KRI Usman - Harun - image google |
Hari ini saya menghadiri undangan
tasyakuran khitan anak dari seorang teman alumni sekolah. Teman saya ini tinggal
di sebuah kampung dekat bandara Juanda, Sidoarjo yang menjadi kawasan basis
militer.
Sepulang dari rumah teman, saya
sempat berhenti dan mengernyitkan dahi ketika melihat sebuah tulisan dalam selembar
kertas yang ditempel pada sebuah tembok di ujung gang. Entah siapa yang membuat
tulisan kreativ itu.
Meski selebaran itu ditulis tangan
dengan coretan huruf yang sederhana, tapi sangat mendalam pesan yang
disampaikan pembuatnya.
“Usman – Harun… My Super Heroes”
bunyi tempelan kertas itu.
Saya jadi ingat nama kedua tokoh yang
dimaksud. Setahun silam, negeri tetangga kita Singapura memprotes keras
terhadap pemberian nama kapal perang TNI AL dengan menggunakan label KRI USMAN - HARUN.
Sesampai di kontrakan, saya mencari
dan membuka-buka lagi file koleksi tentang kepahlawanan dua anak muda yang
gugur sebagai patriot TNI Angkatan Laut itu.
******
Usman lahir di Purbalingga dengan
nama Usman Janatin bin H. Ali Hasan.
Sedangkan Harun dilahirkan di pulau
Bawean, Gresik dengan nama kecil Tohir bin Said. Keduanya adalah anggota pasukan inti
KKO (sekarang Marinir TNI AL).
Mereka dikirim ke Semenanjung Malaya
di era Presiden Soekarno yang saat itu menentang kebijakan Malaysia untuk menyatukan Brunei ke wilayah Sabah Serawak. Bung Karno menganggap ulah Malaysia sebagai Imperialisme Gaya Baru.
Bung Karno pula yang di masa-masa itu mengeluarkan resolusi “Ganyang Malaysia!”
Usman & Harun sendiri disusupkan
oleh KKO ke Singapura dengan misi melakukan sabotase terhadap kepentingan negeri
Singa. Negara Singapura sendiri menjadi bagian dari boneka
Inggris bersama Malaysia.
Misi berhasil! Tanggal 10 Maret 1966
Usman dan Harun sukses melaksanakan tugas dari komandan KKO di Jakarta untuk melakukan
pengeboman gedung Mac Donald House Orchard Road Singapura dan menewaskan tiga
orang.
Singapura gempar! Sontak saat itu
juga seluruh akses keluar Singapura langsung ditutup. Semua kesatuan intelijen dan
militer Singapura dikerahkan untuk mencari pelaku. Akhirnya Usman dan Harun tertangkap
Pasukan AL Singapura yang mengejarnya setelah perahu motornya rusak di perairan
Singapura - Batam.
Berbagai upaya grasi diajukan oleh
Indonesia ke pemerintah Singapura dan Malaysia ketika itu. Usman-Harun
mengajukan diri agar diperlakukan sebagai tawanan perang, karena misi pengeboman yang mereka lakukan adalah semata-mata
menjalankan tugas negara. Sedangkan pemerintah Singapura tetap menganggap Usman
dan Harun sebagai teroris yang harus diproses dengan hukum pidana umum.
Proses tarik ulur negosiasi terhadap
dua prajurit muda kita memakan waktu beberapa tahun. Sementara di tanah air
sendiri sudah terjadi pergantian pemimpin. Pak Harto yang menggantikan Bung
Karno berkali-kali mengirim surat pribadi dan utusan khusus ke kedua negara.
Semua mentah dan ditolak dengan keras.
Terakhir upaya kasasi pemerintah Indonesia
juga ditolak Mahkamah Internasional “Privy Cauncil” di London, Inggris. Bahkan
saat detik-detik menjelang hari eksekusi, Mr Lee (PM Lee Kuan Yew) memilih
bepergian ke China. Orang-orang menyebutnya sebagai bentuk ketakutan Lee muda pada
Suharto kala itu. Pak Harto sendiri sebelumnya menegaskan ingin bernegosiasi
empat mata dengan Mr Lee menjelang hari eksekusi.
Tanggal 17 Oktober 1968 Usman dan Harun
dihukum di tiang gantungan pengadilan Changi Singapura. Kedua pahlawan itu
gugur dalam usia yang masih muda, 25 tahun. Jenasah mereka dikirim ke Indonesia
dan dimakamkan di TMP Kalibata.
Sehari setelah itu, Pak Harto menarik
seluruh Diplomat RI dari Singapura sebagai bentuk protes atas hukuman gantung
terhadap Usman-Harun. Beberapa tahun pula hubungan diplomatik Indonesia dan
Singapura putus.
Tahun 1973 PM Singapura mengirim
utusan bahwa pemimpin Singapura itu berniat melakukan kunjungan ke Indonesia
untuk melakukan pemulihan hubungan diplomatik.
Presiden Suharto mengajukan syarat, jika Singapura ingin memulihkan hubungan dengan pemerintah RI, maka PM Lee Kuan
Yew harus menaburkan bunga dulu di makan Usman dan Harun.
Luar biasa menurut saya syarat yang
diajukan Pak Harto ketika itu. PM Lee Kuan Yew setuju. Ia benar-benar menepati
janjinya untuk menabur dan meletakkan karangan bunga di makam Usman dan Harun.
Hubungan diplomatik RI – Singapura pun kembali membaik sejak itu.
