Rabu, 14 Juni 2017

MENIKMATI MUSIK UNIK SENIMAN PANDAAN


Cak Ayub, seniman unik Pandaan - dokumen pribadi


Senjakala nyaris saja tiba, ketika laju bus yang membawa 120 peserta gathering family perusahaan tempat saya bekerja, memasuki lahan parkir Masjid Ceng Ho, kota Pandaan, Pasuruan, Jawa Timur.

Saya lirik jarum jam di arloji menunjukkan pukul tujuh belas kurang sepuluh menit. Meski sudah terlambat, tetapi waktu Shalat Ashar belum habis. Buru-buru saya memberikan komando kepada rombongan family gathering melalui pengeras suara TOA agar segera menuju Masjid berasitektur bangunan Tiongkok. Tentunya, agar segera menunaikan kewajiban empat rakaat di sore hari itu.

Selepas menunaikan Shalat Ashar, saya arahkan rombongan untuk menuju pasar wisata, masih berada di kompleks Masjid Ceng Ho. Selain menunggu datangnya waktu Shalat Maghrib, saya sengaja memberikan keleluasaan mereka untuk belanja oleh-oleh Bakpia Telo----ubi jalar----dan Bakpao Telo. Jajanan khas kota Pandaan.

Tepat di halaman pasar wisata, saya tertarik kepada seorang seniman yang sedang memainkan instrumen dengan cara yang unik.

Iya, seniman itu memainkan sekitar 14 alat musik secara bersamaan. Hanya seorang diri. Bibir, kedua tangan dan kakinya semua bergerak. Secara dinamis, Cak Ayub meniup, memetik dan memukul rhytem, gitar, harmonika, bass drum, suter drum, 4 remo drum, 2 tamborin, 2 angklung, ukulele dan cat.

Sore itu, Cak Ayub, nama seniman unik asal Pandaan itu sedang melantunkan isntrumental lagu Perahu Negeriku. Tembang apik penyanyi ibu kota, Frangky Sahilatua.

Lebih uniknya lagi, empat belas alat musik di atas dipasang menyatu dengan sepeda motor butut milik Cak Ayub.

“Doakan saya. Insya Allah setelah lebaran nanti saya akan tampil di acara talk show mas Dedy Corbuzer, Hitam Putih,” tutur Cak Ayub.

“Saya akan menempuh perjalanan dari Pandaan menuju Jakarta juga menggunakan sepeda motor musik ini. Itung-itung sambil ngamen,” lanjutnya.

Untuk mengapresiasi dedikasi kepada seni yang luar biasa indah itu, Cak Ayub memajang sebuah kotak partisipasi seikhlasnya. Siapa pun yang tergerak untuk mendukungnya, bisa memberikan donasi sepantasnya.

Sebelum Maghrib tiba, buru-buru saya bergegas menuju pasar wisata Ceng Ho. Berburu bakpia telo dan bakpao telo. Sayup-sayup saya mendengar alunan instrumen yang kembali dimainkan Cak Ayub:

Perahu negeriku
Perahu bangsaku
Menyusuri gelombang

Semangat rakyatku
Kibar benderaku
Menyeruak lautan
...........


Heru Sang Mahadewa
Member of #OneDayOnePost

2 komentar:

  1. Waah keren ya kang, kira2 berapa hari dia ke jakarta naik motornya??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbk Denik tahun lalu Jakarta - Surabaya sekitar seminggu. Berarti Cak Ayub juga tak jauh beda, mas Ian.

      Hapus

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *