Kamis, 28 April 2016

BALADA SANG PENGHUTANG NYAWA (Part 3)



Legend Coffe Yogyakarta - image google


“Ayo nambah lagi kawan!” Ucap Rendi.

“Sudah-sudah, ini saja rasanya mau luber isi perutku Ren.” Jawab Idrus. Sementara Hendri yang duduk disamping Rendi hanya tersenyum kecil. Ia malah asyik menikmati sepiring menu makanan yang belum juga dihabiskannya.

Sore itu, sepulang dinas Rendi mengajak dua sahabatnya, Idrus dan Hendri mampir ke sebuah rumah makan. Dua sahabat yang telah menyelamatkan nyawanya di belantara rimba Papua dua belas tahun silam.

“Seharusnya dulu kutinggalkan saja kau di belantara Papua. Biar dimakan binatang buas, atau jadi santapan Canibal OPM!” Ledek Idrus sambil tertawa terbahak-bahak.

“Hahaha… Kalian benar-benar malaikat penyelamatku. Mungkin saat ini istriku sudah menjanda, dan anak-anakku menjadi yatim, andai kalian tak membawaku ke bukit itu!” Balas Rendi sembari menuangkan lagi sebotol Coca-cola ke gelas Idrus dan Hendri.

“Eh, gimana kalau nanti malam ganti aku yang mentraktir kalian?” Hendri yang dari tadi memilih senyum-senyum saja, tiba-tiba mengeluarkan suara juga.

“Senang sekali. Ayo, kemana Hen?” Tanya Idrus.

“Café dekat rumahku saja, Sleman.” Jawab Hendri.

“Waduh, malam nanti jagoanku sudah memalak aku kawan. Ia minta diantar keliling kota.” Rendi mengeluh. Ia terlihat kecewa sekaligus sungkan dengan kedua sahabatnya. Tetapi anak-anaknya terlanjur ia sanggupi untuk diantar berkeliling kota malam nanti.

“Oke deh, kita berdua saja.”

“Sip, nanti sekalian kau jemput aku Hen!” Tutup Idrus.

**********
Yogyakarta, Maret 2013.

Idrus dan Hendri masih asyik mengobrol di sebuah meja yang terletak di sudut cafe. Meski pengunjung yang lain sudah mulai meninggalkan tempat itu, tetapi mereka berdua masih enggan beranjak.

Legend Coffee sudah lengang. Hanya tersisa Idrus dan Hendri, ketika tiba-tiba seorang berbadan gempal menghampiri mereka. Rambutnya kribo dengan kulit hitam legam. Berbagai gambar tato terlihat berserakan di tubuhnya.

Beberapa orang lainnya juga terlihat mondar-mandir di depan pintu cafe.

“Bang, sudah larut malam ini. Waktuku untuk nge-Fly sekarang!” Pria bertato itu membuka pembicaraan.

“Beri kami uang untuk membeli bubuk surga!” Ia mulai menggertak.

“Apa? Ulangi lagi! Kau bilang apa tadi?” Jawab Hendri yang tersinggung.

“Berikan uang kalian!”

Brak!

Tanpa aba-aba Idrus langsung mendorong meja yang menghalangi posisinya dengan pria itu. Disusul sebuah bogem mentahnya melayang ke wajah pria bertato. Seketika jatuh tersungkur.

Sontak tiga orang lelaki yang dari tadi mondar-mandir di depan pintu segera berlari kearah Idrus. Dua orang mengeroyok Idrus. Sementara seorang lagi bersama pria bertato yang sudah bangun mengeroyok Hendri.

“Kami anggota kesatuan K! Jangan macam-macam!” Bentak Idrus.

“Kalian kira kami takut dengan nama kesatuan K? Ini daerah kami bang! Kami penguasanya!” Tantang pria bertato.

Terjadi perkelahian. Dua melawan empat. Idrus dan Hendri yang sudah terlatih awalnya mampu mengimbangi. Tetapi akhirnya keadaan menjadi tidak seimbang ketika empat kawanan preman itu mengeluarkan celurit dan golok. Sementara Idrus dan Hendri hanya bertahan dengan tangan kosong.

Sebuah bacokan di pelipis dan kepala Hendri membuat ia tersungkur. Ketika Idrus hendak menolongnya, dari arah lain sebuah tusukan juga menghunjam perutnya. Belum sempat Idrus menangkis, tiba-tiba sebuah pecahan botol runcing ditancapkan oleh pria bertato tepat ke dada Idrus.

Kejadian berlangsung begitu cepat. Empat kawanan preman itu segera berlari meninggalkan Legend Cafe. Idrus dan Hendri yang terluka parah ditolong oleh beberapa karyawan cafe dan dilarikan ke RS Bethesda.

**********
Rendi masih tertidur pulas, berkali-kali nada dering ponselnya berbunyi. Awalnya ia sedikit jengkel ada penelpon di jam tiga dinihari begini. Namun ia segera meloncat dari tempat tidur ketika mengetahui nomor yang masuk adalah milik Idrus.

“Halo, selamat malam, disini IGD RS Bethesda Yogyakarta. Pemilik nomor ini sedang kritis dan dirawat di IGD RS Bethesda. Apakah bapak mengenalnya?” Terdengar suara seorang wanita dari ponselnya.

“Iya mbak, itu nomor ponsel teman saya. Ada apa dengan dia?”

“Lebih jelasanya silahkan bapak atau keluarga segera melihat kondisi pasien. Terima kasih, Selamat malam.” Tutup si penelpon.

“Idrus, kenapa kau kawan?” Pikir Rendi.

Ia segera membangunkan istrinya. Sebentar berganti baju lalu segera menggeber motornya ke RS Bethesda.

**********
Rendi terduduk bersimpuh di rerumputan TMP. Gundukan tanah didepannya masih basah. Berbagai bunga beraneka warna juga masih segar tertabur diatasnya.

“Seharusnya aku yang lebih dulu mati di belantara Papua. Kenapa justru kau yang kini meninggalkanku Idrus?”

“Tenanglah dalam tidur panjangmu. Aku tidak akan pernah lupa dengan pertolonganmu. Hutang nyawa bayar nyawa kawan!”

Rendi menyeka buliran netra yang mengumpul di pelupuk matanya. Ia mengambil posisi berdiri tegap. Lalu menghormat kepada batu nisan dihadapannya. Sertu Idrus Sahertian bin Haji Abdoel Moenaf.

Makam prajurit - image google

~ BERSAMBUNG ~

Baca juga kisah sebelumnya di :
Lanjutan kisahnya di Part 4

#OneDayOnePost
#PostingHariKeempatPuluhEmpat

----------------------------------------
Cerita ini saya dedikasikan untuk almarhum Sertu HS yang telah menyelamatkan nyawa Serda UTS saat mereka dikirim ke medan tugas. Keduanya adalah anggota Grup 2 Kopassus Kandang Menjangan, Kartasura.

15 komentar:

  1. Sediiih reeek,
    part 3 iki kisah nyata ga, Her?

    BalasHapus
  2. Sediiih reeek,
    part 3 iki kisah nyata ga, Her?

    BalasHapus
  3. Insya Allah nyata Lis.
    Diberi sedikit sentuhan fiksi.
    Nama tokoh disamarkan 😁

    BalasHapus
  4. Sedih hiks hiks

    Cafe legend neng ndi yo

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jl Abubakar Ali, Kota Baru DIY mbakyu.
      Sedikit sy plesetkan. True storynya sbnrnya di Hugo's Cafe Sleman

      Hapus
    2. Jl Abubakar Ali, Kota Baru DIY mbakyu.
      Sedikit sy plesetkan. True storynya sbnrnya di Hugo's Cafe Sleman

      Hapus
  5. Terharu...
    Kpn ya aku bisa nulis based on true story kyk gini.
    Kyknya mesti byk belajar dr tulisan2 nya mas Heru ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih mbk Deasy,
      Sy jg masih pemula ini,
      Mesti bnyk bljr jg dr tulisan2 mbk Deasy

      Hapus
  6. Menyentuh sekaliii...

    Pandai Mas heru menyampaikan setiap kisah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah, mbk Ciani berlebihan deh.
      Saya msh beljar ini

      Hapus
    2. Ah, mbk Ciani berlebihan deh.
      Saya msh beljar ini

      Hapus
  7. Speechless... bener2 baguusss.... gile lu ndro.. aduh Suhu Heru, salut!

    BalasHapus
  8. Speechless... bener2 baguusss.... gile lu ndro.. aduh Suhu Heru, salut!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbk Indri ini selalu berlebihan, masih compang camping tulisan saya.

      Hapus

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *