ilutrasi gambar: Yayasan Wacana |
MEGATRUH 17
Berlari menjauh ketika melihat kumbang telah
hilang, pulang kembali ke negerinya, satu pun tiada yang tertinggal, sang putra
prabu, bersama pasukannya pulang ke kedhaton.
MEGATRUH 18
Sang prabu Majapahit, tidak meminta apa-apa lagi, untuk
mengganggu sang ulama, hanya yang sudah terjadi, dalam hatinya (masih) tidak
percaya.
MEGATRUH 19
Diceritakan dua orang yang menggali makam, mendapat
balasan menjadi pincang kakinya, singkat cerita, menyusul Kanjeng Sunan Giri, yang
telah tiada.
MEGATRUH 20
Diceritakan di tepi pantai, dua orang telah sampai,
padahal musuh telah pergi, karena diserang oleh, kumbang yang menghadang
perang.
MEGATRUH 21
Porak poranda larinya saling bertabrakan, tewas
terkena senjata, sebagian menyelamatkan diri hidup-hidup, tiada yang berani
menoleh, suaranya hiruk pikuk.
MEGATRUH 22
Telah selesai dituturkan, (mereka) sembuh dari pincang,
sang ulama pun lalu bersyukur, berdoa kepada Hyang Widhi (Allah SWT), agar selamat
dan tidak ada kerusuhan lagi.
MEGATRUH 23
Lalu kembali lama tidak diceritakan, telah selesailah
kisahnya, bahagia hati para prajuritnya, tetapi tidak ada yang takabur, kokoh selamanya
tiada musuh yang datang.
MEGATRUH 24
Sunan Giri, tetapi keraton Majapahit, telah
mengalami keruntuhan, disebabkan oleh sang anak, muncullah Raden Patah.
..................
BERSAMBUNG
-o0o-
Bagian selanjutnya, baca [ DI SINI ]
Judul asli:
Suluk Tambangraras
Pengarang:
KGPAA Amengkunegara III (Sunan Pakubuwana
V)
Raden Ngabehi Yasadipura II (Ranggawarsita
I)
Raden Ngabehi Sastradipura (Ahmad Ilham)
Raden Ngabehi Ranggasutrasna
Dituturkan ulang oleh:
Heru Sang Mahadewa
(Member Of One Day One Post)
0 komentar:
Posting Komentar