Detak jantungku terasa acak-acakan tak
beraturan. Adrenalin dipaksa meninggi semakin kencang. Gadis di pojok bangku
angkot itulah penyebabnya. Sama-sama baru menjadi anak berseragam putih abu-abu,
dan selalu bersama menunggu angkot.
Tempat tinggalku memang jauh dari
pusat kota. Sebuah kampung kecil bernama Sugihwaras, di pelosok kecamatan
Rejoso, kota angin (sebutan untuk kota asalku, Nganjuk). Untuk mencapai
sekolah yang berada di tengah kota, setiap hari aku harus naik angkot. Hal yang
sama juga dialami si gadis itu, hingga membawa kami pada kebiasaan senantiasa bersama
setiap berangkat sekolah.
Hampir setiap pagi, dengan seksama aku
bisa mencuri gestur wajahnya. Dari bangku seberang yang sengaja kupilih agak
menjauh dari tempat duduknya, agar tak sedikitpun dia curiga akan fokus
perhatianku. Kulit bersih, wajah cantik, body lencir, dan lembut tutur katanya.
Lengkaplah apapun yang diidamkan setiap lelaki ada padanya
Mata kami beradu, saling bertatap
sesaat. Sunggingan dari bibir indahnya membuat aliran darah berhenti seketika. Aku
tertunduk, lalu berpura-pura mengalihkan pandangan ke penumpang angkot yang lain
tanpa membalas senyumnya.
Ah, aku seperti maling motor yang
kepergok massa dengan perasaan yang terasa memerahkan muka ini.
*****
"Jam berapa tadi berangkat dari Bungurasih, mas?" sambutnya halus, seraya membantu melepaskan tas dan sepatuku.
Tubuhnya nampak lelah menahan sesuatu
yang delapan bulan ini nakal di dalam perutnya. Namun, tetap dia kembangkan senyum
di bibir. Teduh, membuatnya kian terlihat mempesona meski kondisi fisik sudah berubah seratus delapan puluh derajat. Senyum yang masih sama dengan yang dulu kulihat di angkot.
Kukecup keningnya, kucium pula calon
penerus margaku yang saat itu sedang tertidur pulas di perutnya. Lalu, kupeluk erat
mereka.
Mata terasa memanas, kutahan buliran
bening di pelupuk. Perasaan bahagia bercampur sedih terasa menyergap. Impitan
ekonomi telah membuat lupa bahwa Allah telah mengirimkan seorang bidadari dan
calon mahaputra kepadaku.
Lupa bahwa seharusnya aku senantiasa
ada disampingnya menjelang persalinan. Yang ada justru aku menitipkan dia ke
ibunya. Sementara aku terjebak dalam kerasnya perjuangan menyambung hidup sebagai perantauan di kota Buaya.
“Aku merindukanmu ... aku mencintaimu,”
bisikku pelan kepadanya.
*****
Satu setengah dasawarsa berlalu.
Aku masih saja berkutat sebagai
seorang buruh pabrik. Namun, kehadiran bidadari dan mahaputra di sampingku kini, telah memberikan
kekuatan luar biasa untuk menjalani hidup. Meski kami hanya tinggal di sepetak kamar kontrakan, aku bahagia bisa tinggal bersama orang-orang tersayang.
#true_story
#ODOP
#tantangan_minggu_kedua
#memperkenalkan_diri_sendiri_di_ODOP
Catatan :
Gadis yang biasa bersamaku di angkot
itu, kini hidup denganku di sebuah kamar kontrakan di daerah Tambaksawah,
kota Delta (Sidoarjo). Dia juga memberiku seorang mahaputra yang bandelnya minta ampun, yang sekarang duduk di bangku kelas 6 SD.
Aku sendiri terlanjur kerasan menjadi
seorang buruh pabrik di kota Delta. Mengais rejeki di sebuah Food Industry bernama PT. Siantar
Top Tbk.
Mantaaaaap sekali
BalasHapusTerims mas bro,
HapusAyo jgn ngejomblo mllu
Betapa nikmat jajan ciptaan Gusti Allah lang .. hahaaa
kerennnn...
BalasHapusTerima kasih, Masih hrs bnyk belajar ini mbake
HapusWahh, keren, banyak yang memperkenalkan diri dengan bercerita. ^^
BalasHapusterima kasih,
Hapusmasih amatiran ini kak
Wow... cinta pada pandangan pertama tho mas?
BalasHapushahaha ...
Hapusbegitulah kira-kira mbak Vinny
Perkenalannya mantap
BalasHapusterima kasih ... tulisan kakak jg mantab
HapusPerkenalannya mantap
BalasHapusKereeennn...😊semangatt mas..
BalasHapusterima kasih suportnya mbak ..
HapusInsya Allah masih semangat, semoga bisa bertahan hingga ending ODOP Batch 2 nantinya
true story... salut, mas heru pasti orangnya setia...
BalasHapusInsya Allah mbak Kholifah ..
Hapusmohon suportnya, tulisan saya masih amatiran :)
ga pernh bosen bacanya..
BalasHapusalurnya cantik banget maaas ..
BalasHapusbikin baper jugaak #eh hahhaha
terima kasih, masih jauhhhh dan harus bnyk belajar ini mbak
HapusWah... keren. True story pula. :)
BalasHapusmakasih, biasa aja ini kak .. tulisan kakak jg keren
HapusKeren mad heru...syukurlah nggak bertepuk sebelah tangan
BalasHapusterima kasih ... masih harus banyak belajar menulis ini kak
Hapus