ilustrasi gambar: Yayasan Wacana |
MIJIL 11
Sultan berkedudukan di negeri Pajang, dengan
jelas, menjadi raja yang tidak ada yang menyaingi, pemersatu tanah Jawa, kalifatullah,
dan berjuluk.
MIJIL 12
Sultan Prabu Hadiwijaya telah, dikehendaki Allah
Yang Maha Melihat, bersaksilah para putraku semua, serentak suara para bupati,
menyanggupi, perkataan sang ulama.
MIJIL 13
Lalu mengambil makanan, dari dalam keraton, yang
telah ditata di pendopo depan, Sunan Giri Prapen, Sultan Pajang, dan para
bupati, melakukan makan bersama.
MIJIL 14
Sang ulama kembali berkata, duh para siswaku,
Sultan Pajang dan para bupati semuanya, dalam menjaga persaudaran kalian ini, hendaknya
salinglah berbaik budi, juga senantiasa menjaga kerukunan.
MIJIL 15
Jagalah hati kalian agar selalu bersyukur kepada
Hyang Widdhi (Allah SWT), karena kehendak Allah Yang Maha Melihat, ada yang
dikehendaki menjadi orang besar, ada yang dikehendaki menjadi orang kecil,
takdir Allah SWT, berbeda-beda.
MIJIL 16
Tidak ada lagi yang kututupi dari Allah SWT, wahai
anak cucuku, semoga kalian selamat dunia akherat, yang diajak bicara menjawab
serempak, selesai makan-makan, dilanjutkan para pengikut mereka.
MIJIL 17
Sunan Giri Prapen mendapat karomah Allah SWT,
memiliki kemampuan untuk mengetahui, peristiwa yang akan terjadi di masa
mendatang, seperti yang senantiasa terpancar, dari Ki Ageng Mantawis, cahanya
bersinar.
MIJIL 18
Berkata Kanjeng Sunan Giri Prapen, kepada Kanjeng
Sultang pelan, anakmas Pajang siapakah itu, abdimu yang sedang makan
belakangan, siapa namanya, Kanjeng Sultan lantas menjawab.
MIJIL 19
Teman hamba petinggi Mantawis, namanya disebut
sesuai tempatnya, membawahi wilayah bersama putrinya, sang ulama berkata lagi,
katakan kepadanya anakmas, suruh duduk di samping pertemuan.
MIJIL 20
Kepada para siswa dan bupati, berkata dengan bijak,
Kyai Ageng Mataram telah berada di sampingnya, wahai semua siswaku dan bupati,
ketahuilah nak, keturunan anak ini.
MIJIL 21
Ki Mataram kelak sudah pasti, membawahi banyak
orang, di seluruh tanah Jawa ini, termasuk Giri ini juga, menjadi bawahan
Mantawis, lalu mengabdi.
MIJIL 22
(Ki Ageng Mantawis) bersujud ke tanah memohon
kepada Hyang Widdhi (Allah SWT), dengan perkataan tulus, dan berkata kepada
Sunan Giri Prapen, seketika dengan suara keras meminta, terkabulnya sabda raja,
kehendak yang mendapat wahyu.
MIJIL 23
Duh yang mulia hamba menghaturkan, keris ini telah
menanti, semoga menjadi bukti bhakti, sembah hamba sebelum diambil Sang
Pencipta, Sunan berkata bijak, kuterima nak.
MIJIL 24
Tetapi kukembalikan lagi, lalu diceritakan, para
bupati ikut senang semuanya, melihat sikap Ki Ageng Mantawis, pemimpin ulama,
buru-buru melantunkan perintah.
..................
BERSAMBUNG
-o0o-
Bagian selanjutnya, baca [ DI SINI ]
Judul asli:
Suluk Tambangraras
Pengarang:
KGPAA Amengkunegara III (Sunan Pakubuwana
V)
Raden Ngabehi Yasadipura II (Ranggawarsita
I)
Raden Ngabehi Sastradipura (Ahmad Ilham)
Raden Ngabehi Ranggasutrasna
Dituturkan ulang oleh:
Heru Sang Mahadewa
(Member Of One Day One Post)
Masih bersambung. Sampai berapa episode Cak?
BalasHapusWah, ribuan mbk Rika.
HapusSerat Centhini ada 12 jilid. Total sekitar 4500 halaman... hehee
waduhh,, abis saya baca, orang2nya kebalik2 mas,, gk inget.. perlu menghapal nih... hehe
BalasHapus