Jumat, 15 April 2016

JUGUN IANFU (Part 1)



Klenteng Bun Bio di Jalan Kapasan Surabaya tahun 1940 - image google

Soerabaja, 1942.

“Kas, ambilkan beras di gudang belakang!” Perintah Koh Akhiong.

“Berapa Koh?” Jawab Kasmoeri, pemuda yang sehari-hari bekerja sebagai kuli panggul di sebuah toko di daerah Kapasan.

Sak karung ae Kas!” Teriak Akhiong, juragan Kasmoeri dengan logat China Surabaya.

Sambil menghisap klobot dalam-dalam, pedagang yang dikenal pelit oleh Kasmoeri itu menghitung kepingan uang logam yang disodorkan seorang pembeli. Asap mengepul dari mulut pria Tionghoa paruh baya itu.

Sisan berase kon terne tok omahe yo!” Perintah Koh Akhiong.

“Iya Koh.”Kasmoeri mengangkat sekarung beras menuju sepeda onthel milik juragannya yang ada di samping toko.

Iki alamate Cak.” Terdengar suara seorang gadis dari belakang Kasmoeri. 

Ia kaget, tanpa sapaan lebih dulu tiba-tiba wanita itu sudah ada di dekatnya. Diterimanya selembar kertas dengan coretan beberapa huruf yang tidak dimengerti Kasmoeri. Ia memang tidak pernah mengenyam bangku Sekolah Rakyat.

“Oh… iyo Ning!” Jawab Kasmoeri dengan gugup, terkesima dengan paras cantik gadis di hadapannya. Perawakannya tinggi semampai, kulitnya kuning bersih dengan rambut panjang digelung. Sebuah tahi lalat menghias di bawah bibirnya.

Si gadis hanya tersenyum kecil lalu menunduk. Disingkapnya kain jarit yang membalut kakinya sedikit keatas sembari mengayuh sepeda onthel. Sementara Kasmoeri tanpa berkedip terus menatap pemandangan indah di hadapannya sampai gadis itu menghilang di ujung jalan Kapasan.

“Koh, tulisan ini apa artinya?” Tanya Kasmoeri sambil cengar-cegir kepada juragannya.

“Oalah Kas, makane ta kon iku sinauo moco!”

“Pak Soegondo, Tembaan gang siji, bakul Lontong Balap.” Akhiong membacakan tulisan itu.

 “Kamu berangkat saja ke Tembaan, nanti tanya rumahnya Pak Soegondo penjual Lontong Balap, semua orang sudah tahu.”

******
Beberapa bulan berlalu, Kasmoeri menjadi keseringan mengantar beras yang dibeli anak Pak Soegondo di toko Koh Akhiong. Hampir setiap seminggu sekali ia mengayuh sepeda onthel dari Kapasan menuju Tembaan.

“Ning, kalau boleh tahu jenengmu sopo to?” Suatu hari Kasmoeri memberanikan diri mengakrabi anak Pak Soegondo saat mengantar beras.

“Soendari Cak namaku.” Jawab si gadis.

“Kasmoeri!” Dengan pedenya ia mengulurkan tangan, yang diluar dugaan disambut dengan salaman halus oleh Soendari.

Sesaat Kasmoeri tanpa sadar menahan jabatan itu. Soendari cepat-cepat menarik tangannya dan menunduk, lalu menyelinap masuk kedalam rumahnya karena tersipu. Sementara Kasmoeri masih shock dengan kejadian barusan. Dadanya tiba-tiba bergemuruh seperti suara derasnya air jatuh di bendungan Kali Jagir Wonokromo.

Dengan semangat berlipat-lipat Kasmoeri mengayuh sepeda onthelnya membelah jalan Tembaan, menyusuri kampung Undaan. Kembali ke Kapasan.

Sampai di depan toko Koh Akhiong, ia dikejutkan suara ribut-ribut dari dalam gudang. Terlihat juragannya bersimpuh di pojok ruangan sambil meratap minta ampun.

