Beberapa jam lalu,
saya melihat tayangan balapan Moto GP di televise. Race bertajuk Jerez, Spanyol
ini akhirnya menampilan Valentino Rossi sebagai jawara. Terlihat istimewa.
Karena sejak lima tahun terakhir, inilah untuk pertama kalinya pembalap asal
Italia itu meraih pole position (memulai balapan dari posisi terdepan).
Selain itu,
istimewanya dari menangnya sang legenda hidup Moto GP ini adalah pole position
itu diraih saat usianya sudah 37 tahun. Sebuah angka yang boleh dikatakan uzur
untuk ukuraN seorang pembalap. Para kompetitiornya semacam Marc Marques dan
Jorge Lorenzo adalah bekas pengagumnya saat keduanya masih anak-anak. Kini Vale
(saapaan Valentino Rossi) masih cukup tangguh untuk bertarung dengan mereka.
“Saya akan terus
balapan hingga tak ada lagi pabrikan yang mau mengontrak saya!” tegasnya ketika
ditanya sampai kapan Valentino Rossi akan tetap bertahan di sirkuit Moto GP.
Ketika ditanya lagi
apa rahasia Vale tetap mampu bersaing hingga di usia seperti sekarang? Ia menjawab
bahwa latihan dan terus berlatih setiap hari, yang membuatnya bisa menjadi
legenda hidup.
Lain Rossi, lain pula
cerita Cristian Gonzales.
Pemain naturalisasi
asal Urugay yang kini sudah menjadi Muallaf itu masih menjadi andalan tim Singo
Edan, Arema Cronos. Meski sudah tidak setajam ketiga menjadi Top Skor (pencetak
gol terbanyak) selama lima musim kompetisi berturut-turut beberapa tahun yang
lau, namun El Loco (panggilan Cristian) masih menjadi striker yang sangat
ditakuti barisan pertahan tim lawan.
Kini usia El Loco
sudah 40 tahun. Tetapi ia masih bisa bersaing di tim utama Singo Edan.
“Saya terus berlatih
dan berlatih setiap hari. Meski tidak ada kompetisi!” tegasnya saat ditanya
rahasianya mampu eksis di usia setua ini.
Legenda hidup lainnya
yang tak kalah inspiratip adalah mantan Menteri di era pemerintahan orde baru.
Tokoh yang berasal dari sebuah desa di dekat kampung asal saya (di kabupaten
Nganjuk) ini adalah Harmoko.
Di usianya yang kini
sudah berkepala tujuh, menteri yang akrab dengan kalimat “Menurut instruksi
bapak Presiden …” masih aktiv menulis. Catatan-catatan beliau masih bisa kit
abaca di kolom “Kopi Pagi” harian Koran Pos.
“Saya akan tetap
menulis sampai mati!” ucap pak Harmko.
“Terus menulis dan
menulis. Itu yang membuat saya masih bisa eksis hingga sekarang.”
*****
Apa yang bisa kita
ambil dari para legenda hidup ini?
Mereka bisa bertahan
sejauh ini karea terus berlatih setiap hari. Jika kita yang masih pemula dan di
usia yang masih sangat memungkinkan untuk berkarya ini mau berlatih dan terus
berlatih setiap hari, tidak mustahil jika suatu saat nanti diantara para
siswa-siswa ODOP batch 2 akan ada yang menjadi legenda hidup di dunia literasi.
Sekali lagi kuncinya
adalah berlatih dan terus menulis setiap hari.
Surabaya, 25 April
2016
(Heru D’lover)
#OneDayOnePost
#TantanganMenulisSekaliDuduk
---------------------------------------
Catatan
saya tulis selama setengah jam, tanpa edit. Maaf jika banyak typo dan alurnya
amburadul.
bahasanya mengalir
BalasHapusterima kasih .. tetapi amburadul mbk Mahmudah
HapusWah....jadi tambah semangat ini untuk terus berlatih menulis.
BalasHapusayo terus menulis dan menulis setiap hari mbk Denik:)
HapusSepatu aku Her, bener sekali, kuncinya berlatih setiap hari
BalasHapusSepatu aku Her, bener sekali, kuncinya berlatih setiap hari
BalasHapussemoga kita semua tetap semangat untuk berlatih
HapusKeren mas Heru, aku jadi bisa belajar dari para tokoh legenda hidup itu...
BalasHapusbanyak typo ... pingin nulis "Pos Kota" kok jadi "Koran Pos" ya :) hehe
HapusHmm bagus..typo hanya 2
BalasHapusKuncinya memang berkatih terus tiada Henti
Aku sik rung reti nulis opo
Lebih dari 2 mbk Wiwid ... heheee
Hapusmenginspirasi bangettt....
BalasHapus