Empat dasawarsa telah berlalu
(tepatnya tahun 2014 lalu), pemerintah Singapura kembali berulah dengan
memprotes penggunaan nama Usman - Harun pada Kapal Perang TNI AL. Singapura
menganggap keduanya adalah teroris. Sementara bagi kita bangsa Indonesia mereka
adalah Pahlawan. Keduanya pun sudah dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.
Lee Kuan Yew saat menabur bunga di makam Usman-Harun - foto Tempo |
Saya termenung sesaat setelah melihat
foto Usman dan Harun yang terborgol, mencoba menata perasaan yang tiba-tiba
ditumbuhi jiwa “Bela Bangsa”. Saya membuka lagi sebuah catatan yang pernah saya
simpan beberapa waktu yang lalu.
*****
Dihaturkan :
Bunda ni Hadji
Mochamad Ali
Tawangsari
Dengan ini
anaknda kabarkan bahwa sepeninggal surat ini tetap mendo’akan Bunda … dan
keluarga semua para sepuh Lamongan dan Purbalingga Laren Bumi Ayu.
… Perlu anaknda
menghaturkan berita duka kepangkuan Bunda bahwa pelaksanaan hukuman mati keatas
anaknda telah diputuskan pada 17 Oktober 1968 Hari Kamis Radjab 1388.
Anaknda disana tetap memohon keampunan dosa kesalahan
Bunda, saudara semua dan mengihtiarkan sepenuh-penuhnya pengampunan kepada
Tuhan Yang Maha Kuasa.
… tersiarnya kabar
yang menyedihkan ini tidak akan menyebabkan akibat yang tidak menyenangkan
bahkan sebaliknya ikhlas dan bersukurlah
sebanyak-banyaknya rasa karunia Tuhan yang telah menentukan nasib anaknda.
Sekali lagi
anaknda mohon ampun dan maaf atas kesalahan dan dosa anaknda ke pangkuan Bunda
Mas Choenem, Mas Matori, Mas Chalim, Ju Rochajah, Ju Pualidi, Rodijah, Turiah
dan keluarga Tawangsari Lamongan Jatisaba Purbalingga Laren Bumiayu.
Anaknda,
Ttd.
(Osman bin Hadji
Ali)
*****
Diaturkan
Yang Mulia Ibundaku
Aswiani Binti Bang
Yang Diingati siang dan malam
Dengan segala hormat,
Ibundaku yang dikasihi, surat ini berupa surat terakhir
dari ananda Tohir. Ibunda, sewaktu ananda menulis surat ini hanya tinggal
beberapa waktu saja ananda dapat melihat dunia yang fana ini.
……
Ananda harap kepada Ibunda supaya bersabar karena setiap kematian manusia yang menentukan
ialah Tuhan Yang Maha Kuasa dan setiap manusia yang ada di dalam dunia ini
tetap akan kembali kepada Illahi.
Mohon Ibunda ampunilah segala dosa-dosa dan kesalahan
ananda selama ini. Sudilah Ibundaku menerima ampun dan salam sembah sujud dari
ananda yang terakhir ini. Tolong sampaikan salam kasih mesra ananda kepada
seisi kaum keluarga.
Ananda tutup surat ini dengan ucapan terima kasih dan
Selamat Tinggal untuk selama-lamanya. Amin
Hormat ananda,
Ttd.
(Harun Said Tohir Mahadar)
Jangan dibalas lagi!
*****
Kedua kutipan tersebut adalah penggalan surat yang dikirim oleh Usman
dan Harun saat detik-detik terakhir menjelang keduanya dieksekusi hukuman
gantung di pengadilan Changi Singapura.
Dada saya mendadak terasa sesak. Meski
tidak begitu paham apa arti Patriotisme, tapi sepertinya saya patut untuk ikut
di barisan orang-orang yang akan “Bertelanjang
Dada Untuk Menentang” jika nama Kapal Perang KRI Usman – Harun diganti!
KRI Usman - image google |
KRI Harun - image google |
Surabaya, 21 April 2016
(Heru Widayanto)
Sejarah yg disajikan dengan enak, sehingga asyik membacanya,,suwuun yo, ak jd ngerti sejarah
BalasHapusSm2 Lis ..
BalasHapusAku yo podo sik blajare iki
Wah ilmu baru lagi..terimakasih..
BalasHapusTerima kasih mbk Wiwid,
HapusSm2 tukar pengetahuan
Terima kasih mbk Wiwid,
HapusSm2 tukar pengetahuan
Menyegarkan kembali peristiwa heroik. Bagus sekali mas..
BalasHapusterima kasih Pak Parto
HapusKeren mas Heru....
BalasHapusbener-bener menumbuhkah rasa nasionalisme...
Nasionalisme yang mungkin sekarang mulai terkikis pada kepribadian anak2 muda :)
HapusKRI Usman-Harun... nama kapal baru yang membuat RI-Singapura memanas.👍
BalasHapusSaya juga ikut panas mas Urip
Hapuswaaah... keren mas heru, saya jadi tahu secuil sejarah pahlawan negeri ini...
BalasHapusterima kasih, semoga kita menjadi bangsa yang tidak melupakan pengorbanan pahlawannya
HapusSeperti membuka luka lama..hikss.. baru baca surat terakhir mereka, mengharuka sekali.
BalasHapusIya, kalimat terakhir dari surat mereka yang bikin terharu
Hapus