Surya Majapait - image google |
Setelah mengunjungi Candi Tikus dan Candi Bajang Ratu dan Candi Tikus, perjalanan saya lanjutkan ke situs-situs yang lainnya. Sembari mengambil jalur pulang, tempat yang saya tuju adalah Pendopo Agung Majapahit dan Museum Trowulan Majapahit.
PENDOPO AGUNG MAJAPAHIT
Tidak
jauh dari Candi Bajang Ratu dan Candi Tikus, terletak di dusun Nglinguk, desa Temon,
kecamatan Trowulan, kabupaten Mojokerto.
Merupakan
sebuah bangunan joglo dengan pilar-pilar kayu berukuran besar. Dahulu,
dipercaya sebagai tempat berkumpulnya para punggawa kerajaan untuk menghadap
raja Majapahit. Pasowanan Agung.
Sebelum
memasuki pendopo, kita akan disambut patung Raden Wijaya dan Mahapatih Gajah
Mada. Situs ini sendiri sekarang dikelola oleh Kodam V Brawijaya.
Berpose di depan patung Mahapatih Gajah Mada |
Di
belakang pendopo, saya bisa melihat sebuah Paku Bumi yang tertancap kokoh di
tanah. Konon, peninggalan purbakala itu adalah tempat Mahapatih Gajah Mada
menambatkan gajah tunggangannya.
Paku Bumi, tiang untuk menambatkan binatang gajah |
Berjalan
semakin ke belakang, setelah melewati sebuah pemakaman kuno, akhirnya saya
sampai di sebuah bangunan kecil (cungkup) tempat Raden Wijaya melakukan tapa
brata (meditasi). Ketika itulah beliau mendapatkan petunjuk untuk membangun
sebuah negeri di daerah itu.
Di
tempat itu pula, Patih Gajah Mada mengucapkan Sumpah Amukti Palapa ketika
dinobatkan sebagai Mahapatih Amangkubumi (Perdana Menteri) Wilwatikta. Beliau
bersumpah tidak akan memakan buah palapa (kelapa) yang diartikan tidak akan
menikmati kesenangan duniawi, sebelum bisa menyatukan seluruh wilayah nusantara
dalam negeri kesatuan Majapahit.
Berikut
adalah saduran bunyi sumpah amukti palapa yang ada di Pendopo Agung Majapahit:
Sira Gajah Mada Patih Amangkubumi tan
ayun amukti palapa, Sira Gajah Mada: “Lamun huwus kalah Nusantara isun amukti
palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, tanjung Pura, ring Haru, ring
Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa.”
Terjemahannya sebagai
berikut:
Dia Gajah Mada sang Patih Amangkubumi
tidak ingin melepaskan puasa memakan buah palapa, dia Gajah Mada:
Jika
telah mengalahkan Nusantara, maka aku baru akan mengakhiri puasa (memakan buah
palapa), jika telah mengalahkan Gurun, Serang, Tanjung Pura, Haru, Pahang,
Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah aku baru akan mengakhiri
puasa (memakan buah palapa).
Catatan:
Gurun (Pulau Gorom), Serang (Pulau Seram), Haru (Kepulauan Aru), Tumasik (Singapura)
Meski aura mistisnya cukup besar, tetapi setiap saya memasuki kompleks situs ini, udaranya terasa sangat sejuk. Suasana juga tenang dan damai.
MUSEUM
TROWULAN MAJAPAHIT
Berjarak
sekitar setengah kilometer dari Pendopo Agung Majapahit, terdapat Museum Trowulan
Majapahit. Tepatnya di desa Trowulan, kecamatan Trowulan, kabupaten Mojokerto.
Berada tepat di seberang Kolam Segaran. Kolam kuno di tengah kota raja Majapahit.
Musem
Trowulan Majapahit merupakan sebuah museum arkeolog. Berdasar catatan yang ada
di museum tersebut, awal mula berdirinya pusat penyimpanan purbakala ini adalah
ketika Sir Thomas Stamford Rafles, gubernur jendral Inggris yang memangku
wilayah Jawa melaporkan adanya penemuan reruntuhan candi yang tersebar di
hampir seluruh wilayah Trowulan dan Mojowarno.
Atas
bantuan bupati Mojokerto, Kanjeng Adipati Ario Kromodjojo Adinegoro, pada tahun
1924 terbentuklah wadah perkumpulan penelitian peninggalan Majapahit (Oudheeidkundige
Vereebeging Majapahit), dipelopori oleh seorang Belanda, Henri Maclaine Pont. Tahun
1926 dibangunlah tempat yang menjadi sekretariat OVM, sekaligus dibuat sebuah
ruang untuk pameran publik. Tempat itu diberi nama Museum Trowulan, berada di jalan raya Mojokerto – Jombang, sekarang
menjadi kantor Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan.
Pada
tahun 2008, Museum Trowulan Majapahit ditetapkan sebagai Pusat Informasi Majapahit (PIM) oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Jero Wacik ketika itu, di lokasi yang baru sekarang ini.
Seiring
perkembangan waktu, Museum Trowulan Majapahit tidak hanya menyimpan benda-benda
purbakala peninggalan kerajaan Majapahit, tetapi juga melengkapi koleksinya
dengan peninggalan kerajaan Kediri, Singasari, dan Medang.
Salah satu koleksi unggulan Museum Trowulan
Majapahit adalah Arca Raja Airlangga yang disimbolkan sebagai Dewa Wisnu sedang
menaiki punggung Garuda. Arca ini diangkat dari reruntuhan Candi Belahan.
Patung Raja Airlangga berwujud Wisnu naik Garuda |
Nisan almh. Fatimah Binti Maimun di Museum Trowulan Majapahit |
Bangunan
utama museum dibagi menjadi beberapa ruangan. Dibedakan berdasarkan kategori
koleksinya. Peninggalan jaman batu, tanah liat, keramik, jaman logam, dan era
Islam Majapahit.
BERSAMBUNG
Heru Sang Mahadewa
Member of #OneDayOnePost
Aku pernah k bajangratu sama tikus pas masih kecil, candi itu blm dipugar. Tp ngga paham ceritanya :-D
BalasHapus