image google |
2.WERKUDARA
Empat belas tahun
berlalu,
Hutan Mandalasara telah nyaris tak
berbentuk. Luluh lantak berantakan. Sejak kedatangan bayi bungkus, para penghuninya mulai dari binatang
buas hingga bangsa lelembut merasa tak
nyaman lagi berada di tempat itu.
Kini, si bayi sudah semakin besar. Tumbuh menjadi sosok
bocah, namun dengan kondisi tetap sama seperti saat dibuang ayahnya. Terbungkus selaput bening.
Si bocah bungkus yang terus mengamuk setiap hari, membuat makhluk halus penunggunya akhirnya naik ke istana taman langit. Menemui
Bathari Durga. Ratu segala bangsa lelembut.
Kepada istri Bathara Guru itu, mereka mengadu bahwa ada
seorang bocah yang terbungkus selaput tipis, hidup di tengah belantara. Dia mengobrak-abrik
seisi hutan Mandalasara.
Bathari Durga menemui suaminya, Bathara Guru.
“Paduka Sang Hyang Manikmaya, saatnya kakanda turun
tangan untuk mengatasi bocah bungkus yang dilahirkan Kunti.” Dewi Uma mengadu.
“Jangan kuatir istriku, semua sudah digariskan Dewata. Sekarang
memang sudah waktunya si bocah itu keluar dari bungkusnya.” tutur Bathara Guru.
“Prokencong
prokencong .. pakpak pong pakpak pong .. waru doyong di tegor uwong … Adi
Guru, sebaiknya kita turunkan Bathara Bayu untuk menemui bayi bungkus itu.” saran
Bathara Narada yang saat itu sedang mendampingi Bathara Guru.
“Kirim pula Gajah Sena. Hanya dia yang bisa merobek
selaput pembungkus putra Kunti.” lanjut Bathara Narada.
“Baiklah kakang Narada.” jawab
Bathara Guru, lalu mengeluarkan Aji
Pameling. Berkontak batin dengan dua nama yang disarankan Bathara Narada.
Datanglah Bathara Bayu. Dewa Angin yang dahulu
menyempurnakan saripati benih Pandudewanata pada buah Pertanggajiwa dan tersimpan di rahim Dewi Kunti.
Menghadap pula Gajah Sena, putra dari Erawata. Tunggangan
Bathara Indra, Sang Dewa Hujan.
“Bathara Bayu, turunlah ke hutan Mandalasara di Arcapada. Temui bayi bungkus yang dahulu
engkau sempurnakan dari benih Pandudewanata. Lengkapi dia dengan busana dan kadigdayaan!”
tutur Bathara Guru.
“Sendika dhawuh.”
jawab Dewa Angin. Bathara Bayu.
“Gajah Sena, tugasmu adalah merobek selaput pembungkus si
jabang bayi. Perlu engkau ketahui juga, hidupmu bukan di Kahyangan lagi
tempatnya. Berperilakulah yang bijak selama di Arcapada!” tutup Bathara Guru.
Kalimat terakhir ini yang membuat Bathara Bayu memeluk
Gajah Sena. Tugas mulia ini akan menghantarkan ia menjadi penghuni Arcapada dalam dimensi kehidupan yang
lain.
“Sendika dhawuh,
pukulun!” tegas Gajah Sena.
Melesat Bathara Bayu dan Gajah Sena meninggalkan
Kahyangan. Menembus tujuh lapis langit. Menuju hutan Mandalasara.
Tak berselang lama, menyusul pula Bathara Narada turun ke
Arcapada untuk memberi petunjuk kepada Prabu Pandudewanata, “Prokencong prokencong .. pakpak pong pakpak
pong .. waru doyong di tegor uwong … Adi Guru, aku juga pamit. Orang-orang
Astina harus kita beri tahu keluarnya bocah bungkus ini.”
*****
Istana Astina,
Prabu Pandudewanata, Begawan Abiyasa, Resi Bisma, Patih
Gandamana dan Yama Widura sedang berkumpul di pendopo. Tampak hadir pula seorang
punggawa baru. Harya Suman.
Mereka sedang membahas nasib putra kedua sang raja Astina.
Sudah bertahun-tahun sejak dibuang ke hutan Mandalasara, belum ada petunjuk
dari Dewata kapan si bayi akan bisa keluar dari bungkusnya.