Segerombolan orang mengacung-acungkan senapan kearah pedagang China itu. Logat bahasanya terdengar berbeda dengan Koh Akhiong meski sama-sama bermata sipit. Mereka kelihatan kikuk membentak-bentak dengan dialek Surabaya yang dipaksakan. Kasmoeri pun bisa menarik kesimpulan bahwa orang-orang itu sedang berbuat jahat. Beberapa orang sibuk mengangkut semua beras yang ada di gudang dan menaikkan keatas truk. 

Setelah gerombolan itu pergi, barulah Koh Akhiong berani bercerita kepada Kasmoeri.

Wis kukut kabeh berasku Kas!” Rintih juragan itu meratapi nasibnya.

“Mereka mengaku saudara tua kita. Semua beras milikku disita, katanya mau digunakan untuk modal perang.”

“Mereka yang akan membebaskan kita dari Londo.” Jelas Koh Akhiong.

“Saudara tua? Saudara darimana Koh?” Tanya Kasmoeri.

“Mereka bangsa Nipon, sebaiknya kamu segera pulang Kas. Nipon juga menangkapi para pemuda seusiamu untuk dibawa ke Koblen.”

“Bukan itu saja, gadis-gadis seperti Soendari juga banyak yang diangkut untuk dijadikan Jugun Ianfu!

Soendari? Tiba-tiba Kasmoeri teringat wanita yang beberapa saat tadi telah membuatnya berbunga-bunga. Seketika itu pula ia segera berlari meninggalkan Koh Akhiong tanpa pamit.

Jangan-jangan benar omongan Koh Akhiong bahwa Soendari juga diangkut orang-orang bermata sipit itu tadi?

~ BERSAMBUNG ~

Baca lanjutan kisah Jugun Ianfu :
Part 2
Part 3

#OneDayOnePost
#PostingHariKetigaPuluhLima
#TantanganMenulisDenganAnalogi
------------------------------------------
Sak karung ae = Satu karung saja
Klobot = Rokok kretek yang lintingannya berbahan kulit jagung
Sisan berase kon terne tok omahe yo = Sekalian berasnya kamu antar ke rumahnya
Iki alamate Cak = Ini alamatnya mas
iyo Ning = Iya mbak
Makane ta kon iku sinauo moco = Makanya kamu itu belajarlah membaca
Gang siji = Gang satu
Bakul Lontong Balap = Penjual Lontong Balap (makanan khas Surabaya)
Jenengmu sopo to = Namamu siapa sih
Kali Jagir Wonokromo = Nama sebuah sungai yang membelah kota Surabaya
Wis kukut kabeh berasku = Sudah habis semua berasku
Londo = Belanda
Jugun Ianfu = Wanita Indonesia yang dipaksa menjadi pemuas nafsu tentara Jepang
Koblen = Penjara buatan Belanda tahun 1930, pada masa penjajahan Jepang digunakan untuk menampung pemuda-pemuda yang dipaksa menjadi Milisi, terletak di jalan Koblen (kini Jl. Bubutan, Surabaya)

15 komentar:

  1. asyuiik cerita ttg nipon, siiipppbanget

    BalasHapus
  2. Keren mas, jarang banget baca cerita seperti ini.

    BalasHapus
  3. Kerennnnn mas ceritanya, ta nitip tenda di sini sekkk..

    BalasHapus
  4. Keren. Suka ...suka..suka
    Njenengan gubah sendiri ceritanya kang..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Injih mbkyu .. meniko 100% gubahan kulo.
      Matur suwun sampun kerso tindak gubuk kulo

      Hapus
  5. Asyik2 ceritanya...#kepo nasib e soendari..
    Ternyata mas heru pakar cerbung iki...meguru ilmu aahhh...nang mas heru

    BalasHapus
  6. Melibatkan emosi. Bulu kudukku merinding bacanya. Eh tolong..aku hanyut mas.
    Hehehe. Mantaap

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe .. mbk Nie-Na bisa aja :)
      makasih udah mampir

      Hapus
  7. Baru baca. Ini yah.. bikin cerita begini pasti riset sana riset sini. Seru!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betulll bgt Mbk Vinny, harus blusukan ke Kota Tua Surabaya, baca2 berbagai artikel Surabaya Lama.

      Hapus

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *