GAMBUH 1
Telah sampailah perjalanan, Alap-Alap menemui
Surengkewuh, menuju ke pedukuhan, Pangeran Pekik tergopoh-gopoh, menemui utusan
sang raja.
GAMBUH 2
Setelah dipersilahkan duduk, Pangeran Pekik tampak
tenang, kuhaturkan kabar baik paman, Alap-Alap berterima kasih, (lalu)
menyampaikan panggilan sang raja.
GAMBUH 3
Kangjeng Pangeran kehadiran hamba, diutus oleh
kakanda raja, Gusti Kangjeng Sultan di Mataram, memberi doa restu, kepada
paduka berdua.
GAMBUH 4
Kangjeng Pangeran menyampaikan terima kasih,
setelah memberikan doa restu (balik), berkata bahwa raja kita memanggil paduka,
beserta istri anak dan kerabat, hamba yang diperintahkan untuk menjemput.
GAMBUH 5
Jawab Kangjeng Pangeran, duh paman sungguh tiada
kusangka, Kangjeng Sultan bersedia menjalin silaturrahmi dengan orang miskin,
yang tidak punya apa-apa di desa, tiada pernah sekali pun aku bermimpi.
GAMBUH 6
Tanpa bisa menolak sedikitpun, (bahagiaku) bagai
buih di lautan, terhadap kehendak Kangjeng Sultan hamba menurut, tiada niat
untuk membantah, perkataan sang raja.
GAMBUH 7
Terdengar oleh Ki Tumenggung, perkataannya manis
dan lembut, hatinya berfirasat tidak enak lalu cepat-cepat berkata kepada sang
Pekik, jika menyerahkan sang putra, berangkat besok pagi-pagi saja.
GAMBUH 8
Kangjeng Pangeran menatap pelan, aku pasrah kelak bagaimana
baiknya paman Tumenggung, aku akan bersiap-sipa sekarang, paman dan para
sahabat, hendaknya beristirahatlah dulu di pondok.
GAMBUH 9
Kangjeng Pangeran lalu berkata, kepada istri dan
keluarganya, agar semua berdandan rapi, akan diajak ke Mataram, sontak semua
langsung berdandan.
GAMBUH 10
Ki Alap-Alap gugup, menuduh kerabat memanggil
Tumenggung, Subaya, Ki Sapanjang yang harum namanya, tidak dipanggil tetapi tiba-tiba
datang, Ki Sapanjang berkata.
GAMBUH 11
Menghadapnya Kangjeng Pangeran, ke Mataram
berangkatlah pagi-pagi, paduka semuanya harus dikawal, dan dijaga dari
belakang, serahkan semua kepada hamba.
GAMBUH 12
Ki Sapanjang khawatir, lalu memerintahkan kepada
semua prajurit, kebanyakan dari pasukan Surabaya, semua telah menanti, lalu pagi-pagi
mereka berangkat.
GAMBUH 13
Pelan-pelan berjalan, selama dalam perjalanan
tiada pernah berhenti, hingga di dusun Butuh hari telah malam, Kangjeng
Pangeran memutuskan menginap, di istana dusun Butuh.
GAMBUH 14
Bersamaan dengan doa, kepada Hyang (Allah SWT) ketika
malam telah tiba, Ki Pekik mendengar suara, kata suara yang tidak diketahui
(siapa itu), bahwa Ki Pekik telah ditakdirkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
GAMBUH 15
Ketahuilah kelak engkau, memiliki cucu yang tampan
dan gagah perkasa, menjadi raja besar di tanah Jawa, membawahi rakyat dan
pasukan besar, tetapi akan berpindah kedhaton/istana.
GAMBUH 16
Dari tanah Pajang itu, letaknya di sebalah baratnya
kota, bernama dukuh Wanakerta yang kelak menjadi, negeri Kartasura yang
mahsyur, sedangkan gelar raja.
GAMBUH 17
Kangjeng Susuhunan Mangku, -rat Senapatai Ing
Alaga, Ngabdurrahman Sayidin Panatagama berhentinya suara seketika membuatnya
terkejut dan terbangun, ketika malam menjelang Subuh.
GAMBUH 18
Mimpinya telah diketahui, oleh juru kunci yang
menjaga pintu, Pangeran Pekik menceritakan kepada juru kunci, bahwa mendapatkan
petunjuk semalam, juru kunci pun terbelangak.
GAMBUH 19
Bersujud dan berkata, sungguh bahagia hati hamba,
syukur syukur Alhamdulillahirobbil Aalaamiin, sang surya telah menyembul,
Kangjeng Pangeran lalu berangkat.
GAMBUH 20
Tiada rintangan di jalan, mereka telah
menginjakkan kaki di kota Mataram, Ki Tumenggung Alap-Alap mendahului, memberi
kabar kepada sang prabu, mereka pun istirahat bergantian.
GAMBUH 21
Sang Prabu di Mataram, menghadap di tanah leluhur
ini, Panembahan Purabaya telah tiba, bersama seluruh punggawanya, bersiap menghadap
sang raja.
GAMBUH 22
Tidak berselang lama, Tumenggung Ki Alap-Alap
berkata, haturkan sembah untuk memanggil, Pangeran Pekik Surengkewuh, maka
menghadaplah (mereka) kepada sang raja.
GAMBUH 23
Beserta istri dan anaknya, Ki Sapanjang bersama
seluruh pasukannya juga mengikuti (menghadap), senangnya hati sang prabu lalu
berkata lembut, Oh Uwakku Purabaya, seperti apa nanti yang dijalani.
GAMBUH 24
Nanti setibanya, dimas Pekik kuberikan bhaktiku,
atau sebaliknya dia yang berbhakti kepadaku, Purabaya menghaturkan sembah,
kembali (mengatur posisi duduk) dan terlihat sangat bahagia.
..................
BERSAMBUNG
-o0o-
Bagian selanjutnya, baca [ DI SINI ]
Judul asli:
Suluk Tambangraras
Pengarang:
KGPAA Amengkunegara III (Sunan Pakubuwana
V)
Raden Ngabehi Yasadipura II (Ranggawarsita
I)
Raden Ngabehi Sastradipura (Ahmad Ilham)
Raden Ngabehi Ranggasutrasna
Dituturkan ulang oleh:
Heru Sang Mahadewa
(Member Of One Day One Post)
0 komentar:
Posting Komentar