foto dokumen pribadi |
Masyarakat
Jawa, sejak dahulu telah mengenal nama-nama hari, bulan dan tahun disamping nama
yang telah lazim dipakai dalam kalender Masehi.
Jika
sekarang masyarakat modern mengenal ada tujuh hari, maka nenek moyang orang-orang
Jawa memiliki Wuku. Merupakan kumpulan siklus selama tujuh hari. Satu hari Wuku
adalah tujuh hari masehi atau seminggu. Jadi, untuk menyelesaikan satu bulan
Wuku, sama dengan dua ratus sepuluh hari masehi.
Sedangkan
satu Wuku, terdiri dari tujuh hari Jawa sebagai berikut:
Minggu
(Ngahad): Radithé.
Senin
(Sênèn): Soma.
Selasa
(Sêlasa): Anggara.
Rabu
(Rêbo): Budha.
Kamis
(Kêmis): Rêspati.
Jumat
(Jêmuwah): Sukra.
Sabtu
(Sêtu): Tumpak.
Selain
nama-nama hari dalam satu Wuku, masyarakat Jawa juga mengenal lima wêton
sebagai pengiringnya yang disebut pasaran (berasal dari kata sêpasar yang berarti lima), diantaranya:
Kliwon
(Kasih).
Lêgi
(Manis).
Pahing
(Jênar).
Pon
(Palguna).
Wagé (Cêmêngan).
Sedangkan
nama-nama bulan yang dikenal oleh masyarakat Jawa adalah sebagai berikut:
1.Sura
2.Sapar
3.Mulud
4.Bakda
Mulud
5.Jumadil
Awal
6.Jumadil
Akhir
7.Rêjêb
8.Ruwah
9.Pasa
10.Bada
11.Sêla
12.Bêsar
Nama-nama
tahun dalam masyarakat Jawa adalah sebagai berikut:
1.Alip
2.Ehé
3.Jimawal
4.Jé
5.Dal
6.Bé
7.Wawu
8.Jimakir
NILAI HARI, WÊTON,
BULAN DAN TAHUN JAWA.
Baik
hari, wêton, bulan, maupun tahun, semuanya memiliki nilai yang biasa disebut Nêptu.
foto dokumen pribadi |
Berikut
adalah nilai dari hari, wêton, bulan dan tahun Jawa:
A.Dina (hari):
Minggu:
Radithé,
bernilai 5
Senin:
Soma,
bernilai 4
Selasa:
Anggara, bernilai 3
Rabu:
Budha,
bernilai 7
Kamis:
Rêspati,
bernilai 8
Jumat:
Sukra,
bernilai 6
Sabtu:
Tumpak,
bernilai 9
B.Wêton/Pasaran:
Kliwon,
nilainya 8
Lêgi,
nilainya 5
Pahing,
nilainya 9
Pon,
nilainya 7
Wagé,
nilainya 4
C. Wulan, Sasi (bulan):
Sura,
bernilai 7
Sapar,
bernilai 2
Mulud,
bernilai 3
Bakda Mulud,
bernilai 5
Jumadil Awal,
bernilai 6
Jumadil Akhir,
bernilai 1
Rêjêb,
bernilai 2
Ruwah,
bernilai 4
Pasa,
bernilai 5
Bada,
bernilai 7
Sêla,
bernilai 1
Bêsar,
bernilai 3
D.Warsa (Tahun):
Alip,
nilainya 1
Ehé,
nilainya 5
Jimawal,
nilainya 3
Jé,
nilainya 7
Dal,
nilainya 4
Bé,
nilainya 2
Wawu,
nilainya 6
Jimakir,
nilainya 3
-o0o-
Masyarakat
Jawa yang masih memegang teguh tradisi moyangnya, hingga sekarang tetap menggunakan hitung-hitungan ini untuk menentukan baik buruknya sebuah hajatan
tertentu. Misalnya memilih hari untuk mengkhitankan anak, melangsungkan pernikahan, membangun
rumah, dan sebagainya.
Ada
nilai tertentu dari penjumlahan hari, wepêton, bulan dan tahun yang menjadi
pantangan bagi masyarakat Jawa. Konon, barang siapa nekad melanggar wêwalêr----larangan----tersebut, maka
hidupnya akan senantiasa dirundung kesialan. Salah satu nêptu yang sangat dihindari adalah 25.
Kenapa
bisa?
Masyarakat
Jawa sangat menjunjung tinggi ucapan orang-orang tua, dengan cara hangugêmi----mematuhi, memegang teguh----segala
nasehatnya. Jika kita menentang petuahnya, tentu bisa dikategorikan sebagai anak
yang tidak patuh kepada beliau-beliau. Durhaka.
Jadi,
kesialan yang menimpa pelanggar wêwalêr
diatas lebih dikarenakan sebagai hukuman bagi manusia yang tidak patuh kepada orang
tua. Bukan karena pelanggaran atas nilai-nilai hari, wêton, bulan dan tahun
tersebut (nêptu).
Wallahu Alam Bishawab.
Betapa
fakirnya ilmu dan pengetahuan kita.
TANCEP KAYON
Heru Sang Mahadewa
Member
of #OneDayOnePost
Berarti yang namanya Radhitya itu lahir hari Minggu kali ya? Hoho
BalasHapuspengetahuan baru nih
BalasHapusBukan pengetahuan baru..tetapi pengetahuan lama yang hampir dilupakan orang..
HapusMantul sob
BalasHapusKalo untuk warsa gimana maksudnya mas. Disitu tidak ada angka 8,9 dan 0
BalasHapusSiklus warsa hanya sampai pada tahun kedelapan. Jika telah habis, kembali lagi ke tahun Alip.
HapusKok bulan nya nggak sampai 12 ya
BalasHapus