Bukan
hanya dalam legenda Tiongkok saja dikenal sebuah fase dimana seseorang yang
telah meninggal, dia akan terlahir kembali ke dunia dalam jasad orang lain (Reinkarnasi). Moyang kami, orang-orang
Jawa kuno sejak dulu juga mempercayai setiap manusia yang mati akan Njlémo/Ndlémo (menjelma) ke bayi yang
baru lahir.
Lazimnya,
bayi yang dipilih sebagai wadah untuk reinkarnasi adalah yang masih terhitung
dalam garis keturunan (trah). Meski
ada juga yang memutuskan Njlémo ke sosok anak yang bukan siapa-siapanya.
Kenapa
seseorang bisa terlahir kembali ke bumi?
Untuk
menyempurnakan lêlaku hidup sebelumnya. Menebus segala kesalahan yang pernah
diperbuat. Menyelesaikan tugasnya yang masih tertunda sebagai makhluk yang
di-kodrat-kan menjadi Khalifah di muka bumi.
Sinuwun
Sri Aji Jayabhaya, Bathara Ring Panjalu
Kapat (raja Kadhri/Kadiri/Kediri ke empat) diyakini sebagai reinkarnasi
Sang Hyang Wisnu (Dewata Pemelihara Perdamaian Alam Semesta).
Dhandang
Gêndis, Bathara Ring Panjalu Pungkasan
(raja Kadhri/Kadiri/Kediri terakhir) mengklaim dirinya sebagai reinkarnasi
Hyang Ning Lawang/Bathara Kala (Dewata Penguasa Waktu) dan merasa tidak bisa
ditaklukkan siapapun, kecuali oleh Sang Hyang Manikmaya (Bathara Syiwa).
Muncul
anak muda bernama Kèn Angrok yang mengklaim dirinya sebagai reinkarnasi Bathara
Syiwa. Dhandang Gêndis pun dikirim ke alam Dewata (mati dibunuh) dalam level Moksa (fase kematian kedua/tidak bisa
bereinkarnasi kembali).
-o0o-
Dulu
ketika masih kanak-kanak, Simbah (nenek) saya pernah bertutur bahwa suatu hari
ketika sedang terlelap tidur, beliau bermimpi di bangunkan mendiang suaminya
(kakek saya) dengan digoncang-goncang punggungnya. Ketika terjaga, ternyata
Simbah sedang ditendang punggungnya oleh saya yang masih bayi.
"Eling-elingono, kowé kuwi Njlémoné Mbah Djo-----ketahuilah,
kamu itu reinkarnasi dari Mbah Djo," tutur beliau. Mbah Djo yang dimaksud
adalah Djokarso, mendiang kakek saya.
"Nggih----Iya," jawab saya sembari
tertawa terbahak-bahak, lalu berlari meninggalkan Simbah yang sewot oleh
tanggapan saya.
-o0o-
Iya,
begitulah kami, orang Jawa. Banyak mitologi
dalam kultur ke-Jawa-an kami yang terkadang tidak bisa diterima oleh akal dan
logika masyarakat modern. Apalagi dari sudut pandang agama. Tidak akan pernah
ketemu landasan pemikirannya.
Tapi
kami bangga menjadi salah satu penyumbang khasanah budaya nasional, yang
InsyaAllah tidak akan merubah sejengkalpun keyakinan kami terhadap ajaran
Rasulullah.
Ayu, hayu, rahayu wilujêng.
Heru
Sang Mahadewa
Member
of #OneDayOnePost
Aku pengen reinkarnasi...
BalasHapusTungguen lahire buyutmu mben Lis ..
HapusHhhhj
Banyak yang bilang aku mirip bulek yg udah meninggal, jgn2 aku reinkarnasinya beliau ya Mas Heru.
BalasHapusIya, bisa jadi mbk Cili
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusAku juga pengen reinkarnasi 😁😁
BalasHapus