Foto Dokumen Pribadi |
Dalam
sebuah acara bertajuk Festival Dalang Dulongmas gagasan Bupati Tegal yang juga seorang
praktisi seni pewayangan, Ki Enthus, hadir maestro pedalangan asal Solo. Ki
Manteb Sudarsono.
Dalang
yang telah puluhan tahun malang melintang membawakan pentas wayang kulit dalam
genggamannya itu memaparkan kepada para dalang pemula, “ketemu sing bener piye, sing apik piye, ning ojo mikir payu opo ora ..”
(meramu yang benar bagaimana, yang bagus bagaimana, tapi jangan berpikiran
kelak laku apa tidak).
Apa
yang dipaparkan Dalang Sabet Setan
(julukan Ki Manteb, karena piawai memainkan gerakan wayang saat perang tanding)
juga pernah diungkapkan Mbah Tumiran, seorang praktisi seni pewayangan asal
kota Nganjuk, Jawa Timur, ketika dahulu saya sering nongkrong di rumah beliau.
“Ndalang iku ojo noleh sing ndelok, enek opo
ora yo pancet kudu temen anggonmu suluk …” (Memainkan wayang itu jangan
melihat ke penonton, ada ataupun tidak ada yang melihat, kamu harus tetap semangat
dan fokus mendendangkan syair), ungkap Mbah Tumiran.
Apa
yang disampaikan dua Dewa dalam dunia pedalangan dan pewayangan itu dapat kita terapkan
juga dalam proses belajar menulis.
Kenapa?
Menurut
Ki Manteb Sudarsono, seorang dalang pemula harus bisa meramu yang benar bagaimana,
yang bagus bagaimana, tapi jangan berpikiran kelak laku apa tidak. Sama halnya
dengan belajar menjadi penulis.
Menulis
ya menulis saja.
Jangan
berpikiran kelak tulisan kita akan laku apa tidak. Terus saja menulis. Sambil mengasah
kemampuan bagaimana membuat sebuah tulisan yang benar dan bagus. Ini yang
pertama.
Kedua,
menurut Mbah Tumiran jangan pernah melihat ke penonton, ada ataupun tidak ada
yang melihat, kita harus tetap semangat berkreasi dalam memainkan sebuah
pagelaran wayang kulit.
Tetaplah
menulis.
Pesan
itu bisa saya terjemahkan ke dunia belajar menulis bahwa ada ataupun tidak ada
yang membaca tulisan kita, jangan pernah mengendurkan semangat untuk berkreasi.
Ini
penting.
Dalam
sebuah pagelaran wayang kulit, saat segmen jejeran
(perkenalan, pembukaan), limbukan
(segmen santai), perang begal (segmen
tantangan), goro-goro (segmen
pendinginan suasana) biasanya penonton membludak dan antusias melihat.
Tetapi
ketika Goro-goro berakhir, satu per satu penonton ikut bubar pula. Padahal
pagelaran masih berlangsung setengah malam lagi. Hingga menjelang Subuh.
Inilah
point yang ditekankan oleh Mbah Tumiran. Jangan sampai kreasi si Dalang akan
kendur karena terpengaruh surutnya jumlah penonton. Tetap mendendangkan suluk (syair dalam wayang) dengan
syahdu. Tetap menyabetkan wayang seindah mungkin.
Tidak
berbeda jauh dengan proses kita belajar menulis.
Sekedar
kilas balik ke perjalanan para siswa One Day One Post. Ketika memasuki
awal-awal masa tantangan, kita semua bersemangat menulis. Blog juga tak
pernah sepi dari pengunjung (meski kebanyakan adalah sesama siswa ODOP). Tetapi
ketika memasuki masa-masa akhir tantangan, pembaca tulisan kita di blog mulai menurun. Tidak
bisa dipungkiri, semangat menulis kita ikut mengendur pula.
Puncaknya
adalah ketika sudah tidak ada tantangan dari Suhu, Bang Syaiha. Praktis pembaca
tulisan di blog kita hanya tinggal segelintir orang. Ironisnya, semangat
menulis seakan berbanding lurus dengan fenomena itu.
Kembali
lagi ke penuturan Ki Manteb dan Mbah Tumiran.
Jangan
berpikiran payu opo ora, enek sing ndelok
opo ora, pancet ndalang sing temen. Masa bodohlah dengan ketakutan ‘laku
atau tidak tulisan kita, ada yang membaca apa tidak’. Mari tetap menulis.
Jagalah api semangat belajar kita agar tetap menyala. Jangan biarkan ia meredup apalagi sampai padam.
Itu
pesan yang bisa saya tangkap dari beliau.
Iya, begitu.
(Heru Sang Mahadewa)
Member Of OneDayOnePost
MasyaAllah. Tulisan ini penyemangat luar biasa, bang heru.
BalasHapusMantap nian.
Jaga terus kobaran api semangat itu untuk menulis.
Ainayya tunggu edisi selanjutnya, bang heru.
Inspiratif
terima kasih mbk Ainayya.
HapusSemoga bermanfaat
Aku pokok e nulis Her, ga mikir lainnya
BalasHapusAku pokok e nulis Her, ga mikir lainnya
BalasHapusAku iyo kok Lis.
HapusSuper sekali mas Heru.. inspiratif..😊
BalasHapusterima kasih.
Hapusselamat datang kembali di gubuk saya mbk Sas.
lama gk pernah mampir =D hehe
Tulisan mas heru ada pembacanya kok, nih saya :)
BalasHapushaha ..
Hapusterima kasih mbak Cili
Menginspirasi banget tulisannya
BalasHapusmatur suwun mbakyu
HapusKata ippho. Lakukan apa yang kamu bisa saat ini, jelak kamu akan menemukan jati dirimu lewat apa tang sudah kamu lakukan.
BalasHapus#efek abis dengerin ippho. Hahaha.
Kira2 sama yah mas dengan apa yang guru2 menulis dan ki manteb dan mbah tumiran maksud.
Lakukan terus... lakukan yang terbaik sambil belajar
Terima kasih mas Heru.
Begitulah mbk Vinny
HapusMantep. Suwun mbah
BalasHapusMantep. Suwun mbah
BalasHapuspodho2 ngger.
Hapusojo nglokro anggonmu sinau :)
Semoga mengibarkan semangat di jiwaku khususnya.
BalasHapusAamiin.
Hapussemoga bermanfaat
menginspirasi....
BalasHapusmenginspirasi....
BalasHapusBumi gonjang ganjing... Tratak tak tak tak...
BalasHapusHayo semangat...
Langit kelap-kelap ... katon ....
Hapushehe, semangat!
Waaah luar biasaa tulisannya...
BalasHapusLuar biasa kak...
Semoga bisa seperti dalang yang tetap keep istiqomahnya sampai akhir cerita
Terima kasih atas pencerahannya, Mas.
BalasHapusTerima kasih atas pencerahannya, Mas.
BalasHapus