Candi Ngetos - foto dokumen pribadi |
Libur akhir pekan di kampung halaman,
kurang lengkap rasanya jika tidak mengunjungi situs-situs yang ada di tanah
kelahiran. Selain menjadi alternativ tujuan refreshing, mendatangi obyek wisata
bernilai sejarah juga menambah perbendaharaan edukasi. Bahan untuk menulis.
Kali ini, saya mencoba menyusuri tiga
tempat bersejarah yang ada di kota angin, Anjuk Ladang (Nganjuk).
1.CANDI
NGETOS
Tempat pertama yang saya tuju adalah
Candi Ngetos. Berada pada ketinggian 1500 mdpl, terletak di pedalaman gunung Wilis.
Secara administrasi masuk wilayah Desa Ngetos, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk.
Berjarak sekitar 17 km ke arah selatan dari pusat kota.
Saya mengambil rute dari pusat kota menuju
Loceret, sebuah kecamatan yang menghubungkan Nganjuk dengan kabupaten lainnya
dibagian selatan (Kediri, Blitar, Tulungangung, Blitar, Trenggalek).
Dari perempatan Loceret, saya
mengambil jalur ke arah Berbek, Ngetos, Sawahan (salah satu jalur yang sangat
dikenal para traveler karena merupakan menuju Air Terjun Sedudo, ikon wisata unggulan
Kabupaten Nganjuk). Tiga puluh menit kemudian, saya sampai di jembatan legendaris
Kuncir. Sebuah tempat yang sarat dengan mitos menyeramkan pada pemakamannya.
Jika sahabat sekalian menggunakan alat
transportasi umum, dari terminal Anjuk Ladang bisa menumpang angkot jurusan
Nganjuk – Berbek – Sawahan turun di jembatanKuncir. Dari tempat ini, puluhan
tukang ojek siap mengantar ke Candi Ngetos.
Sekitar lima belas menit perjalanan
dari Kuncir menuju lokasi candi, kita akan dimanjakan dengan pemandangan
menakjubkan. Mata akan terpesona oleh hamparan gunung Wilis yang berdiri megah.
Hutan tropis, ladang dan persawahan khas pegunungan menambah imajinasi kita laksana
sedang menyusuri taman para Dewa.
Sampai di pusat kecamatan Ngetos,
komplek candi dapat dijumpai dengan mudah. Lokasinya berada di pinggir jalan
raya. Menghadap ke arah selatan, seolah menatap puncak gunung Wilis.
Candi Ngetos, adalah sebuah candi
bercorak hindu dengan arsitektur khas Jawa Timur, yaitu berbahan batu bata
merah. Dibangun sekitar abad XIV sehingga bisa dipastikan situs ini merupakan
peninggalan jaman Majapahit (era Prabu Hayam Wuruk).
Menurut data yang tertulis di komplek
Candi Ngetos, bangunan ini didirikan oleh raja Negeri Ngatas Angin (sebuah
kerajaan vassal/bawahan Majapahit), Raden Ngabehi Selopurwoto, bergelar Prabu
Condromowo, yang merupakan paman dari Prabu Hayam Wuruk. Raja Majapahit.
Ketika itu, Prabu Hayam Wuruk mengigninkan
jika kelak meninggal, abu jenasahnya disimpan di sebuah candi yang menghadap ke
gunung Wilis. Salah satu dari beberapa gunung yang disucikan oleh orang-orang
Majapahit (selain Mahameru dan Penanggungan).
Prabu Condromowo memerintahkan
patihnya Raden Bagus Condrogeni dan seorang pertapa sakti bernama Mpu Supo
untuk membangun sebuah candi di wilayah Ngatas Angin. Menghadap ke arah selatan
(puncak gunung Wilis).
Dalam waktu yang tidak lama, dua candi
kembar telah berdiri megah di Ngatas Angin. Sayang, kini hanya tinggal sebuah
candi yang tersisa. Dikenal dengan nama Candi Ngetos.
Secara keseluruhan, bangunan candi ini
berdiri setinggi 10 meter dengan panjang sekitar 9 meter, sehingga bentuknya lebih
menyerupai bangun ruang kubus. Pada keempat sisinya terdapat pintu dengan
tangga (undakan) setinggi 2.5 meter. Di dalamnya terdapat ruangan besar, tapi saya
tidak sempat memasukinya. Banyak ornamen dan hiasan pada hampir keseluruhan
badan candi.
Di bagian depan (selatan) candi
terdapat motif kala berukuran sangat amat besar, yaitu sekitar 2x2 meter. Kala
tersebut masih utuh. Wajahnya terlihat menakutkan. Menggambarkan bahwa penguasa
Majapahit ketika itu mempunyi kewibawaan dan kekuatan yang besar.
Candi Ngetos berbahan batu bata merah
sehingga kondisi fisiknya sekarang banyak yang sudah aus dimakan jaman.
Sekilas, Candi Ngetos ini mirip dengan
bangunan Candi Brahu di Trowulan Mojokerto. Sebuah bangunan yang dipercaya
menjadi tempat penyimpanan abu jenasah Prabu Brawijaya. Pendiri dan raja
pertama kerajaan Majapahit. Kakek dari Prabu Hayam Wuruk. Inisiator pembuatan
Candi Ngetos.
Meski tujuan awal pembuatan candi ini
akan digunakan untuk menyimpan abu jenasah Prabu Hayam Wuruk, namun ketika raja
Majapahit paling termahsyur ini mangkat, akhirnya justru dimakamkan di Tajung.
Jika sahabat sekalian bepergian ke
kota Nganjuk, tidak ada salahnya mengunjungi candi Ngetos. Sebuah peninggalan
sejarah yang menjadi bukti keindahan seni arsitektur di jaman Majapahit.
Heru Sang Mahadewa
Member of #OneDayOnePostCandi Ngetos - foto dokumen pribadi |
kapan yo ke nganjuk
BalasHapusayooo, nanti aku antar mbakyu
BalasHapusWah... Bang heru, Ainayya pingin foto-foto di situ,
BalasHapusDuh