Cak Ayub, seniman unik Pandaan - dokumen pribadi |
Senjakala nyaris saja tiba, ketika laju bus yang
membawa 120 peserta gathering family perusahaan tempat saya bekerja, memasuki
lahan parkir Masjid Ceng Ho, kota Pandaan, Pasuruan, Jawa Timur.
Saya lirik jarum jam di arloji menunjukkan pukul
tujuh belas kurang sepuluh menit. Meski sudah terlambat, tetapi waktu Shalat
Ashar belum habis. Buru-buru saya memberikan komando kepada rombongan family
gathering melalui pengeras suara TOA agar segera menuju Masjid berasitektur
bangunan Tiongkok. Tentunya, agar segera menunaikan kewajiban empat rakaat di
sore hari itu.
Selepas menunaikan Shalat Ashar, saya arahkan
rombongan untuk menuju pasar wisata, masih berada di kompleks Masjid Ceng Ho.
Selain menunggu datangnya waktu Shalat Maghrib, saya sengaja memberikan
keleluasaan mereka untuk belanja oleh-oleh Bakpia Telo----ubi jalar----dan Bakpao Telo. Jajanan khas kota Pandaan.
Tepat di halaman pasar wisata, saya tertarik
kepada seorang seniman yang sedang memainkan instrumen dengan cara yang unik.
Iya, seniman itu memainkan sekitar 14 alat musik
secara bersamaan. Hanya seorang diri. Bibir, kedua tangan dan kakinya
semua bergerak. Secara dinamis, Cak Ayub meniup, memetik dan memukul rhytem, gitar,
harmonika, bass drum, suter drum, 4 remo drum, 2 tamborin, 2 angklung, ukulele
dan cat.
Sore itu, Cak Ayub, nama seniman unik asal Pandaan
itu sedang melantunkan isntrumental lagu Perahu Negeriku. Tembang apik penyanyi
ibu kota, Frangky Sahilatua.
Lebih uniknya lagi, empat belas alat musik di atas
dipasang menyatu dengan sepeda motor butut milik Cak Ayub.
“Doakan saya. Insya Allah setelah lebaran nanti
saya akan tampil di acara talk show mas Dedy Corbuzer, Hitam Putih,” tutur Cak Ayub.
“Saya akan menempuh perjalanan dari Pandaan menuju
Jakarta juga menggunakan sepeda motor musik ini. Itung-itung sambil ngamen,”
lanjutnya.
Untuk mengapresiasi dedikasi kepada seni yang luar
biasa indah itu, Cak Ayub memajang sebuah kotak partisipasi seikhlasnya. Siapa
pun yang tergerak untuk mendukungnya, bisa memberikan donasi sepantasnya.
Sebelum Maghrib tiba, buru-buru saya bergegas
menuju pasar wisata Ceng Ho. Berburu bakpia telo dan bakpao telo. Sayup-sayup
saya mendengar alunan instrumen yang kembali dimainkan Cak Ayub:
Perahu negeriku
Perahu bangsaku
Menyusuri gelombang
Semangat rakyatku
Kibar benderaku
Menyeruak lautan
...........
Heru
Sang Mahadewa
Member of #OneDayOnePost
Waah keren ya kang, kira2 berapa hari dia ke jakarta naik motornya??
BalasHapusMbk Denik tahun lalu Jakarta - Surabaya sekitar seminggu. Berarti Cak Ayub juga tak jauh beda, mas Ian.
Hapus