Klenteng Bun Bio di Jalan Kapasan Surabaya tahun 1940 - image google |
Soerabaja,
1942.
“Kas, ambilkan beras di gudang belakang!” Perintah Koh Akhiong.
“Berapa Koh?” Jawab Kasmoeri, pemuda yang sehari-hari bekerja
sebagai kuli panggul di sebuah toko di daerah Kapasan.
“Sak karung ae
Kas!” Teriak Akhiong, juragan Kasmoeri dengan logat China Surabaya.
Sambil menghisap klobot
dalam-dalam, pedagang yang dikenal pelit oleh Kasmoeri itu menghitung kepingan
uang logam yang disodorkan seorang pembeli. Asap mengepul dari mulut pria Tionghoa paruh baya itu.
“Sisan berase kon
terne tok omahe yo!” Perintah Koh Akhiong.
“Iya Koh.”Kasmoeri mengangkat sekarung beras menuju sepeda onthel milik juragannya yang ada di samping toko.
“Iki alamate Cak.” Terdengar suara seorang gadis dari belakang Kasmoeri.
Ia kaget, tanpa sapaan lebih dulu tiba-tiba wanita itu sudah ada di dekatnya. Diterimanya selembar kertas dengan coretan beberapa huruf yang tidak dimengerti Kasmoeri. Ia memang tidak pernah mengenyam bangku Sekolah Rakyat.
Ia kaget, tanpa sapaan lebih dulu tiba-tiba wanita itu sudah ada di dekatnya. Diterimanya selembar kertas dengan coretan beberapa huruf yang tidak dimengerti Kasmoeri. Ia memang tidak pernah mengenyam bangku Sekolah Rakyat.
“Oh… iyo Ning!” Jawab Kasmoeri dengan gugup, terkesima dengan paras cantik gadis di hadapannya.
Perawakannya tinggi semampai, kulitnya kuning bersih dengan rambut panjang
digelung. Sebuah tahi lalat menghias di bawah bibirnya.
Si gadis hanya tersenyum kecil lalu menunduk. Disingkapnya kain jarit yang membalut kakinya sedikit keatas sembari mengayuh
sepeda onthel. Sementara Kasmoeri tanpa berkedip terus menatap pemandangan
indah di hadapannya sampai gadis itu menghilang di ujung jalan Kapasan.
“Koh, tulisan ini apa artinya?” Tanya Kasmoeri
sambil cengar-cegir kepada juragannya.
“Oalah Kas, makane
ta kon iku sinauo moco!”
“Pak Soegondo, Tembaan gang siji, bakul Lontong
Balap.” Akhiong membacakan tulisan itu.
“Kamu berangkat saja ke Tembaan, nanti tanya rumahnya
Pak Soegondo penjual Lontong Balap, semua orang sudah tahu.”
******
Beberapa bulan berlalu, Kasmoeri menjadi keseringan
mengantar beras yang dibeli anak Pak Soegondo di toko Koh Akhiong. Hampir
setiap seminggu sekali ia mengayuh sepeda onthel dari Kapasan menuju Tembaan.
“Ning, kalau
boleh tahu jenengmu sopo to?” Suatu
hari Kasmoeri memberanikan diri mengakrabi anak Pak Soegondo saat mengantar
beras.
“Soendari Cak namaku.” Jawab si gadis.
“Kasmoeri!” Dengan pedenya ia mengulurkan tangan, yang
diluar dugaan disambut dengan salaman halus oleh Soendari.
Sesaat Kasmoeri tanpa sadar menahan jabatan itu. Soendari
cepat-cepat menarik tangannya dan menunduk, lalu menyelinap masuk kedalam
rumahnya karena tersipu. Sementara Kasmoeri masih shock dengan kejadian barusan. Dadanya tiba-tiba bergemuruh seperti suara derasnya
air jatuh di bendungan Kali Jagir Wonokromo.
Dengan semangat berlipat-lipat Kasmoeri mengayuh
sepeda onthelnya membelah jalan Tembaan, menyusuri kampung Undaan. Kembali ke Kapasan.
Sampai di depan toko Koh Akhiong, ia dikejutkan suara ribut-ribut
dari dalam gudang. Terlihat juragannya bersimpuh di pojok ruangan sambil meratap minta ampun.
Segerombolan orang mengacung-acungkan senapan
kearah pedagang China itu. Logat bahasanya terdengar berbeda dengan Koh Akhiong
meski sama-sama bermata sipit. Mereka kelihatan kikuk membentak-bentak dengan dialek Surabaya yang dipaksakan. Kasmoeri pun bisa menarik kesimpulan bahwa orang-orang itu sedang berbuat jahat. Beberapa orang sibuk mengangkut semua beras yang ada di gudang dan menaikkan keatas truk.
Setelah gerombolan itu pergi,
barulah Koh Akhiong berani bercerita kepada Kasmoeri.
“Wis kukut kabeh
berasku Kas!” Rintih juragan itu meratapi nasibnya.
“Mereka mengaku saudara tua kita. Semua beras milikku
disita, katanya mau digunakan untuk modal perang.”
“Mereka yang akan membebaskan kita dari Londo.” Jelas Koh Akhiong.
“Saudara tua? Saudara darimana Koh?” Tanya Kasmoeri.
“Mereka bangsa Nipon, sebaiknya kamu segera pulang
Kas. Nipon juga menangkapi para pemuda seusiamu untuk dibawa ke Koblen.”
“Bukan itu saja, gadis-gadis seperti Soendari juga
banyak yang diangkut untuk dijadikan Jugun Ianfu!”
Soendari? Tiba-tiba Kasmoeri teringat wanita yang beberapa saat tadi telah membuatnya berbunga-bunga. Seketika itu pula ia segera berlari meninggalkan
Koh Akhiong tanpa pamit.
Jangan-jangan benar omongan Koh Akhiong bahwa Soendari
juga diangkut orang-orang bermata sipit itu tadi?
~ BERSAMBUNG ~
#OneDayOnePost
#PostingHariKetigaPuluhLima
#TantanganMenulisDenganAnalogi
------------------------------------------
Sak karung ae
= Satu
karung saja
Klobot = Rokok kretek yang
lintingannya berbahan kulit jagung
Sisan berase
kon terne tok omahe yo = Sekalian berasnya kamu antar ke rumahnya
Iki alamate Cak
= Ini
alamatnya mas
iyo Ning = Iya mbak
Makane ta kon
iku sinauo moco = Makanya kamu itu belajarlah membaca
Gang siji = Gang satu
Bakul Lontong
Balap = Penjual Lontong Balap (makanan khas Surabaya)
Jenengmu sopo
to = Namamu
siapa sih
Kali Jagir
Wonokromo = Nama sebuah sungai yang membelah kota Surabaya
Wis kukut
kabeh berasku = Sudah habis semua berasku
Londo = Belanda
Jugun Ianfu = Wanita Indonesia yang dipaksa menjadi pemuas nafsu tentara Jepang
Koblen = Penjara buatan Belanda tahun 1930, pada masa penjajahan Jepang digunakan untuk menampung pemuda-pemuda yang dipaksa menjadi Milisi, terletak di jalan Koblen (kini Jl. Bubutan, Surabaya)
asyuiik cerita ttg nipon, siiipppbanget
BalasHapusHeheee ... sik biasa Lis
HapusKeren mas, jarang banget baca cerita seperti ini.
BalasHapusMsh hrs bnyk bljar saya mbk Nur
HapusKerennnnn mas ceritanya, ta nitip tenda di sini sekkk..
BalasHapusTerima kasih sudah singgah mbk Raida
HapusKeren. Suka ...suka..suka
BalasHapusNjenengan gubah sendiri ceritanya kang..
Injih mbkyu .. meniko 100% gubahan kulo.
HapusMatur suwun sampun kerso tindak gubuk kulo
Asyik2 ceritanya...#kepo nasib e soendari..
BalasHapusTernyata mas heru pakar cerbung iki...meguru ilmu aahhh...nang mas heru
Biasa aj mbk Riendra ..
HapusSaya jg msh bljar ini
Melibatkan emosi. Bulu kudukku merinding bacanya. Eh tolong..aku hanyut mas.
BalasHapusHehehe. Mantaap
hehe .. mbk Nie-Na bisa aja :)
Hapusmakasih udah mampir
Kompor gas!
BalasHapusBaru baca. Ini yah.. bikin cerita begini pasti riset sana riset sini. Seru!
BalasHapusBetulll bgt Mbk Vinny, harus blusukan ke Kota Tua Surabaya, baca2 berbagai artikel Surabaya Lama.
Hapus