ilustrasi gambar: Yayasan Wacana |
KINANTHI 1
Telah sampai di Giri, sakit ibunya kian
parah, disambut oleh para saudagar, kedatangan Kanjeng Sunan Giri, Wali Allah yang
memiliki karomah, dihampirilah ibunya.
KINANTHI 2
Terkejutlah (sang ibu) lalu bangkit dan
memeluk, diciumi sang anak, air matanya jatuh berderai, rintihnya sungguh
menyedihkan, duh anakku, yang menjadi sandaran hati.
KINANTHI 3
Kurang sedikit saja terlewat, ananda tidak
bisa bertemu ibu, akhirnya datang nyawa yang telah lama, pergi berguru mengaji,
oh sungguh tak kusangka, (kita) bisa bertemu lagi.
KINANTHI 4
Seketika aura wajahnya berseri, berbinar bagai
terkena sinar dari langit, mendapatkan anugrah, Kanjeng Sunan berkata pelan, mohon restumu ibu, telah terucap olehnya.
KINANTHI 5
Sang ibu merasa sangat bahagia, sempurnakan
aku nak, memeluk agama Islam, lalu segera di-syahadat-kan, dua kalimat yang
dituntunkan, sang ibu dengan terang menerimanya.
-o0o-
Prabu Brawijaya tidak tenang dengan adanya
ke-Wali-an di Giri, maka dikirimlah Patih Gajah Tanada bersama pasukannya untuk
menaklukkan Giri. Pasukan Majapahit justru porak poranda oleh sebuah keris yang
berasal dari pena yang biasa digunakan menulis oleh Kanjeng Sunan Giri. Keris itu
lalu diberi nama Kalam-Munyeng. Sunan Giri wafat lalu digantikan putranya (Sunan
Giri Kedhaton). Putranya wafat, digantikan cucunya, dijuluki Sunan Giri Prapen.
Prabu Brawijaya kembali melanjutkan rencana
menaklukkan Giri, tetapi tidak berhasil karena pasukannya diserang oleh ribuan
ekor lebah yang keluar dari makam Sunan Giri.
Akhirnya, Majapahit justru hancur oleh
putranya sendiri, Raden Patah. Sunan Giri Prapen berhak menjadi pemimpin (dalam
agama) selama 40 hari. Tahta selanjutnya diserahkan kepada Raden Patah. Dinobatkan menjadi
raja di Demak.
-o0o-
KINANTHI 6
Telah terang hatiku nak, tiada khawatir lagi
di hati, semoga (hidup) kamu sejahtera, tetaplah kamu membimbing,
saudara-saudaramu para saudagar, di pesantren Giri.
KINANTHI 7
Nanti sepeninggalku, semua harta ibu,
sedekahkanlah di jalannya, fakir miskin anak yatim, dan gunakan untuk biaya
(menunaikan) amanah, berhaji ke negeri Mekah.
KINANTHI 8
Ingatlah pesan terakhirku ini nak, Ni
Samboja lalu meninggal, setelah disucikan, jasadnya dikuburkan di dekat, suaminya
Kyai Samboja, yang juga orang Giri.
KINANTHI 9
Marak permintaan, kepada Kanjeng Sunan
Giri, semua mendapat petunjuk iman, menjalani syariat Nabi, beribadah tadarusan
Al-Qur’an, banyak yang mendirikan Masjid.
KINANTHI 10
Semakin makmur dan banyak pengikutnya,
tidak ada yang berperilaku buruk, semua tercukupi sandang pangan, jauh (dari
kata ada) yang miskin, terciptalah ketentraman dan kesejahteraan.
............
BERSAMBUNG
-o0o-
Judul asli:
Suluk Tambangraras
Pengarang:
KGPAA Amengkunegara III (Sunan Pakubuwana
V)
Raden Ngabehi Yasadipura II (Ranggawarsita
I)
Raden Ngabehi Sastradipura (Ahmad Ilham)
Raden Ngabehi Ranggasutrasna
Dituturkan ulang oleh:
Heru Sang Mahadewa
(Member Of One Day One Post)
Suka....keren ternyata isinya
BalasHapus