“Piye, Kang? Satu juta saja, kulepas
untuk sampean.”
“Terlalu
mahal untuk wayang seukuran itu.”
“Wayang
ini bukan sekedar wayang biasa. Buyutku sudah mengoleksinya sejak jaman
Belanda, Kang.”
“Benarkah?”
“Nanti
sampean kembalikan saja, jika omonganku ini hanya bualan.”
Pada
akhir percakapan melalui ponsel, Kang Wakhid menyetujui harga yang kutawarkan
kepadanya, sembari mengatakan bahwa uang akan ia transfer malam itu juga.
Seminggu
sudah aku tidak bekerja, dan akan menganggur paling singkat tiga bulan ke
depan. Gedung tua di ujung jalan, tempatku mengais rejeki telah habis. Ia hanya
menyisakan onggokan besi yang sudah menjadi arang karatan. Praktis,
semenjak terbakar, semua buruhnya diliburkan. Bahkan, beberapa di antara mereka ada
yang terkena pemutusan hubungan kerja.
Malam
itu adalah malam ketujuh paska aku tidak lagi berpenghasilan. Keluhan
orang-orang yang selama ini sering terdengar tentang betapa sulitnya mencari
kerja, mulai menimpaku. Menyerah kepada tak kunjung adanya panggilan dari surat
lamaran yang kukirim, akhirnya berjualan keripik singkong menjadi jalan pintas
untuk memenuhi kewajiban sebagai tulang punggung keluarga.
Setiap
hari, aku berkeliling dari satu warung ke warung lain. Nahas, pekerjaan semacam
itu sangat tidak memihak kepada seseorang yang harus menghidupi istri, anak,
dan orang tua di kampung halaman.
-oo0oo-
“Angsuran
motor bulan ini sudah terlambat tiga hari,” wanita itu berkata pelan. “Uang sewa
kamar kontrakan juga belum ada.” Kembali ia menegaskan.
Aku
diam, tidak serta merta menjawabnya.
“Hutangku
di warung Ning Minah juga kian menumpuk, Mas. Tak berani lagi aku datang ke
lapaknya!” Suaranya terdengar kian meninggi.
Aku
tetap diam, meski dalam hati sebenarnya sedikit tenang setelah Kang Wakhid menyanggupi
harga yang kutawarkan untuk sebuah koleksi wayang peninggalan Mbah Buyutku. Iya,
apa boleh buat; untuk menjaga agar dapur tetap mengepul, benda bersejarah itu
terpaksa harus kujual.
Dari
sebuah kotak kayu yang berdebu, aku mengeluarkan sebuah wayang yang ditatah
dari kulit kerbau.
Ketika
hendak mengemasnya, tiba-tiba perasaan ini nratab.
Karya seni adiluhung itu seperti memandangku berlama-lama, seolah ia ingin
berucap, “Kenapa kau tega memisahkan aku darimu?”
Tenggorokan
seperti dicekik, mata terasa berarir dan memanas. Lidahku juga terasa kelu
untuk sekedar berkata kepadanya, “Puluhan tahun kita bersama, percayalah ...
aku tiada kan pernah melupakanmu.”
Tiba-tiba
ponselku berbunyi. Ada sebuah pesan masuk di aplikasi messenger dari akun yang sangat kukenal.
“Maaf,
setelah kupikir-pikir lagi, aku gak jadi ambil koleksi wayangmu. Aku merasa bersalah
kalau membeli barang itu, karena ia benda warisan yang sudah turun temurun
diamanahkan leluhurmu.” Begitu ucap Kang Wakhid melalui akun sosmednya, Suden
Basayev.
“Tolonglah,
Kang. Aku sangat membutuhkan uang itu.” Balasku.
“Tenang
wae. Uangnya sudah kutransfer, pakai saja dulu gak apa-apa. Jangan dipikirkan; kapan kamu mengembalikan kepadaku.”
Sambil
mengembalikan ke tempatnya, aku tersenyum penuh haru kepada wayang Hyang
Manikmaya itu. Orang-orang menyebutnya sebagai Bhatara Guru, raja dari segala
Dewa, sehingga dinamakan juga Sang Mahadewa.
Untuk
mengenang kesetiaan yang romantis itu, aku menambahkan embel-embel Sang
Mahadewa pada nama penaku.
Heru Sang Mahadewa
Member
of One Day One Post
#DomesticDrama
#TantanganFiksi6
Kisah nyata?
BalasHapusSungguh nyata kebaikan hatiku, Mbak Wid.
HapusSemi nyata.
HapusSungguh nyata kebaikan hatiku, Mbak Wid.
HapusInjih leres...mas Suden.
Wkwkwk..
Mas Heru kok bilang2 ke orang2 sih. Ntar dibaca biniku berabe. Itu di luar sepengetahuan dia!
BalasHapusBhuahaha ...
HapusNanti tak bilangin bininya Mas Suden...biar kapok..
HapusMosok lah mas? :D
Hapussayang kalau dijual itu mas, jangan mas. apalagi itu disimpan turun temurun :(
BalasHapusSang Mahadewa untuk kesetiaan seorang sahabat, kisah nya so sweet
BalasHapusWah baik sekali
BalasHapusSungguh mulia
BalasHapusAnda baik sekali kisanak ^^
BalasHapusPamitran kang sejati , mangerti opa sing ana sakjroning ati sedulure sanajan durung kalahirake
BalasHapusMulia sekaliiiiiii 😁
BalasHapusKata-katanya duh dalem sangat kang 😂
BalasHapus