan MA tersebut, Kejaksaan Tinggi Jawa Timur resmi menetapkan sang ketua umum PSSI La Nyalla Mattaliti sebagai tersangka dugaan kasus dana hibah di Kadin (Kamar Dagang dan Industri) Jawa Timur. Posisi La Nyalla sendiri di Kadin Jatim juga sebagai ketua umum.

Kesimpulannya, psiwar Pak Imam Nahrowi selama ini bahwa PSSI adalah sarang mafia ada benarnya (mungkin). Tetapi sikap ngotot pengurus PSSI yang menentang kebijakan sang Menpora dalam mereformasi sepakbola pun bukanlah sikap yang bijak. Bagaimanapun juga Pak Imam Nahrowi adalah wakil pemerintah, sehingga menentangnya sama saja dengan melawan negara.

Tetapi ada hal yang dilupakan Menpora. Bahwa untuk menangkap seekor tikus didalam rumah, kita tak perlu membakar habis rumah kita sendiri. Membenahi tata kelola sepakbola Indonesia tentu tidak perlu harus menghentikan seluruh aktivitas sepakbola negeri ini, yang berimbas pada bubarnya tim nasional Merah Putih.

Hendaknya Pak Imam Nahrowi segera legowo untuk mencabut SK Pembekuan PSSI (sesuai keputusan MA). Begitu pula dengan Pak La Nyalla Mattaliti, sesuai statuta FIFA dan PSSI sendiri maka ia juga harus berbesar hati segera mengundurkan diri sebagai ketua umum PSSI (regulasi FIFA mengharuskan pemimpin induk organisasi yang tersangkut kasus hukum mundur).

Diskusi kami akhirnya berakhir setelah durasi ijin dari atasan (dispensasi) untuk berkumpul di ruang Serikat Pekerja telah habis.

 
Surabaya, 31 Maret 2016
(Heru Sang Mahadewa)

#OneDayOnePosting
#PostingHariKeduaPuluhEmpat
#MenulisKejadianHariIni

8 komentar:

  1. setuju her, untk menangkap tikus tak perlu membakar rumahnya,

    BalasHapus
  2. setuju her, untk menangkap tikus tak perlu membakar rumahnya,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, tp skrg udh trlanjur dihanguskan pak menteri

      Hapus
  3. aku suka quote yang ada di foto itu mas heru.. jadi inget obito..:D

    BalasHapus
  4. betul...seperti kalau kita ingin makan jambu manis yang ada bagian busuknya, kita hanya perlu membuang yang busuknya saja. tidak perlu membuang semuanya. karena maanisnya layak kita rasa

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya suka sekali makan buah jambu yang sebagian tubuhnya busuk, rasanya justru lebih "Nyuss" setelah busuknya kita buang ...
      terima kasih sudah mampir mbk Wiwid

      Hapus
  5. Semoga kondisi persepakan bola Indonesia lekad membaik.

    BalasHapus

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *