Kamis, 21 April 2016

JALAN KEMATIAN SANG PATRIOT



KRI Usman - Harun - image google
Hari ini saya menghadiri undangan tasyakuran khitan anak dari seorang teman alumni sekolah. Teman saya ini tinggal di sebuah kampung dekat bandara Juanda, Sidoarjo yang menjadi kawasan basis militer.

Sepulang dari rumah teman, saya sempat berhenti dan mengernyitkan dahi ketika melihat sebuah tulisan dalam selembar kertas yang ditempel pada sebuah tembok di ujung gang. Entah siapa yang membuat tulisan kreativ itu.

Meski selebaran itu ditulis tangan dengan coretan huruf yang sederhana, tapi sangat mendalam pesan yang disampaikan pembuatnya.

“Usman – Harun… My Super Heroes” bunyi tempelan kertas itu.

Saya jadi ingat nama kedua tokoh yang dimaksud. Setahun silam, negeri tetangga kita Singapura memprotes keras terhadap pemberian nama kapal perang TNI AL dengan menggunakan label KRI USMAN - HARUN.

Sesampai di kontrakan, saya mencari dan membuka-buka lagi file koleksi tentang kepahlawanan dua anak muda yang gugur sebagai patriot TNI Angkatan Laut itu.

******
Usman lahir di Purbalingga dengan nama Usman Janatin bin H. Ali Hasan. Sedangkan Harun  dilahirkan di pulau Bawean, Gresik dengan nama kecil Tohir  bin Said. Keduanya adalah anggota pasukan inti KKO (sekarang Marinir TNI AL).

Mereka dikirim ke Semenanjung Malaya di era Presiden Soekarno yang saat itu menentang kebijakan Malaysia untuk menyatukan Brunei ke wilayah Sabah Serawak. Bung Karno menganggap ulah Malaysia sebagai Imperialisme Gaya Baru. Bung Karno pula yang di masa-masa itu mengeluarkan resolusi “Ganyang Malaysia!”

Usman & Harun sendiri disusupkan oleh KKO ke Singapura dengan misi melakukan sabotase terhadap kepentingan negeri Singa. Negara Singapura sendiri menjadi bagian dari boneka Inggris bersama Malaysia.

Misi berhasil! Tanggal 10 Maret 1966 Usman dan Harun sukses melaksanakan tugas dari komandan KKO di Jakarta untuk melakukan pengeboman gedung Mac Donald House Orchard Road Singapura dan menewaskan tiga orang.

Singapura gempar! Sontak saat itu juga seluruh akses keluar Singapura langsung ditutup. Semua kesatuan intelijen dan militer Singapura dikerahkan untuk mencari pelaku. Akhirnya Usman dan Harun tertangkap Pasukan AL Singapura yang mengejarnya setelah perahu motornya rusak di perairan Singapura - Batam.

Berbagai upaya grasi diajukan oleh Indonesia ke pemerintah Singapura dan Malaysia ketika itu. Usman-Harun mengajukan diri agar diperlakukan sebagai tawanan perang, karena misi pengeboman yang mereka lakukan adalah semata-mata menjalankan tugas negara. Sedangkan pemerintah Singapura tetap menganggap Usman dan Harun sebagai teroris yang harus diproses dengan hukum pidana umum.

Proses tarik ulur negosiasi terhadap dua prajurit muda kita memakan waktu beberapa tahun. Sementara di tanah air sendiri sudah terjadi pergantian pemimpin. Pak Harto yang menggantikan Bung Karno berkali-kali mengirim surat pribadi dan utusan khusus ke kedua negara. Semua mentah dan ditolak dengan keras.

Terakhir upaya kasasi pemerintah Indonesia  juga ditolak Mahkamah Internasional “Privy Cauncil” di London, Inggris. Bahkan saat detik-detik menjelang hari eksekusi, Mr Lee (PM Lee Kuan Yew) memilih bepergian ke China. Orang-orang menyebutnya sebagai bentuk ketakutan Lee muda pada Suharto kala itu. Pak Harto sendiri sebelumnya menegaskan ingin bernegosiasi empat mata dengan Mr Lee menjelang hari eksekusi.

Tanggal 17 Oktober 1968 Usman dan Harun dihukum di tiang gantungan pengadilan Changi Singapura. Kedua pahlawan itu gugur dalam usia yang masih muda, 25 tahun. Jenasah mereka dikirim ke Indonesia dan dimakamkan di TMP Kalibata.

Sehari setelah itu, Pak Harto menarik seluruh Diplomat RI dari Singapura sebagai bentuk protes atas hukuman gantung terhadap Usman-Harun. Beberapa tahun pula hubungan diplomatik Indonesia dan Singapura putus.

Tahun 1973 PM Singapura mengirim utusan bahwa pemimpin Singapura itu berniat melakukan kunjungan ke Indonesia untuk melakukan pemulihan hubungan diplomatik.

Presiden Suharto mengajukan syarat, jika Singapura ingin memulihkan hubungan dengan pemerintah RI, maka PM Lee Kuan Yew harus menaburkan bunga dulu di makan Usman dan Harun.

Luar biasa menurut saya syarat yang diajukan Pak Harto ketika itu. PM Lee Kuan Yew setuju. Ia benar-benar menepati janjinya untuk menabur dan meletakkan karangan bunga di makam Usman dan Harun. Hubungan diplomatik RI – Singapura pun kembali membaik sejak itu.

Empat dasawarsa telah berlalu (tepatnya tahun 2014 lalu), pemerintah Singapura kembali berulah dengan memprotes penggunaan nama Usman - Harun pada Kapal Perang TNI AL. Singapura menganggap keduanya adalah teroris. Sementara bagi kita bangsa Indonesia mereka adalah Pahlawan. Keduanya pun sudah dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.
 
Gedung Mac Donald House sesaat setelah di bom Usman-Harun - image google
Lee Kuan Yew saat menabur bunga di makam Usman-Harun - foto Tempo

Saya termenung sesaat setelah melihat foto Usman dan Harun yang terborgol, mencoba menata perasaan yang tiba-tiba ditumbuhi jiwa “Bela Bangsa”. Saya membuka lagi sebuah catatan yang pernah saya simpan beberapa waktu yang lalu.

*****
Dihaturkan :
Bunda ni Hadji Mochamad Ali
Tawangsari

Dengan ini anaknda kabarkan bahwa sepeninggal surat ini tetap mendo’akan Bunda … dan keluarga semua para sepuh Lamongan dan Purbalingga Laren Bumi Ayu.

… Perlu anaknda menghaturkan berita duka kepangkuan Bunda bahwa pelaksanaan hukuman mati keatas anaknda telah diputuskan pada 17 Oktober 1968 Hari Kamis Radjab 1388.

Anaknda disana tetap memohon keampunan dosa kesalahan Bunda, saudara semua dan mengihtiarkan sepenuh-penuhnya pengampunan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

… tersiarnya kabar yang menyedihkan ini tidak akan menyebabkan akibat yang tidak menyenangkan bahkan sebaliknya ikhlas dan bersukurlah sebanyak-banyaknya rasa karunia Tuhan yang telah menentukan nasib anaknda.

Sekali lagi anaknda mohon ampun dan maaf atas kesalahan dan dosa anaknda ke pangkuan Bunda Mas Choenem, Mas Matori, Mas Chalim, Ju Rochajah, Ju Pualidi, Rodijah, Turiah dan keluarga Tawangsari Lamongan Jatisaba Purbalingga Laren Bumiayu.

Anaknda,
Ttd.
(Osman bin Hadji Ali)

*****
Diaturkan
Yang Mulia Ibundaku
Aswiani Binti Bang
Yang Diingati siang dan malam

Dengan segala hormat,
Ibundaku yang dikasihi, surat ini berupa surat terakhir dari ananda Tohir. Ibunda, sewaktu ananda menulis surat ini hanya tinggal beberapa waktu saja ananda dapat melihat dunia yang fana ini.
……
Ananda harap kepada Ibunda supaya bersabar karena setiap kematian manusia yang menentukan ialah Tuhan Yang Maha Kuasa dan setiap manusia yang ada di dalam dunia ini tetap akan kembali kepada Illahi.

Mohon Ibunda ampunilah segala dosa-dosa dan kesalahan ananda selama ini. Sudilah Ibundaku menerima ampun dan salam sembah sujud dari ananda yang terakhir ini. Tolong sampaikan salam kasih mesra ananda kepada seisi kaum keluarga.

Ananda tutup surat ini dengan ucapan terima kasih dan Selamat Tinggal untuk selama-lamanya. Amin

Hormat ananda,
Ttd.
(Harun Said Tohir Mahadar)
Jangan dibalas lagi!

*****
Kedua kutipan tersebut adalah penggalan surat yang dikirim oleh Usman dan Harun saat detik-detik terakhir menjelang keduanya dieksekusi hukuman gantung di pengadilan Changi Singapura.

Dada saya mendadak terasa sesak. Meski tidak begitu paham apa arti Patriotisme, tapi sepertinya saya patut untuk ikut di barisan orang-orang yang akan “Bertelanjang Dada Untuk Menentang” jika nama Kapal Perang KRI Usman – Harun diganti!
KRI Usman - image google

KRI Harun - image google

Surabaya, 21 April 2016
(Heru Widayanto)

#OneDayOnePost

15 komentar:

  1. Sejarah yg disajikan dengan enak, sehingga asyik membacanya,,suwuun yo, ak jd ngerti sejarah

    BalasHapus
  2. Sm2 Lis ..
    Aku yo podo sik blajare iki

    BalasHapus
  3. Balasan
    1. Terima kasih mbk Wiwid,
      Sm2 tukar pengetahuan

      Hapus
    2. Terima kasih mbk Wiwid,
      Sm2 tukar pengetahuan

      Hapus
  4. Menyegarkan kembali peristiwa heroik. Bagus sekali mas..

    BalasHapus
  5. Keren mas Heru....
    bener-bener menumbuhkah rasa nasionalisme...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nasionalisme yang mungkin sekarang mulai terkikis pada kepribadian anak2 muda :)

      Hapus
  6. KRI Usman-Harun... nama kapal baru yang membuat RI-Singapura memanas.👍

    BalasHapus
  7. waaah... keren mas heru, saya jadi tahu secuil sejarah pahlawan negeri ini...

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih, semoga kita menjadi bangsa yang tidak melupakan pengorbanan pahlawannya

      Hapus
  8. Seperti membuka luka lama..hikss.. baru baca surat terakhir mereka, mengharuka sekali.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, kalimat terakhir dari surat mereka yang bikin terharu

      Hapus

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *