Bung Tomo - foto deviantart.com |
Muncul
seorang anak muda bernama Soetomo yang kemudian dikenal sebagai Bung Tomo. Ia
adalah seorang jurnalis yang bekerja di media Domei.
Sekembalinya
ke kota kelahirannya Surabaya, Bung Tomo mendirikan sebuah radio amatir bersama
sahabatnya Ktut Tantri. Melalui siaran-siaran di studio yang dinamainya Radio
Pemberontakan Republik Indonesia itu, ia
menggelorakan perjuangan untuk menumbuhkan rasa solidaritas kebangsaan
masyarakat Surabaya.
Ketika
situasi kota Surabaya kian genting karena ultimatum Inggris, Bung Tomo juga
melakukan pidato sesaat setelah Gubernur Suryo berpidato di RRI.
Pidato
ini yang akhirnya benar-benar membuat bulu kudu merinding. Rakyat Surabaya, tua
muda terbakar jiwa nasionalismenya. Hingga mereka bertekad bulat untuk siap
mati syahid pada keesokan harinya, 10 November 1945.
Berikut
isi pidato heroik dari Bung Tomo yang disiarkan Radio Pemberontakan Republik
Indonesia:
Bismillahorohmanirrohhim.
Merdeka!
Saudara rakyat jelata jelata yang ada di
seluruh wilayah Indonesia, khususnya yang ada di Surabaya. Kita semuanya
sudah mengetahui. Apabila hari ini para tentara Inggris
sudah menyebarkan banyak pamflet yang akan memberikan suatu ancaman
pada kita semua. Oleh karena itu, Kita semua diwajibkan
pada dalam waktu yang telah mereka tentukan, menyerahkan semua senjata
yang sudah kita rampas dari para tangan tentara
Jepang. Mereka sudah minta agar kita datang kepada mereka
dengan mengangkat tangan kita. Mereka malahan sudah minta
agar kita semua harus datang pada mereka tersebut, dengan bawa bendera
putih sebagai tanda jika kita ini menyerah kepada mereka
Saudara-saudara, Ingat! Jika di dalam
semua pertempuran yang lampau, kita semua sudah memperlihatkan
jika kita sebagai rakyat Indonesia di Surabaya, pemuda-pemuda
yang asalnya dari Maluku, pemuda-pemuda yang asalnya dari
Sulawesi, pemuda-pemuda yang asalnya dari pulau Bali, pemuda-pemuda
yang asalnya dari Kalimantan, pemuda-pemuda yang asalnya dari seluruh
Sumatera,
pemuda Aceh, Tapanuli, dan semua pemuda yang ada di Indonesia yang berada di Surabaya ini.
pemuda Aceh, Tapanuli, dan semua pemuda yang ada di Indonesia yang berada di Surabaya ini.
Dengan para pasukan mereka
masing-masing, dengan pasukan rakyat yang telah dibentuk
pada kampung-kampung, hal itu sudah menunjukkan jika satu pertahanan
yang tak dapat diruntuhkan musuh. Hal ini sudah menunjukkan satu
kekuatan, hingga mereka merasakan terjepit di mana-mana. Hanya
akibat taktik yang sangat licik daripada mereka tersebut
wahai saudara-saudara. Dengan mendatangkan bapak Presiden dan para
pemimpin lain ke Surabaya, maka kami ini tunduk untuk memberhentikan
atas pertempuran. namun, pada masa sekarang ini, mereka sudah memperkuat
diri, dan usai mereka sekarang kuat, inilah keadaannya.
Saudara-saudara kita semuanya,
Kita adalah bangsa indonesia yang
berada di Surabaya, akan terus menerima semua tantangan dari para tentara
Inggris, dan apabila para pimpinan tentara Inggris yang berada di
Surabaya, mengharapkan apa dari semua jawaban rakyat Indonesia, lalu
ingin mendengarkan atas apa jawaban dari seluruh pemuda yang ada di
Indonesia khsusunya di Surabaya ini.
Maka, silahkan dengarkanlah ini wahai
tentara Inggris. Ini adalah jawaban kita,
Ini adalah jawaban rakyat di Surabaya, ini adalah jawaban semua pemuda yang ada di seluruh Indonesia kepada kalian semua.
Ini adalah jawaban rakyat di Surabaya, ini adalah jawaban semua pemuda yang ada di seluruh Indonesia kepada kalian semua.
Wahai tentara Inggris!
Kalian menghendaki jika kita
ini akan bawa bendera putih dengan mengatakan kita takluk
kepada kalian, kalian juga yang menyuruh kepada kita untuk mengangkat
tangan lalu mendatangi kamu, kalian juga yang menyuruh
kami membawa semua senjata yang sudah kami rampas dari Jepang,
dengan tujuan agar diserahkan kepadamu.
Saudara saudara semua rakyat di
Surabaya,
Bersiaplah dengan keadaan genting!
namun saya peringatkan sekali lagi, kalian jangan mulai menembak. Baru
menembak jika kita ditembak, maka kami akan ganti untuk menyerang
mereka tersebut, kita tunjukkan apabila kita ini rakyat yang ingin
merdeka.
Dan bagi kita saudara-saudaraku semua,
Lebih baik kita ini hancur lebur, daripada
kita semua tidak merdeka. Ingat!, Semboyan kita masih tetap: merdeka atau
mati!
Dan akhirnya kita semua yakin
saudara-saudaraku, pada akhirnya pasti kita akanmemperoleh kemanangan,
karena Allah SWT akan terus dan selalu ada di pihak kita, sebagai
orang yang benar. Ingat! Percayalah hal ini wahai
saudara-saudara. Tuhan akan senantiasa melindungi kita sekalian.
Allahu Akbar!
Allahu Akbar!
Allahu Akbar!
Merdeka!
Merdeka!
Merdeka!
Bung Tom - foto biografipedia.com |
Pidato
itu dibacakan oleh Bung Tomo dengan nada berapi-api. Pidato ini yang akhirnya melengkapi
pidato Gubernur Suryo sebelumnya hingga mampu membakar semangat para pejuang
Surabaya.
10
November 1945, Surabaya benar-benar dikepung dari segala penjuru darat, laut
dan udara oleh pasukan Sekutu pimpinan Inggris. Mayjen Robert Cardon Mansergh
tewas. Inggris kehilangan du jendral selama pendudukan di Surabaya.
Sementara
dari para pejuang kita, sekitar 20.000 syuhada’ gugur sebagai mujahid pada
pertempuran itu.
Para
pejuang Surabaya akhirnya meninggalkan Gunungsari dan Waru pada akhir November
1945. Mereka terus melakukan perlawanan-perlawanan kecil di daerah Gedangan dan
Krian.
Desember
1945 itu pula, tidak ada lagi pemerintahan Indonesia di Surabaya. AMACAB (Allied Military Administration Civil
Affairs Brach) menguasai kota itu hingga misi Sekutu Inggris selesai.
Surabaya
pun diserahkan oleh Inggris kepada pemerintah Belanda hingga tahun 1950, dan
berakhir ketika terbentuk Negara Jawa Timur (menjadi ibu kota Negara) lalu
kembali lagi ke Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menjadi ibu kota
provinsi Jawa Timur.
Heru
Sang Mahadewa
Member of
#OnedayOnePost
0 komentar:
Posting Komentar