Rabu, 05 Juli 2017

PENUTURAN ULANG SERAT CENTHINI JILID I (10)



ilustrasi gambar: Yayasan Wacana



MIJIL 11
Sultan berkedudukan di negeri Pajang, dengan jelas, menjadi raja yang tidak ada yang menyaingi, pemersatu tanah Jawa, kalifatullah, dan berjuluk.

MIJIL 12
Sultan Prabu Hadiwijaya telah, dikehendaki Allah Yang Maha Melihat, bersaksilah para putraku semua, serentak suara para bupati, menyanggupi, perkataan sang ulama.

MIJIL 13
Lalu mengambil makanan, dari dalam keraton, yang telah ditata di pendopo depan, Sunan Giri Prapen, Sultan Pajang, dan para bupati, melakukan makan bersama.

MIJIL 14
Sang ulama kembali berkata, duh para siswaku, Sultan Pajang dan para bupati semuanya, dalam menjaga persaudaran kalian ini, hendaknya salinglah berbaik budi, juga senantiasa menjaga kerukunan.

MIJIL 15
Jagalah hati kalian agar selalu bersyukur kepada Hyang Widdhi (Allah SWT), karena kehendak Allah Yang Maha Melihat, ada yang dikehendaki menjadi orang besar, ada yang dikehendaki menjadi orang kecil, takdir Allah SWT, berbeda-beda.

MIJIL 16
Tidak ada lagi yang kututupi dari Allah SWT, wahai anak cucuku, semoga kalian selamat dunia akherat, yang diajak bicara menjawab serempak, selesai makan-makan, dilanjutkan para pengikut mereka.

MIJIL 17
Sunan Giri Prapen mendapat karomah Allah SWT, memiliki kemampuan untuk mengetahui, peristiwa yang akan terjadi di masa mendatang, seperti yang senantiasa terpancar, dari Ki Ageng Mantawis, cahanya bersinar.

MIJIL 18
Berkata Kanjeng Sunan Giri Prapen, kepada Kanjeng Sultang pelan, anakmas Pajang siapakah itu, abdimu yang sedang makan belakangan, siapa namanya, Kanjeng Sultan lantas menjawab.

MIJIL 19
Teman hamba petinggi Mantawis, namanya disebut sesuai tempatnya, membawahi wilayah bersama putrinya, sang ulama berkata lagi, katakan kepadanya anakmas, suruh duduk di samping pertemuan.

MIJIL 20
Kepada para siswa dan bupati, berkata dengan bijak, Kyai Ageng Mataram telah berada di sampingnya, wahai semua siswaku dan bupati, ketahuilah nak, keturunan anak ini.

MIJIL 21
Ki Mataram kelak sudah pasti, membawahi banyak orang, di seluruh tanah Jawa ini, termasuk Giri ini juga, menjadi bawahan Mantawis, lalu mengabdi.

MIJIL 22
(Ki Ageng Mantawis) bersujud ke tanah memohon kepada Hyang Widdhi (Allah SWT), dengan perkataan tulus, dan berkata kepada Sunan Giri Prapen, seketika dengan suara keras meminta, terkabulnya sabda raja, kehendak yang mendapat wahyu.

MIJIL 23
Duh yang mulia hamba menghaturkan, keris ini telah menanti, semoga menjadi bukti bhakti, sembah hamba sebelum diambil Sang Pencipta, Sunan berkata bijak, kuterima nak.

MIJIL 24
Tetapi kukembalikan lagi, lalu diceritakan, para bupati ikut senang semuanya, melihat sikap Ki Ageng Mantawis, pemimpin ulama, buru-buru melantunkan perintah.

..................

BERSAMBUNG

-o0o-

Bagian sebelumnya, baca [ DI SINI ]
Bagian selanjutnya, baca [ DI SINI ]

Judul asli:
Suluk Tambangraras

Pengarang:
KGPAA Amengkunegara III (Sunan Pakubuwana V)
Raden Ngabehi Yasadipura II (Ranggawarsita I)
Raden Ngabehi Sastradipura (Ahmad Ilham)
Raden Ngabehi Ranggasutrasna

Dituturkan ulang oleh:
Heru Sang Mahadewa
(Member Of One Day One Post)

3 komentar:

  1. Masih bersambung. Sampai berapa episode Cak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, ribuan mbk Rika.
      Serat Centhini ada 12 jilid. Total sekitar 4500 halaman... hehee

      Hapus
  2. waduhh,, abis saya baca, orang2nya kebalik2 mas,, gk inget.. perlu menghapal nih... hehe

    BalasHapus

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *