Canggu, sebuah desa di Kecamatan Pare, Kabupaten
Kediri, Jawa Timur, dikenal sebagai kawasan yang memiliki banyak peninggalan sejarah.
Selain terdapat candi yang menjadi
pendharmaan Bhre Wengker yaitu Candi Surowono (Wisnuprabhana/Curabhawana)
sebagai peninggalan Majapahit, desa Canggu juga menyimpan jejak sejarah
Panjalu. Berupa terowongan rahasia atau disebut dengan nama Gua Surowono.
Gua Surowono adalah sebuah rangkaian sungai bawah
tanah yang memiliki arus lumayan deras sedalam pinggang orang dewasa. Airnya
yang jernih berasal dari mata air yang keluar dari dinding tebing gua.
Pintu masuk gua berjarak sekitar 5 meter di bawah
permukaan tanah. Untuk mencapainya, kita melewati susunan anak tangga yang
belum dibangun secara permanen. Jadi, perlu kewaspadaan ekstra untuk
menghindari tergelincir. Terutama saat hujan turun. Lokasi tangga masuk ini berada
di rerimbunan kebun bambu.
Shoot terakhir sebelum melepas baju untuk menyusuri gua Surowono |
Sampai di anak tangga terakhir, tepat berada di
depan pintu gua, arus sungai bawah tanah sudah menyapu kaki kita. Terdapat
sebuah papan tata tertib yang melarang semua pengunjung untuk memasuki gua
tanpa bimbingan pemandu. Pintu gua juga ditutup dengan gerbang yang terbuat
dari jeruji besi.
Busyet! Lebar sungai bawah tanah itu hanya
seukuran tubuh manusia dewasa. Bisa dibayangkan betapa sulitnya kita menyusuri
lorong itu. Suara gemuruh air dengan penerangan yang minim, sempat membuat saya
bergidik.
Salah satu sumber mata air di depan pintu gua Surowono |
Di dalam gua atau sungai bawah tanah Surowono,
terdapat beberapa cabang lorong. Inilah alasan kenapa pengunjung harus
didampingi pemandu, agar tidak tersesat ke aliran sungai yang salah.
Jantung terasa berdegup kencang, ketika saya mulai
menyusuri lorong pertama. Di area ini, pengunjung masih bisa berjalan tegak,
meskipun arus sungai menerpa hingga setinggi perut.
Namun, nyali akan benar-benar diuji ketika
memasuki lorong kedua. Saya harus berjongkok untuk menyusuri derasnya arus
sungai. Mau tidak mau, badan kita akan terendam seluruhnya.
Puncak ketegaran terasa nyaris runtuh, ketika
sampai di lorong ketiga dan keempat, saya dipaksa berjalan dengan duduk, bahkan
merangkak. Atap sungai bawah tanah yang sangat rendah menjadi penyebabnya. Arus
sungai sudah sejajar dengan leher. Bisa dibayangkan, bagaimana jika tiba-tiba
terjadi banjir. Nyawa tentu menjadi taruhannya.
Setelah menyusuri gua yang konon merupakan sebuah
terowongan rahasia kerajaan Panjalu sejauh kurang lebih lima puluh meter,
akhirnya terlihat sebuah titik cahaya. Semakin didekati, cahaya itu tampak kian
terang benderang.
Iya, aliran sungai bawah tanah di Gua Surowono itu
memiliki banyak cabang yang salah satunya akan membawa penelusurnya kembali ke
atas permukaan tanah.
Menurut kepercayaan masayarakat desa Canggu, salah
satu lorong dari Gua Surowono itu terhubung hingga di bawah keraton Panjalu/Kadhri/Kadhiri
(Kabupaten Kediri, Jawa Timur sekarang). Konon, sungai bawah tanah itu
merupakan sebuah terowongan rahasia untuk melarikan diri, jika terjadi sebuah
prahara di keraton.
Benarkah lorong itu terhubung hingga kota Kediri
sekarang?
Wallahu Alam
Bishawab.
Jangan sekali-kali mencoba membuktikannya. Selain faktor
kemanan yang rentan, dibutuhkan nyali besar, juga kemampuan olah spiritual dan
mistisisme untuk menyusuri lorong demi lorong goa Surowono. Tentu, harus didampingi seorang pemandu yang mumpuni di bidangnya.
Heru
Sang Mahadewa
Member of #OneDayOnePost
Ngeri😱😱😱😱ra wani aku
BalasHapus