Padahal, selama kurun waktu si bayi bungkus di buang ke
Mandalasara, Dewi Kunti telah melahirkan lagi putra ketiga Pandudewanata. Raden
Permadi namanya.
Begitu pula dengan Dewi Gandari, istri Destaratra. Mereka
telah diberikan seratus anak. Sembilan puluh Sembilan laki-laki dan satu
perempuan.
Tetapi, si bungkus masih saja berkutat dengan penderitaan
di belantara Mandalasara.
“Sembah dan bhakti kami kepada pukulun Bathara Narada!” serentak semua yang hadir di pendopo
menghaturkan sembah ketika tiba-tiba sosok seorang Dewa sudah berdiri dihadapan
mereka.
“Prokencong
prokencong .. pakpak pong pakpak pong .. waru doyong di tegor uwong … Aku
terima sembah bhakti kalian, semoga bahagia dan sejahtera senantiasa menyertai
orang-orang Astina.” jawab Bathara Narada.
“Ketahuilah Pandu, putramu yang empat belas tahun lalu engkau
buang ke hutan Mandalasara, hari ini telah tiba waktunya dikeluarkan Dewata
dari bungkusnya. Jemput bocah itu!” tutur Bathara Narada.
“Sendika dhawuh,
pukulun. Terima kasih petunjuknya!” jawab Prabu Pandudewanata.
Sekejap kemudian, lenyap Sang Bathara Narada.
“Aku akan berangkat sekarang juga!” ucap Prabu
Pandudewanata kepada para punggawa yang hadir di paseban agung Astina.
“Ampun gusti prabu, sebaiknya paduka tidak perlu
berangkat ke hutan Mandalasara. Cukup kirim para punggawa Astina untuk
menjemput sang putra.” sela Harya Suman, punggawa baru asal Plasajenar. Adik
dari Dewi Gandari.
“Benar yang disampaikan Harya Suman. Biarlah para
kesatria kita yang menjemput. Engkau bersama istrimu mempersiapkan penyambutan
saja, putraku.” saran Begawan Abiyasa.
“Kirimlah saya, paduka!” Harya Suman menawarkan diri.
“Tidak Harya Suman. Biarlah paman sang bayi, Yama Widura
dan Patih Gandamana yang menjemput putraku ke Mandalasara!” jawab Prabu
Pandudewanata.
“Berangkatlah sekarang!” tutup sang raja Astina.
“Sendika dhawuh,
gusti prabu!” jawab Yama Widura dan Patih Gandamana.
Para punggawa Astina membubarkan diri dari pendopo.
Prabu Pandudewanata bergegas ke istana kaputren untuk memberi
kabar bahagia itu kepada Dewi Kunti dan Dewi Madrim. Diikuti ayahnya Begawan
Abiyasa dan penasehat Resi Bisma.
Yama Widura dan Patih Gandamana memacu kudanya
meninggalkan Astina. Cepat-cepat mereka menggeber hewan tunggangan menuju hutan
Mandalasara.
Harya Suman pulang ke rumahnya dengan perasaan dongkol.
Dalam hati ia kecewa tidak dikirim untuk menjemput putra kedua Prabu
Pandudewanata. Rencana yang telah disusunnya gagal total.
Kini, punggawa muda asal Plasajenar itu merancang siasat
licik berikutnya.
~ BERSAMBUNG ~
(Heru Sang
Mahadewa)
Member
Of OneDayOnePostBaca cerita sebelumnya [ Disini ]
Bathara Guru - Foto dokumen pribadi |
Bathara Bayu - image google |
Harya Suman - Foto dokumen pribadi |
Halah Harya Suman..apa rencana jahatnya?
BalasHapushahaha ...
Hapusancene Sengkuni kok
Aaah... lagi seru bersambung.. kutunggu kelanjutannya mas. Penasaran itu gimana nanti dia keluar dari bungkus bening itu. Dia siapa sih mas?
BalasHapusIni tokoh yang dinanti sampean Mbk Vinny.
HapusWow..
HapusAku speechless
BalasHapusBaca aja lah
Hahaha ..
Hapuskalo lagi pentas wayang kisah diatas diceritain juga bang???
BalasHapuskalo lagi pentas wayang kisah diatas diceritain juga bang???
BalasHapusIya mas
HapusLakon Bima Bungkus