Tugu Jaya Stambha (Candi Lor) - dokumen pribadi |
Setelah dari Candi Ngetos, perjalanan
saya lanjutkan ke situs sejarah lainnya yang ada di kota Nganjuk. Candi Lor.
Rute yang saya ambil masih melalui
jalur ketika berangkat tadi. Menuruni kawasan lereng gunung Wilis, jembatan
Kuncir lalu kembali ke kecamatan Loceret.
Sampai di perempatan lampu merah Candirejo,
sekitar dua ratus meter ke arah barat, saya sudah bisa melihat komplek bangunan
yang menjadi cikal bakal berdirinya kota Anjuk Ladang (Nganjuk).
Jika sahabat sekalian menggunakan transportasi umum, dari terminal Anjuk Ladang bisa naik bis antar kota jurusan Nganjuk - Kediri - Blitar, atau angkot jurusan Nganjuk - Berbek - Sawahan. Turun di perempatan lampu merah Candirejo. Dari simpang empat ini, komplek Candi Lor bisa dijangkau dengan jalan kaki.
2.CANDI
LOR
Berada di desa Candirejo, Kecamatan
Loceret, Kabupaten Nganjuk. Berjarak sekitar 2 km ke arah selatan dari pusat
kota. Merupakan sebuah tugu Jaya Stambha yang dibangun oleh Rakryan I Hino Mpu
Sindok pada sekitar abad IX.
Tugu ini didirikan untuk memperingati
kemenangan besar pasukan Mataram Kuno yang berhasil mengalahkan tentara Melayu
(Sriwijaya). Sepanjang peperangan di tanah Jawa melawan kerajaan dari pulau
Sumatera, inilah satu-satunya kemenangan gemilang yang diraih Mpu Sindok.
Konon, kemenangan itu diraih karena
bantuan penduduk setempat. Untuk memberi penghormatan kepada para penduduk tersebut,
maka lima tahun kemudian atau tepatnya pada 10 April 937 Masehi Sri Maharaja
Mpu Sindok mendirikan tugu Jaya Stambha dan menetapkan daerah Anjuk
Ladang (Tanah Kemenangan) itu
sebagai tanah Simma Tantra (tanah bebas pajak).
Kisah lengkap tentang sejarah
berdirinya tugu kemenangan itu, silahkan baca [Disini ] dan [ Disini ]
Tugu Jaya Stambha yang telah aus - dokumen pribadi |
Candi Lor terbuat dari batu bata
merah, seperti corak candi-candi di Jawa Timur pada umumnya. Bangunan inti
terdiri dari sebuah tugu setinggi sepuluh meter. Di sebelah barat candi terdapat
batu yoni dan umpak sebagai sarana pemujaan jaman dahulu.
Dua makam kuno yang dipercaya sebagai
kuburan dari abdi dalem Rakryan I
Hino Mpu Sindok juga terdapat di komplek Candi Lor. Beliau adalah sepasang suami istri, Eyang Kerto
dan Eyang Kerti, abdi kinasih Sri Maharaja
Isyana Darmatunggadewa (gelar Mpu Sindok setelah menjadi raja).
Makam Eyang Kerto - dokumen pribadi |
Makam Eyang Kerti - dokumen pribadi |
Di ladang tempat kemenangan besar itu
pula, ditemukan sebuah prasasti yang terbuat dari batu andesit. Kini bukti catatan sejarah yang dinamakan 'Prasasti Anjuk Ladang' tersebut tersimpan di
Museum Nasional dan telah di duplikasi di Museum Anjuk Ladang.
Prasasti Anjuk Ladang - koleksi Museum Nasional |
parnnaha nikanan imah unwana san hyan prasada atehera jaya [sta]mbha
wiwit matewekniranlahakan
satru[nira] [haj]ja[n] ri [ma]layu
“Di
tempat yang terpilih ini dijadikan tempat didirikannya bangunan suci, sebagai
pengganti tugu kemenangan, di sanalah aku (raja) mengalahkan musuh-musuhku dari Melayu” - terjemahan prasasti Anjuk Ladang oleh de Carparis, pada artikelnya yang
berjudul Some Notes on Transfer of
Capitals in Ancient Sri Lanka and Southeast Asia.
Warna merah pada bunyi prasasti adalah
huruf yang tidak bisa terbaca karena kondisi batu prasasti tersebut sudah aus
di beberapa bagian.
Nah, jika sahabat sekalian bepergian
ke kota Nganjuk, tidak ada salahnya mengunjungi candi ini, meski sekarang
kondisinya sudah nyaris tak berbentuk karena usianya yang telah mencapai lebih dari seribu tahun. Tetapi tidak mengurangi nilai sejarah
didalamnya.
Heru Sang Mahadewa
Member of #OneDayOnePost
0 komentar:
Posting Komentar