mudik - jatik.co |
Hari
ini, adalah hari terakhir dimana sebagian besar teman-teman di perusahaan
tempat saya mengais rejeki, menjalani aktivitas bekerja. Meski ada beberapa
yang baru libur lusa, seperti saya, tetapi mayoritas dari kami sudah
mendapatkan hak cuti lebaran mulai esok pagi hingga sepekan ke depan. Hal serupa,
mungkin juga dialami oleh sahabat sekalian.
Hari
ini, ratusan, bahkan ribuan ibu, ayah, atau istri dan anak sedang berharap-harap
bahagia bercampur cemas, menanti kedatangan anak, suami atau ayahnya. Mungkin, yang
terlintas di benak mereka adalah bayangan bagaimana dahulu sahabat berpamitan dari
kampung halaman, masih dengan status bukan siapa-siapa, lalu menuju sebuah
tanah harapan bernama: Kota Perantauan.
Berbulan-bulan,
bahkan bertahun-tahun kita bermandi peluh di kota yang memberi sugesti: impian hidup
yang lebih baik. Sementara, tanpa disadari, orang-orang terkasih yang tertinggal
di kampung halaman selalu menyebut nama sahabat dalam setiap Doanya. Dan, hari
inilah mereka memimpikan sahabat akan pulang dengan sebuah perubahan: hidup yang
lebih baik.
Hari
ini, orang-orang terkasih itu, tidak ingin sahabat pulang dengan membawa
kesedihan, apalagi kepiluan yang akan membekas dalam hidup mereka.
Sahabat
sekalian, saya hanya sekedar ingin berbagi. Tentunya dengan keinginan yang mungkin semua nyaris sama: pulang ke kampung halaman dengan kebahagiaan.
Bahagia
yang seperti apa?
Ukuran
kebahagiaan tidak selalu dilihat dari materi. Kesehatan, keselamatan sahabat
sekalian, lalu ciuman ke tangan ibu, ayah, kecupan ke kening istri dan anak,
sudah melampaui esensi dari rasa bahagia itu sendiri.
Untuk
mewujudkan itu, marilah kita saling mengingatkan. Apa
saja yang seyogyanya saya dan sahabat lakukan, agar perjalanan pulang ke kampung halaman,
atau yang lebih familiar disebut mudik (asal kata dari UDIK yang berarti orang
desa) tahun ini benar-benar membahagiakan?
Jaga Stamina.
Mulai
sore ini, nanti malam, hingga berangkat menuju kampung halaman, kondisi tubuh
perlu diperhatikan. Atur pola istirahat, agar sahabat sekalian tidak drop
selama perjalanan.
Seandainya
di tengah perjalanan nanti, sahabat sekalian merasa lelah, ngantuk, maka
beristirahatlah. Jangan memaksakan diri. Bahaya.
Periksa Rumah atau Kontrakan
Sebelum Mudik.
Pastikan
bahwa semua saluran kontaktor dari listrik, elpiji di rumah atau kamar
kontrakan sudah terputus. Jangan tinggalkan ia dengan kondisi tersambung.
Kunci
pintu dan pagar seaman mungkin. Jika perlu, titiplah pesan kepada penjaga
komplek jika sahabat sekalian tinggal di perumahan. Atau kepada tuan rumah,
jika nasib sahabat masih kurang beruntung seperti saya: masih tinggal di kamar
kontrakan.
Periksa Kelayakan Kendaraan.
Sebelum
berangkat, jangan lupa memastikan bahwa motor atau mobil sahabat sekalian sudah
laik jalan. Sempatkan ke bengkel, untuk memeriksa apa-apa yang memang harus
ditangani.
Gas,
rem, dan ban, adalah contoh titik-titik yang mutlak harus safety.
Jangan Membawa Muatan Berlebih.
Motor
dan mobil, meski menggunakan tenaga mesin, juga memiliki kapasitas. Buang
jauh-jauh kebiasaan membebani ia dengan muatan berlebih. Baik dari sisi
penumpang, maupun barang bawaan.
Bawalah
barang hanya seperlunya saja.
Patuhi Peraturan Lalu Lintas.
Sebuah
musibah di jalan, terkadang terjadi justru berawal dari kecerobohan dan
ketelodoran. Patuhi semua rambu lalu lintas yang ada di sepanjang perjalanan.
Jangan meremehkan papan usang yang terkadang tampak sepele tertancap di pinggir
jalan.
Sebentar
pun, jangan pernah mencoba untuk menjalankan motor dan mobil dengan kecepatan
tinggi, saat pulang ke kampung halaman di momen lebaran seperti sekarang.
Bahaya.
Semoga
perjalanan mudik sahabat sekalian membahagiakan. Demi menjawab harapan dan
impian ibu, ayah, istri dan anak pada hari-hari seperti sekarang: melihat senyum
kemenangan saat mereka menyambut kita di depan pintu.
Ingat,
tujuan mudik kita adalah ke rumah masa kecil dulu, bukan ke rumah sakit, apalagi ke rumah masa depan.
Selamat
mudik lebaran 1438 H.
Salam
bahagia,
(Heru Sang Mahadewa)
Member
of One Day One Post
0 komentar:
Posting Komentar