Tim nasional Indonesia U 15/16 - foto viva.co.id |
Berangkat ke Thailand
dengan predikat sebagai juara turnamen Thien Phong Plastic Vietnam 2017, Garuda
Asia (julukan tim nasional Indonesia U 15) justru gagal total di kejuaraan
sepakbola antar negara Asia Tenggara bertajuk AFF Cup U 15.
Garuda Asia bukan hanya
gugur di babak penyisihan grup A, tetapi juga babak belur menghadapi
lawan-lawan yang sejak awal memang sudah diprediksi akan memberikan persaingan
ketat di grup neraka ini.
Setelah hanya mampu
menahan imbang Myanmar dengan skor 2 – 2 di pertandingan perdana, anak asuh
Fachri Husaini dibuat tak berdaya oleh lawan-lawan berikutnya.
Thailand kembali
menunjukkan diri sebagai negeri yang mustahil untuk dikalahkan Indonesia. The War Elephant (julukan tim nasional
Thailand) menumbangkan Garuda Asia dengan skor tipis 0 – 1. Di laga penentuan, The Socceros (sebutan tim nasional
Australia) masih terlalu perkasa untuk partai bertajuk David versus Goliath. Negeri Kanguru menghajar pasukan Merah Putih
dengan skor telak 2 – 7. Indonesia pun dipastikan sebagai peserta yang pertama
kali gugur di fase kualifikasi grup AFF Cup U 15.
Tidak berhenti sampai di
situ, pada pertandingan yang sudah tidak menentukan lagi, Garuda Asia kembali
dipermalukan oleh Laos dengan skor 2 – 3. Beruntung, di penghujung babak
penyisihan, Rendi Julansyah dkk. mampu mengalahkan Singapura 0 – 2 sebagai
partai pelipur lara.
Iya, begitulah. Garuda
Asia yang digadang-gadang akan bisa berbuat banyak di event junior sepakbola ASEAN
ini, justru menambah catatan buruk prestasi tim nasional Indonesia.
Kenapa tim nasional U 15
yang begitu perkasa di turnament pra kejuaraan resmi, justru gagal total di AFF
Cup U 15?
Berikut ini adalah
empat faktor penyebab kegagalan Garuda Asia:
OVER CONFIDENT
Status juara turnamen
Tien Phong Plastic Vietnam 2017, sedikit banyak melambungkan kepercayaan diri
anak-anak muda yang tergabung dalam skuad Garuda Asia.
Turnamen yang digelar bulan
Juni lalu di Vietnam itu dijuarai Indonesia dengan mengalahkan salah satu
negara peserta AFF Cup U15, Myanmar. Kebetulan mereka berada satu grup dengan
pasukan junior Merah Putih di grup A.
Ketika itu, anak asuh
Fachri Husaini berhasil memukul Myanmar dengan skor 4 – 1. Sebuah kemenangan
yang layak dijadikan modal untuk kembali bersua dengan mereka di AFF Cup 15.
Namun, di luar dugaan
pengamat sepakbola, Myanmar melakukan banyak perubahan frontal di ajang resmi
AFF Cup U 15. Mereka merubah total gaya permainan, seolah belajar dari
kekalahan di turnamen Tien Phong Plastic Cup Vietnam 2017. Sementara, Garuda
Asia terkesan meremehkan lawan, bahkan cenderung over confident dengan menerapkan gaya bermain yang nyaris sama saat
turun di turnamen Tien Phong Plastic Cup.
Alhasil, Myanmar
berhasil menahan Indonesia dengan skor 2 – 2 di laga pembukaan AFF Cup U 15.
Sebuah hasil akhir yang sangat merugikan Garuda Asia, mengingat ini adalah
pertandingan kunci untuk menapaki laga penyisihan berikutnya di grup A.
MEMFORSIR KEKUATAN DI TURNAMEN PRA KEJUARAAN RESMI
Sebelum menjuarai
turnamen Tien Phong Plastci Vietnam 2017, Garuda Asia telah melakukan
serangkaian uji coba melawan tim-tim kuat. Salah satunya adalah Philipina dan
Singapura.
Meski hanya partai
persahabatan, tetapi dalam dua laga itu anak didik Fachri Husaini tampil
ngotot, penuh determinasi tinggi dan pantang menyerah. Philipina dan Singapura
pun dibuat tak berdaya di stadion Maguwoharjo, Sleman dan stadion Gelora
Bandung Lautan Api, kota Bandung.
Berlanjut di Vietnam,
ketika mengikuti turnamen Tien Phong Plastic Vietnam 2017, Garuda Asia
melanjutkan permainan penuh determinasi-nya ketika berjumpa dengan Myanmar,
China Taipe dan tuan rumah Vietnam sendiri.
Garuda Asia begitu
perkasa di turnamen pra kejuaraan resmi AFF Cup U 15 ini. Indonesia berhasil
tampil sebagai juara. Tetapi ternyata keperkasaan ini menjadi klimaks dari
penampilan anak-anak Merah Putih.
AFF Cup U 15 menjadi
anti klimaks bagi Indonesia. Seluruh tenaga dan kekuatan mereka seolah-olah
telah diforsir habis di laga uji coba dan turnamen pemanasan. Justru saat
tampil di kejuaraan resmi, kita telah habis.
RENDI – HAMSA CENTRIS
Tidak bisa dipungkiri,
roh permainan Garuda Asia, sejak uji coba hingga turun di turnamen Tien Phong
Plastic Cup Vietnam 2017, terletak pada dua pemain utamanya, striker Rendi
Juliansyah dan gelandang jenius Hamsa Lestaluhu.
Rendi Juliansyah sukses
menggelontorkan 6 gol ke gawang China Taipe, sekaligus menyabet predikat top score di Vietnam. Sementara Hamsa
Lestaluhu terpilih sebagai the best
player pada ajang yang sama.
Permainan Garuda Asia,
diakui atau tidak, sangat bergantung pada dua pemain itu. Hampir seluruh
serangan tim, selalu dikreatori Hamsa Lestaluhu, lalu berakhir dengan umpan
matang kepada Rendi Juliansyah.
Nahas, tiga hari
sebelum berangkat ke kejuaraan AFF Cup U 15 di Thailand, Hamsa Lestaluhu
mengalami cedera lutut saat latihan. Musibah ini membuat ketar-ketir seluruh
pecinta Garuda Asia. Menjadi semacam pertanda kesialan bagi tim nasional
Indonesia U 15.
Absennya Hamsa
Lestaluhu ternyata benar-benar membawa dampak luar biasa bagi Garuda Asia
ketika tampil menghadapi lawan-lawannya di grup A. Tidak ada kreator serangan, sedangkan
gaya permainan terlanjur bertumpu pada pemain asal Maluku ini.
Bukan hanya itu,
tim-tim yang menjadi kontestan penyisihan grup A kejuaraan AFF Cup U 15 rupanya
telah membedah kekuatan Indonesia. Di seluruh pertandingan, striker Rendi
Juliansyah selalu dimatikan. Strategi lawan itu ternyata cukup berhasil. Garuda
Asia benar-benar lumpuh.
Centrisnya permainan
Garuda Asia kepada Rendi dan Hamsa, menjadikan mereka kehilangan akal ketika Rendi
dimatikan dan Hamsa absen.
Sedangkan Bagus Kahfi,
striker pelapis yang tampil menggila di laga-laga akhir, terlambat diberi
kepercayaan oleh Fachri Husaini untuk menggantikan peran Rendi dan Hamsa.
EKPEKTASI BERLEBIHAN KEPADA ANAK USIA BELIA
Siapa yang tidak takjub
dengan prestasi tim nasional Indonesia U 15? Naif jika kita mengatakan
permainan Garuda Asia di serangkaian partai uji coba dan turnamen Tien Phong
Plastic Vietnam 2017 biasa-biasa saja.
Iya, sekumpulan
anak-anak usia belia yang terbentuk menjadi sebuah tim dibawah besutan legenda
sepakbola Indonesia, Fachri Husaini, memberikan warna lain dalam permainan
kulit bundar. Mereka, anak-anak bangsa itu tampil luar biasa dengan tehnik
tinggi, stylist, dan penuh determinasi.
Tidak salah, jika
seluruh pecinta sepakbola di tanah air memberikan apresiasi tinggi kepada
Garuda Asia. Salah satunya adalah saya.
Namun, kita semua
rupanya lupa bahwa skuad tim nasional Indonesia U 15 diisi oleh anak-anak yang
masih berusia muda, bahkan sangat beliau. Kita lupa bahwa psikis mereka masih
labil. Begitu besarnya harapan yang kita bebankan ke pundak anak-anak U 15,
akhirnya justru menghancurkan mental pasukan Fachri Husaini.
Ekspektasi terlalu
tinggi kepada Garuda Asia menjadi faktor pelengkap kenapa kita gagal total di
AFF U 15.
-o0o-
Tetapi, kita tidak
boleh meratapi kegagalan ini. Apapun yang terjadi, merekalah calon pemain masa
depan. Tim nasional Indonesia sepuluh tahun mendatang, akan bergantung kepada
kemajuan anak-anak penghuni skuad U 15 saat ini. Jadi, secepatnya harus segera
dilakukan pembenahan dan evaluasi total terhadap kegagalan kemarin.
Ingat, bulan September
nanti, tim ini pula yang akan mewakili Indonesia dalam kualifikasi AFC Cup U16.
Lagi-lagi, kita akan bertemu Thailand dan Myanmar.
Sekali lagi jangan
menyerah. Terlepas dari kegagalan di AFF Cup U 15, Indonesia masih menjadi
kekuatan yang selalu mengerikan bagi negara-negara Asia lainnya.
Bravo Garuda Asia.
( Heru Sang Mahadewa)
Member Of OneDayOnePost
0 komentar:
Posting Komentar